11 Mei 2019

Kuliner Kopyor Roti, Menu Khas Bulan Ramadhan di Banyuwangi

Dikenal dengan beragam kuliner lokalnya, Banyuwangi ternyata juga memiliki makanan khas yang disajikan saat bulan Ramadan. Salah satunya, kue Kopyor Roti.
Kopyor roti terbuat dari roti tawar dipadu bihun yang disiram santan kelapa dan dibungkus daun pisang. Rasanya yang manis, kue ini biasanya menjadi santapan takjil untuk berbuka puasa warga Banyuwangi.
Sepanjang bulan puasa, kue ini sangat mudah ditemukan di antara pedagang makanan. Maklum saja, kue ini menjadi salah satu jajanan takjil yang banyak diburu warga Banyuwangi. Biasanya dijual saat siang hingga sore hari menjelang buka puasa.
Salah satu pembuat kuliner ini adalah Inayatun Robaniah (47). Ditemui di rumah produksinya yang berada di kawasan Singomayan, Kecamatan Banyuwangi, Inayatun terlihat sibuk membuat kopyor roti. Dia mengaku selalu menjual kopyor roti selama bulan puasa.
"Saya jualan kopyor roti ini sudah hampir sepuluh tahun. Awalnya, saya diajarin tetangga pembuat kue ini yang sudah puluhan tahun. Dia menyarankan saya untuk menjual ini, akhirnya saya coba. Hingga kini tiap Ramadan saya membuat kue ini," kata Ina, panggilan akrabnya.
Setiap hari, Ina menghabiskan santan dari 15 kelapa yang bisa menjadi 250 bungkus kopyor. Cara membuatnya, daun pisang sebagai pembungkus diisi dengan air tawar, bihun, nangka dan santan yang dipanaskan. Bungkusan tersebut lalu dikukus selama 15 menit.
"Kue-kue yang matang ini lalu diambil pedagang lain untuk dijajakan keliling. Ada sekitar 10 orang yang menjajakan. Lebih cepat habisnya kalau dijajakan keliling daripada nitip dijual ke orang. Biasanya diambil pukul 14.00, sebelum jam lima sore sudah habis," kata Ina.
Kopyor roti buatan Ina memang menjadi salah satu favorit jajanan tradisional yang diburu warga. Selain murah Rp  2 ribu per bungkus, rasa kopyornya juga nikmat. Manis dan gurih santannya terasa sangat pas. Ina mencampur kopyornya dengan nangka, sehingga rasa manisnya terasa legit.
"Untuk membuat kue ini saya hanya dibantu kakak saya setiap harinya. Selain jual Kopyor Roti, saya juga membuat kue mentuk khas Banyuwangi juga," jelas Ina.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi, kue Kopyor Roti ini bisa didapatkan di pedagang takjil yang banyak ditemukan di kota. Terutama di Festival Ramadhan di kawasan Gesibu, yang merupakan pusat jajanan takjil selama bulan Ramadan ini. Selain Kopyor Roti, di Festival Ramadan ini juga banyak ditemukan jajanan dan makanan khas Banyuwangi yang lain.
Ina mengaku mendapat berkah berjualan Kopyor Roti setiap bulan puasa ini. Hasil penjualan kopyor selama satu bulan, kata dia, melebihi pendapatan bulanannya dari hasil menjual gorengan. Sehari-harinya, Ina adalah penjual gorengan.
"Hasilnya lebih banyak jual kopyor dibanding gorengan. Mungkin warga Banyuwangi memang menanti kopyor yang ada saat Ramadan saja, makanya permintaan tinggi. Lumayan untuk nambah modal usaha dagangan kue saya tiap tahunnya," kata Ina dengan sumringah.

20 Oktober 2017

Nadine Chandrawinata Ajak Anak Muda Banyuwangi Tanam Mangrove di Teluk Pangpang

Puluhan anak muda terlihat asyik menyusuri areal Teluk Pangpang, Muncar  yang berlumpur, Minggu (15/10). Tangan mereka masing-masing memegang bibit mangrove. Bibit – bibit mangrove itu  akan mereka tanam di areal konservasi tanaman bakau tersebut.

VIDEO =  https://www.youtube.com/watch?v=8T2XPTQi4Xc

Meski sedikit sulit melangkah di lahan berlumpur, anak-anak muda yang merupakan peserta Meet Up Seasoldier  dan Mangrove Planting itu tak mengeluh sedikit pun. Dengan antusias,  mereka menancapkan bibit mangrove jenis rizhopora di lahan yang telah disiapkan.
Di tengah kerumunan, tampak satu sosok yang tidak asing bagi pecinta adventure, Nadine Chandrawinata. Bersama rekannya , Dinni Septianingrum, Nadine sibuk memandu dan memperkenalkan cara menanam mangrove. Aksi Nadine itu tidak sendiri. Dibantu anggota Seasoldier Banyuwangi, mereka bahu membahu menebar 1000 bibit mangrove yang ada.

“Ini asyik sekali. Sangat bermanfaat, apalagi bagi kami yang awam. Kalau tahu sulitnya kayak gini, kita tentu akan  berpikir ulang untuk  merusak. Jangan bisanya cuma menjadikan tempat ini sebagai tempat selfie aja, tapi harus bisa  ikut menjaga kelestariannya,” ujar Laili Mumtahanah yang baru pertama kalinya menanam mangrove. Laili memperhatikan sungguh-sungguh instruksi yang diberikan  dan berhasil menanamkan bibit mangrove meski berulangkali  terjatuh ke dalam lumpur.
Laili mengaku tertarik untuk mengikuti kegiatan ini setelah melihat instagram Seasoldier yang mengumumkan secara terbuka digelarnya penanaman mangrove di Dusun Tegalrejo, Desa Wringin Putih, Muncar ini. “Begitu tahu, saya langsung mengajak teman-teman saya untuk ikutan. Semua menginap di rumah saya di Kecamatan Tegaldlimo, dan pagi-pagi sekali sudah sampai di Muncar,” kata Laili yang mengajak 4 orang temannya. Mereka berlima tengah menuntut ilmu di Fakultas MIPA, Jurusan Fisika, Universitas Jember.
Nadine Chandrawinata, pendiri Sea Soldier mengaku, aktivitas hari ini yang dilakukannya bersama para pemuda peduli lingkungan ini memenuhi targetnya. “Isu yang kami angkat lewat penanaman mangrove ini adalah memperkenalkan apa dan bagaimana mangrove itu. Yang kami sasar adalah anak-anak muda yang notabene belum pernah menanam mangrove,” kata Nadine.

Mantan Putri Indonesia 2005 ini menilai anak-anak muda Banyuwangi termasuk aktif dalam menyuarakan isu lingkungan, salah satunya di bawah bendera Seasoldier.
“Kami terus men-support agar dalam setiap kegiatan kami, anak-anak belajar komitmen diri. Selain dengan bertanam mangrove ini, kami juga rutin mengajak agar mereka selalu buang sampah pada tempatnya, mengurangi pemakaian sedotan, selalu bawa tumbler kemana-mana, nggak pake stryrofoam dan kalau belanja selalu bawa tas sendiri sehingga nggak perlu pakai tas plastik,” jelasnya.
Poin utamanya, tandas Nadine, bagaimana kita menghidupkan tradisi jaman dulu, dimana nenek moyang kita punya tradisi yang tidak merusak alam. Masyarakat diajarkan untuk ramah lingkungan dan mau belajar mengubah perilaku buruknya terhadap lingkungan. “Ingat lho, Indonesia itu penghasil sampah kedua terbesar di dunia. Berapa juta ton sampah yang dihasilkan per hari. Itu baru dari aspek sampah, belum masalah lingkungan lainnya,” ujar Nadine.
Apa yang digagas Seasoldier ini mendapat apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kepala Dinas Perikanan dan Pangan, Hary Cahyo Purnomo mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk peningkatan kepedulian lingkungan, yang mengajak generasi muda untuk ikut terlibat di dalamnya dan ikut menularkan ‘virus’ tersebut pada masyarakat sekitar.
“Kami berharap akan terjadi perubahan pola pikir masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan. Toh, dampaknya kita pula yang akan merasakan. Salah satunya penanaman mangrove ini yang akan melindungi populasi ikan di perairan kita,” ujar Hary.
Teluk Pangpang ini memiliki luasan 600 hektar. Dulunya tempat ini merupakan lahan mangrove yang kemudian dialihfungsikan  menjadi tambak-tambak. Itu terjadi pada tahun 1980-an. Ketika pengusaha tambak bangkrut , areal ini dibiarkan terbengkalai sehingga menjadi rusak. Akhirnya muncullah sekelompok orang yang tergerak untuk mengembalikan lahan konservasi tersebut seperti sedia kala. Pada tahun 2002/2003, mulailah mereka merintis kembali penanaman bakau di areal tersebut. Kelompok ini menamakan dirinya Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Bangkit Remaja Tegalpare (Baret).
Muhammad Syaironi, Ketua Pokmaswas Baret awalnya mengaku sulit mengajak warga untuk melakukan peremajaan kembali terhadap mangrove. “Butuh kesabaran untuk mengajak mereka. Hanya beberapa gelintir saja yang mau terjun. Tapi lama kelamaan masyarakat mau terlibat dengan sukarela, sebab mereka sadar manfaat yang timbul dengan adanya mangrove. Misalnya produksi ikan, kepiting dan udang yang meningkat pesat,”beber Roni.
Sejak saat itu, masyarakat rutin melakukan peremajaan mangrove di kawasan yang berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo dan Perhutani itu. Termasuk melakukan pembibitan sendiri di sana.
Komunitas Sea Soldier Banyuwangi pun membantu melengakpi fasilitas dengan adanya beragam tulisan yang mengajak untuk peduli lingkungan dan tidak buang sampah sembarangan. Serta menyediakan tempat-tempat sampah di pondok-pondok yang berada di jalur trekking mangrove.
Sekarang kawasan konservasi yang dinamakan warga sebagai Panorama Kili-Kili Teluk Pangpang  ini banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana edukasi tentang tanaman bakau. Ada jalur trekking yang dibuat untuk menyusuri areal penanaman bakau.
Tempat ini juga nyaman sebagai arena rekreasi keluarga. Pengunjung bisa menikmati bersantai di bawah hawa sejuk mangrove dan  mengenal aneka satwa khas kawasan mangrove Teluk Pangpang. Seperti burung blekok sawah (Javan pond heron),  jalak penyu (Javan myna), dan aneka warna kepiting. Yakni kepiting  bakau ungu, hijau, dan jingga.
Belakangan, perekonomian warga sekitar juga meningkat. Para istri nelayan mendirikan warung-warung yang ramah lingkungan di sekitar areal wisata mangrove ini.

