16 Desember 2015

Napak Tilas, Pusaka Perang Puputan Bayu Ikut Diarak

Ratusan warga tampak bersemangat mengikuti napak tilas perang Puputan Bayu  di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Minggu pagi (13/12). Napak tilas yang digelar untuk memperingati hari jadi Banyuwangi itu terlihat berbeda dari peringatan sebelumnya. Jika sebelumnya mereka hanya sekedar berjalan menyusuri rute yang dilalui oleh pejuang Blambangan dalam Perang Puputan Bayu, kali ini diikuti dengan arak-arakan pusaka perang puputan.
Tak hanya pusaka, sebuah tumpeng raksasa juga diarak. Tumpeng raksasa yang berisi hasil bumi itu diusung dan dikirab mulai dari Pasar Songgon hingga Wana Wisata Rowo Bayu yang berjarak kurang lebih 3 kilometer.
Menurut Kepala Desa Bayu, Sugito, diaraknya pusaka perang Puputan Bayu untuk pertama kalinya ini bertujuan untuk melestarikan pusaka warisan leluhur yang ada di desanya. “Dengan begitu masyarakat jadi tahu pusaka warisan leluhurnya. Pusaka yang jumlahnya ratusan itu kami kirab menuju petilasan Prabu Tawang Alun,”ujar Sugito.
Di petilasan Prabu Tawang Alun yang lokasinya di kawasan wana wisata Rowo Bayu, pusaka berupa keris dan tombak tersebut dimandikan air bunga, lalu kembali disimpan dalam peti senjata.
Napak tilas itu juga dimeriahkan dengan digelarnya drama kolosal perang Puputan Bayu yang diperankan oleh warga Desa Bayu. Dijelaskan oleh Ketua Panitia Napak Tilas, Taufid (50), drama kolosal itu sengaja digelar untuk mengajak masyarakat mengingat dan merenungkan sejarah yang terjadi pada 1771 – 1772.
“Itu perang besar dan tercatat sebagai perang paling kejam yang menewaskan banyak korban. Saat itu, rakyat Blambangan yang tidak rela tanahnya diinjak-injak penjajah, berusaha mempertahankan wilayahnya sekuat tenaga dengan berbekal pedang, tombak dan keris. Lewat fragmen ini, anak-anak jadi tahu betapa dahsyatnya perang Puputan Bayu yang terjadi disini,” pungkas Taufid. (Humas & Protokol)

Tidak ada komentar: