21 Desember 2014

Pertapaan Prabu Tawang Alun-Bayu-Songgon-Banyuwangi

Petilasan Prabu Tawang Alun berada di kawasan “Rowo Bayu”, Kecamatan Songgon. Rowo dalam bahasa Indonesia berarti “Rawa” sedangkan Bayu itu sendiri diambil dari nama desa “Bayu”, Rowo Bayu (Rawa di desa Bayu) begitulah penduduk sekitar menyebut kawasan yang dianggap sakral ini. Sebuah bangunan candi nampak kokoh berdiri di atas bukit yang mana menurut juru kunci wisata sejarah Rowo Bayu disebut “Candi Puncak Agung Macan Putih”

Video=https://www.youtube.com/watch?v=FyArfaGu2oo&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg

 yang didirikan untuk menghormati roh para leluhur yang telah berjasa dalam mempertahankan tanah Blambangan dalam perang Puputan Bayu tahun 1771.
Selanjutnya jika kita menelusuri jalan jalan setapak, maka kita akan menemui bangunan wisata sejarah situs Batu Suci Petilasan Prabu Tawang Alun dimana di sekitar bangunan tersebut terdapat sumber mata yang diyakini sebagai mata air suci diantaranya adalah sumber mata air “Kamulyan”, sumber mata air “Dewi Gangga”, dan sumber mata air “Pancoran Suwelas” yang airnya mengalir menuju telaga utama.
Pada bukit pertama saat kita masuk area Rowo Bayu akan dapat kita temui satu pohon yang amat besar nan eksotis yang merupakan gabungan dari pohon Beringin dan pohon Apak dimana terdapat sebuah rongga mirip goa di tengah nya. Apabila kita masuk dan melihat ke atas, maka gabungan 2 (dua) pohon tersebut menghasilkan rongga tinggi mirip sebuah sumur dengan lilitan akarnya yang ibarat ornamen-ornamen alam. Telaga nan jernih diantara bukit dan hutan yang rimbun penuh pohon besar mengentalkan aroma mistis di kawasan ini. Konon menurut mitos yang berkembang di masyarakat sekitar, pada malam-malam tertentu telaga Bayu dijadikan tempat untuk mandi para bidadari.
Kecamatan Songgon menjadi tempat Pertempuran Bayu (Perang Puputan Bayu) antara prajurit Kerajaan Blambangan pimpinan Pangeran Jagapati melawan pasukan gabungan VOC.[1] Puncak pertempuran yang terjadi pada 18 Desember 1773 akhirnya diperingati sebagai Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) dan di Desa Bayu di bangun tetenger (monumen) Perang Puputan Bayu.[2][3] Selain itu, setiap tahun diadakan napak tilas Perang Puputan Bayu.[4]

Air Terjun Bersaudara di Kampung Anyar, Glagah-Banyuwangi

Udaranya Sejuk, Diapit Jurang, Bersumber Tiga Mata Air Konsep ekowisata yang diterapkan Pemkab Banyuwangi seolah disambut baik. Kini banyak bermunculan objek wisata berbasis alam yang cukup potensial. Salah satunya air terjun yang terletak di Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah. Kampung Anyar, nama salah satu desa di Kecamatan Glagah ini mungkin masih sedikit asing di telingan kita.
Padahal banyak di antara kita yang barangkali satu dua kali me lewati kawasan yang tidak jauh dari Perkebunan Kalibendo tersebut. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota Banyuwangi. Untuk bisa sampai di Kampung Anyar hanya butuh waktu sekitar 15 menit dengan perjalanan meng gunakan kendaraan bermotor.
Video= https://www.youtube.com/watch?v=o4vzXbYaFag&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Tak banyak yang mengetahui jika ka wasan Desa Kampung Anyar Keca matan Glagah ini menyimpan po tensi wisata alam yang tidak kalah ba gus dengan objek wisata lainnya.