05 Agustus 2016

Banyuwangi Jadi Tuan Rumah Konferensi Indonesia Berkebun 2016

Banyuwangi menjadi tuan rumah event berskala nasional, Konferensi ke IV Indonesia Berkebun. Rangkaian kegiatan konferensi  ini akan digelar mulai 5 hingga 7 Agustus 2016 dan dipusatkan di kawasan Gelanggang Olah Raga (GOR) Tawang Alun Banyuwangi.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan, konferensi ini dihadiri anggota komunitas Indonesia Berkebun dari berbagai penjuru nusantara untuk membahas seputar pengembangan urban farming.
“Lewat konferensi ini para penggiat jejaring Indonesia Berkebun  akan berdiskusi, menyamakan persepsi antara satu kabupaten/kota dengan lainnya, termasuk pemikiran para akademisi yang tergabung dalam Indonesia Berkebun. Mereka akan membahas program dan strategi bagaimana menularkan semangat kepada publik untuk menciptakan lahan hijau di lahan perkotaan yang terbatas ini,” kata Arief.
Indonesia Berkebun adalah gerakan komunitas yang bergerak melalui media jejaring sosial yang bertujuan untuk menyebarkan semangat positif untuk lebih peduli kepada lingkungan dan perkotaan dengan program urban farming. Yaitu memanfaatkan lahan tidur di kawasan perkotaan yang diubah menjadi lahan pertanian/perkebunan produktif lewat peran masyarakat sekitar.
Indonesia Berkebun saat ini sudah berkembang di lebih 40 kota dan 8 kampus di Indonesia. Banyuwangi sendiri bergabung dalam komunitas sejak akhir 2014.
"Dengan digelarnya konferensi ini di Banyuwangi tentunya memacu kami warga Banyuwangi untuk senantiasa menciptakan lahan hijau di setiap sudut rumah dan lingkungan sekitar kita. Bahkan kami juga ingin, masyarakat tidak sekaedar menanam tanaman, namun mulai menanam sayuran dan dan buah-buahan di pekarangannya. Selain tentunya organik, dengan hasil kebun sendiri ini juga akan meningkatkan ketahanan pangan kita," kata Arief.
Konferensi kali ini akan diikuti delegasi dari 24 komunitas kabupaten/kota dan 3 perguruan tinggi di Indonesia. Mereka datang dari Fakfak Papua, Pontianak, Balikpapan, Medan, Makasar, dan daerah lain di Pulau Jawa. Juga ada komunitas kampus dari Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Arief menambahkan, sejumlah rangkaian kegiatan akan mengringi konferensi ini. Dimulai dari tanggal 5 lomba pembuatan taman mini yang diikuti oleh sekolah-sekolah adiwiyata di Banyuwangi. Juga ada pameran pertanian yang diikuti gabungan kelompok tani, Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan; dan Kantor Ketahanan Pangan Banyuwangi. Berbagai teknik penanaman secara sederhana  juga ditampilkan disini, seperti bertanam dengan hidroponik dan aquaponik.
“Penilaian akan dipusatkan di e-park, kawasan GOR Banyuwangi. Jumat siang (5/8), di sana juga akan ada lomba merangkai buah dan sayur oleh ibu-ibu PKK. Baru sabtu (6/8) akan digelar konferensi nasional Indonesia berkebun di lapangan tenis indoor GOR Tawangalun Banyuwangi,” ujar Arief.
E-park merupakan taman kota yang dulunya merupakan lahan tidak produktif. Taman ini dikembangkan di atas lahan seluas 2000 meter persegi. Disebut e-Park, karena fungsinya sebagai sarana ekologi, edukasi dan ekonomi bagi masyarakat.
Arif menambahkan, setiap minggu taman ini dikunjungi orang. Bukan hanya sekadar menikmati tamannya yang hijau, namun banyak kalangan yang datang untuk belajar membuat taman di lahan pekarangannya.
Maklum saja, di taman ini kita disuguhkan pemandangan bagaimana sebuah lahan terbatas bisa dimanfaatkan menjadi taman yang asri. Mulai dari tanaman hidroponik, pengelolaan terintegrasi kotoran ternak menjadi pupuk tanaman, hingga cara memelihara tanaman organik.
"Taman ini juga kita lengkapi cafe, yang sejumlah menunya merupakan hasil berkebun e-park ini," pungkas Arief. (humas)

01 April 2016

Sirkuit BMX Muncar Banyuwangi Dipuji Banyak Pembalap

Jelang laga kompetisi Banyuwangi Internasional BMX, para pembalap BMX terus mengasah kemampuannya di Sirkuit BMX Muncar Banyuwangi. Mereka terus berlatih menjajal lintasan yang merupakan sirkuit terbaik di Indonesia
.
Pelatih timnas BMX Dadang Haries Purnomo mengatakan timnas BMX Indonesia menerjunkan 3 atlet pelatnas yakni Elga Kharisma Novanda, Tony Syarifudin dan Rio Akbar. Ketiganya kompak berlatih serius menghadapi kompetisi Banyuwangi Internasional BMX pada 2-3 April, besok yang akan digelar di Sirkuit Muncar. Khususnya bagi Elga dan Toni kompetisi ini jadi kesempatan untuk mengejar poin tambahan agar bisa lolos ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
“Timnas yang turun di kompetisi ini memang atlet pelatnas yang dipersiapkan untuk mengikuti Olimpiade. Kesempatan bagi mereka untuk menambah poin,” ujar Dadang.
Elga dan Toni menjadi dua atlet BMX yang diharapkan bisa lolos Olimpiade 2016. Di level atlet elite putri dunia, Elga saat ini masih berada di peringkat 37, sedangkan Toni berada di urutan 78.
Puluhan pembalap pun asal Indonesia dan Jepang selama seminggu terus berlatih menjajal Sirkuit Muncar ini. Mereka, kata Dadang, sengaja datang lebih awal ke Banyuwangi untuk mengetahui tingkat kesulitan medan yang akan mereka tempuh.
Sirkuit Muncar ini memang digarap mengacu pada standar UCI, sehingga setiap tracknya menyesuaikan dengan sirkuit internasional lainnya. Seperti yang dituturkan Elga Kharisma. Pembalap asal Malang ini mengatakan sirkuit muncar ini tingkat kesulitannya sudah technical. Ini jarang ditemui dan menurutnya terbagus di Indonesia.
Hal yang sama juga dikatakan Tony Syarifudin. Atlet timnas Indonesia asal Solo ini menilai sirkuit Muncar ini cukup menantang, terutama track-nya. "Kami latihan bareng terus, termasuk dengan Takamasa Sampei, Rio Akbar dan Elga Kharisma. Dengan berlatih bersama, kami jadi bisa mengukur kemampuan lawan," pungkas Tony.
Sementara itu, Takamasa Sampei (24) pembalap BMX asal Jepang mengaku sirkuit Muncar ini cukup menantang dan sekelas dengan sirkuit berkelas internasional lainnya. "Sirkuit BMX di Muncar ini punya banyak obstacle yg menantang dan cukup sulit," ujar Taka sudah berada di Banyuwangi selama 1 minggu. Taka yg akan turun di kategori Man Elite, datang bersama rekan sesama pembalapnya , Sohta Akaogi.
Ditambahkan Dadang, dari sisi penyelenggaraan kejuaraan internasional BMX ini sempat mendapat pujian dari sejumlah peserta. Menurut mereka, imbuh Dadang, kejuaraan di sini dibuat layaknya standar internasional. Mulai dari penataan tempat sirkuit, staging area, paddock, hingga shopping centre.
"Mereka bilang penyelenggaraannya sudah style internasional, sudah seperti world race katanya. Apalagi ada yang menjual apparel di sini," kata Dadang.
International BMX Competition ini merupakan rangkaian agenda Banyuwangi Festival (B-Fest) 2016 dan terdaftar dalam kalender Persatuan Balap Sepeda Internasional (Union Cycliste International/UCI). Pada helatannya yang perdana ini, setidaknya 328 peserta dari dalam dan manca negara akan saling beradu kehandalan. Antara lain Malaysia, Thailand, Timor Leste, Denmark, Australia, Jepang, dan Swiss. (humas)