Selain kondisi jalan yang bagus, lokasinya yang berada di tepi jalan memudahkan untuk dijangkau. Salah satu lokasi di Desa Kampung Anyar yang menyimpan potensi wisata terdapat di jurang sisi kanan jalan. Itu apabila kita berangkat dari arah Kota Banyuwangi. Begitu memasuki desa ini, pandangan kita akan dihadapkan dengan pepohonan dan sawah di sebelah kanan jalan. Dibatasi oleh jurang yang di bawahnya mengalir sungai dengan air cukup jernih.
Di antara tebing itulah terdapat tiga air terjun yang langsung bersumber dari mata air. Masing-masing mata air itu berbeda. Ketiga mata air yang muncul dari tebing itu adalah Sumber Jagir, Sumber Pawon dan Sumber Buyut Ijah. Jarak ketiganya hanya beberapa meter. Seolah-olah tempat ini merupakan air terjun bersaudara. Tingginya sumber dan terjalnya cadas tebing membuat suara air menggerojog keras. Udara di sekitarnya pun terasa dingin oleh buih yang bertebangan terba wa angin.
Selain itu, masih ada satu lagi air terjun yang tidak kalah eksotik dengan tiga air terjun tersebut. Air terjun yang satu ini agak terpisah. Untuk menuju lokasi air terjun yang oleh masyarakt sekitar disebut Ketegan bisa dilakukan dengan cara menyusuri aliran sungai menuju hulu sungai. Menuju lokasi ini cukup menguras keringat, namun jernihnya air dan rimbun dedaunan yang teduh akan melupakan setiap orang yang ke sana terhadap rasa capek.
Oleh masyarakat sekitar, secara gotong royong tempat itu kini rutin dibersihkan dan dirapikan setiap akhir pekan. Untuk pengunjung umum sebenarnya tem pat ini belum resmi dibuka. Untuk sementara, pengunjung yang ingin menikmati air terjun bisa menitipkan kendaraannya di rumah warga. Jalan masuk menuju tempat ini pun masih menggunakan jalan setapak. Namun bukan berarti keindahan tempat ini berkurang. Jalan setapak yang berkelok-kelok juga cukup menghibur siapa saja yang melangkahkan kaki ke sana.


Konser Dewa 19, Puaskan Dahaga Ribuan Baladewa

Konser Dewa 19, Puaskan Dahaga Ribuan Baladewa

21-12-2014 Banyuwangi - Penampilan grup band papan atas Dewa 19, di Bumi Blambangan,tadi Malam Sabtu (20/12) menjadi obat mujarab ribuan baladewa julukan fans Dewa 19. Karena hampir 17 tahun grup yang dipentoli Dhani Ahmad ini tidak manggung di Banyuwangi. "Sudah lama kami tak manggung disini, malam ini akan menjadi moment spesial buat kami," kata Ahmad Dani. Malam itu,Taman Blambangan yang berada di jantung Kota Gandrung dipenuhi puluhan ribu baladewa dari berbagai kota.
Video=
 Mereka rela menunggu Dewa 19 sejak siang hari. Penampilan Dewa kali ini tak sendiri, selain anggota Dewa 19 Ari Lasso (vokal), Andra (guitar), Yuke, dan Ahmad Dani (keyboar/vokal), juga mengajak para musisi yang tergabung di Republik Cinta Manajemen (RCM), antara lain TRIAD dan Lucky Laki. Para personel The Lucky Laki yang tak lain juga anak-anak Dani Ahmad, Al-Ghazali alias Al (lead gitar), Abdul Qodir Jaelani atau Dul (bass) dan El - Jalalludin Rumi atau yang akrab dipanggil El (drum) juga tampir menarik memuaskan pecinta musik Dewa. Hampir 3 jam penuh mereka memuaskan dahaga baladewa. Lagu-lagu cinta Dewa 19, mulai dari album Kangen, Terbaik-terbaik hingga Pendawa Lima. seperti Elang, Cukup Siti Nurbaya, Satu Hati, Pupus, Dua Sejoli, Kamulah Satu-Satunya, Arjuna dan Kangen dilantunkan sempurna Ari Lasso. Disini Ari Lasso tak hanya bernyanyi, tetapi juga menyapa dan mengelukan ribuan baladewa. Malampun semakin larut tapi para fans Dewa 19 tak terkecuali Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bersama Ny Dani Azwar Anas, yang tampak hafal semua lagu Dewa tetap bergeming ingin terus menikmati tampilan Dewa 19."Selamat berjumpa kembali, saya past kembali. I love you," teriak Ahmad Dani dan Ari Lasso mengakiri konser musik yang juga kampanye anti narkoba dan HIV /AIDS. (Humas Protokol)