328 Pembalap Tanah Air dan Manca Negara Siap Berlaga di Kejuaraan Internasional BMX Banyuwangi

Jelang sehari kejuaraan internasional BMX di Banyuwangi, semua peserta manca negara telah berdatangan ke Banyuwangi. Termasuk dua kandidat jawara, Jimmy Therkelsen (Denmark), dan Takamasa Sampei (Jepang). Takamasa dan tim MAlaysia bahkan telah seminggu berada di Banyuwangi untuk berlatih di lintasan Sirkuit Muncar ini.
International BMX Compet
ition merupakan rangkaian agenda Banyuwangi Festival (B-Fest) 2016 dan terdaftar dalam kalender Persatuan Balap Sepeda Internasional (Union Cycliste International/UCI). Digelar pada 2 - 3 April mendatang, pada helatannya yang perdana ini setidaknya diikuti 328 peserta dari dalam dan manca negara. Antara lain Swiss, Malaysia, Thailand, Timor Leste, Denmark, Australia, Jepang, dan Swiss.
Takamasa Sampei (24) pembalap BMX asal Jepang mengaku sirkuit Muncar ini cukup menantang dan sekelas dengan sirkuit berkelas internasional lainnya. "Sirkuit BMX di Muncar ini punya banyak obstacle yg menantang dan cukup sulit," ujar Taka sudah berada di Banyuwangi selama 1 minggu. Taka yg akan turun di kategori Man Elite, datang bersama rekan sesama pembalapnya , Sohta Akaogi.
Takamasa setiap hari menjajal lintasan di Sirkuit Muncar ini. Bersama 3 atlet pelatnas BMX Indonesia, Takamasa selalu berlatih bersama. Tiga atlet andalan Indonesia adalah Elga Kharisma Novanda, Tony Syarifudin dan Rio Akbar.
"Kami latihan bareng terus, termasuk dengan Takamasa Sampei, Rio Akbar dan Elga Kharisma. Dengan berlatih bersama, kami jadi bisa mengukur kemampuan lawan," ujar Tony Syarifudin, atlet timnas Indonesia asal Solo.
Jumat pagi ini (1/4), sejumlah atlet manca negara direncanakan memulai latihan sebelum kompetisi dimulai. Termasuk Jimmy Therkelsen, pembalap pro BMX asal Denmark. "Dia datang semalam bersama manajernya. Rencananya siang ini akan mulai latihan. Yherkelsen ini bagi para pembalap asing yang turut berlaga di sini dianggap sebagai rival terberat mereka," ujar Dadang Haries Purnomo, race director kejuaraan internasional ini.
Therkelsen baru saja berlaga di kejuaraan BMX Internasional di Argentina. "Dia belum sempat pulang ke negaranya. Dari Argentina langsung terbang ke Banyuwangi. Antusias sekali ikut kejuaraan ini," ujar Dadang, yang juga pelatih timnas BMX. 
Sementara Indonesia sendiri menurunkan 3 atlet pelatnas yakni Elga Kharisma Novanda, Tony Syarifudin dan Rio Akbar. Ketiganya kompak berlatih serius menghadapi kompetisi Banyuwangi Internasional BMX pada 2-3 April. Khususnya bagi Elga dan Toni kompetisi ini jadi kesempatan untuk mengejar poin tambahan agar bisa lolos ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
“Timnas yang turun di kompetisi ini memang atlet pelatnas yang dipersiapkan untuk mengikuti Olimpiade. Kesempatan bagi mereka untuk menambah poin,” ujar Dadang.
Elga dan Toni menjadi dua atlet BMX yang diharapkan bisa lolos Olimpiade 2016. Di level atlet elite putri dunia, Elga saat ini masih berada di peringkat 37, sedangkan Toni berada di urutan 78. (humas)