Kenduri Akbar di Festival Ngarak 1771 Ancak Banyuwangi

Kenduri Akbar di Festival Ngarak 1771 Ancak Banyuwangi

20-12-2014 Banyuwangi - Banyuwangi memang jagonya bikin even. Tradisi lokal masyarakat pun diangkat menjadi sebuah even festival yang apik. Seperti festival Ngarak Ancak, 1771 buah ancak diarak di sepanjang jalan protokol Banyuwangi, untuk dimakan bersama-sama seluruh masyarakat. Layaknya kenduri akbar.
Sabtu sore (20/12) selepas Ashar, dari sisi utara dan selatan kantor pemkab Banyuwangi muncul arak-arakan ancak yang dibawa oleh ribuan warga. Dengan mengenakan pakaian khas Banyuwangi, pria berbaju serba hitam dan perempuan berkebaya khas Using, mereka membawa nampan dari pelepah pisang berisi nasi dan lauk pauk. Tiba di depan kantor Pemkab, ancak pun diletakkan berjajar sepanjang 300 meter dalam 5 baris.

Warga yang hadir di acara tersebut, spontan duduk mengitari jajaran ancak yang ada di hadapan mereka. Usai doa bersama, mereka pun serentak menyantap hidangan ancak yang ada di hadapan masing-masing. Ramai dan riuh saat warga saling berbagi nasi dan lauk.
Festival Ngarak 1771 Ancak adalah bagian dari Banyuwangi Festival yang digelar kali pertama untuk memperingati Hari Jadi Banyuwangi ke 243. Sebelumnya ngarak ancak merupakan tradisi yang ada di desa-desa.  Ritual tersebut lazim dilakukan dalam upacara-upacara Islam seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Ancak sendiri terbuat dari pelepah pisang yang dibentuk menjadi bujur sangkar. Isinya, nasi  yang dilengkapi dengan berbagai lauk pauk, seperti pecel pitik, orem-orem tahu tempe dan bumbu merah. Biasanya satu ancak bisa dimakan hingga empat orang.
Dikatakan Bupati Abdullah Azwar Anas, festival ini digelar sebagai bentuk rasa syukur atas berdirinya Banyuwangi yang diawali pada tahun 1771. Selain juga untuk mengenalkan tradisi lokal masyarakat Banyuwangi. “1771 merupakan simbolis tahun kelahiran Banyuwangi. Ini juga sebagai wujud kebersamaan dan kegotong royongan seluruh rakyat Banyuwangi. Coba lihat, semua warga duduk bareng dan menikmati ancak beramai-ramai. Guyub sekali,” kata Anas.
Warga yang datang pun merasa senang bisa makan bareng dan berbaur dengan warga lainnya. Seperti yang dituturkan Yahya, warga asal Purwoharjo. “Saya sengaja jauh-jauh datang kesini karena ingin ikut makan bareng di ngarak ancak ini, asyik sekali. Saya tadi satu ancak dengan orang asal kota Banyuwangi, meskipun baru kenal tapi terasa guyub,” ujar Yahya. (Humas Protokol)

14 Desember 2014

Festival Kuwung Hadirkan Pelangi Budaya Banyuwangi

Dututuu 243 Lampion Terbang
BANYUWANGI –  Sebagaimana makna Kuwung yang berarti pelangi,Festival Kuwung 2014 benar-benar menjadikan malam hari di Banyuwangi penuh warna. Pawai mobil yangmenampilkan miniatur budaya daerah bertaburan lampu hias warna warni. Seribu pendukung acara pun tampil dalam balutan kostum yang atraktif. Suasana semakin meriah dengan ribuan masyarakat yang menyaksikan pertunjukkan parade budaya paling tua Bumi Blambangan itu di sepanjang jalan protokol
VIDEO= https://www.youtube.com/watch?v=TIi_j3KkfcQ&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg

.
Festival Kuwung kali ini benar-benar menghadirkan suasana sekaligus pengalaman baru bagi masyarakat Banyuwangi. Even budaya tahunan tertua yang biasanya digelar siang hari ini, kini disuguhkan malam hari. “Festival ini akan menjadi nigth carnaval pertamadi Banyuwangi. Jika sukses akankita teruskan di tahun menadatang,” kata Bupati Abdullah AzwarAnas saat meembuka Festival Kuwung, Sabtu (13/12).
Festival Kuwung adalah etalase kebudayaan dan seni asli Banyuwangi. Inilah yang membedakannya dengan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang telah digelar sebelumnya. Festival ini dihadirkan untuk menjadi panggung eksistensi seni dan budaya asli Banyuwangi yang beragam untuk tetap lestari.
“Kami terus membangun daerah, memajukan perekonomian, menambah infrastruktur, dan mengembangkan pariwisata. Seiring itu budaya daerah juga akan terus mendapatkan ruang yang seluas-luasnya , untuk tampil dan berkembang, menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri. Para pelajar juga selalu kita libatkan di kegiatan ini agar penerus seni dan budaya daerah tumbuh subur dari generasi ke generasi.” ujar Anas.
Pada tahun 2014 ini, Festival Kuwung bertemakan “Gumelare Cinde Sutra” atau hamparan tikar sutra Banyuwangi. Tema ini menceritakan kisah orang Banyuwangi mulai masa kanak-kanak, remaja, pernikahan hingga berumah tangga. Setiap fragmen dibawakan dalam bentuk teatrikal oleh para penari yang diiringi oleh para pemain musik tradisional.
Fragmen berjudul Sembur Uthik-uthik menceritakan kisah masa anak-anak, berlanjut pada sub tema Kembang Kanthil menceritakankisah remaja. Kemudian berlanjut Wes kadung Ngelading Geni mengisahkan percintaan dua insan yang beranjak dewas lalu Kopat Luwar prosesi pernikahan dan Kembang Kuro kisah berumah tangga.
Hampir semua seni dan budaya Banyuwangi ditampilkan dalam festival Kuwung ini. Mulai tari  jaran-jaranan yang dibawakan oleh anak-anak, prosesi sunatan, Barong Ider Bumi, tari jaran Goyang, seni hadrah Kuntulan, sampai Barongsai mengisi masing-masing fragmen di even budaya ini. Tradisi budaya  Kawin Colong dan upacara Kemanten Using juga ditampilkan dengan sangat luar biasa membiat siapapun yang menyaksikan berdecak kagum.
Festival ini juga semakin meriah dengan kehadiran empat kabupaten sahabat yakni Blora, Jembrana, Kediri dan Probolinggo Kota yang menampilkan kebudayaan daerahnya masung-masing. Festival Kuwung ditutup dengan 243 lampion terbang yang menghiasi langit Banyuwangi. Festuval inijuga dimeriahkan kehadiran  artis ibukota Feby Febiola. (Humas protokol)

09 Desember 2014

Pameran Seni Rupa 2014 Banyuwangi


vIDEO=https://www.youtube.com/watch?v=pIlMRlz2qo4&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Ketua Panitia Sarwo Prasojo mengatakan, pihaknya memberanikan diri untuk menggunakan pendekatan kurasi dalam pameran seni rupa kali ini. Kurasi adalah kegiatan merawat, mengolah dan memelihara sekumpulan karya seni atau artefak.  Dalam pameran yang menggunakan pendekatan kurasi, peranan besar dipegang oleh kurator. Kurator adalah pengurus atau pengawas institusi warisan budaya atau seni, misalnya museum, warisan seni, galeri foto dan perpustakaan. Kurator, dalam hal ini panitia,  bertugas untuk memilih dan mengurus objek museum atau karya seni yang dipamerkan.
“Kurasi pameran sebenarnya bukan untuk membatasi kreatifitas seniman, tapi sekedar memberi arah yang jelas bagi para seniman untuk bersama-sama mengolah tema yang telah diputuskan oleh kurator,”ujar Sarwo. Lelaki berambut gondrong ini berharap, pameran jadi lebih menarik dan menggugah semangat seniman untuk meningkatkan mutu karyanya.
 ‘Dinamika Mantra Blambangan’diangkat menjadi tema pameran Lilira Kuwung kali ini. Dijelaskan Sarwo, mantra yang biasanya dilakukan oleh seorang cenayang atau dukun  menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah perkataan atau ucapan yang diyakini punya daya magis.  Tapi dalam perkembangannya, mantra-mantra dapat dilakukan oleh siapa pun yang menginginkan spirit dan daya sugesti dalam diri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
“Bagi rakyat Banyuwangi, mantra telah jadi semangat bersama dalam kehidupan rakyat,  baik yang digunakan secara tradisi maupun untuk mewujudkan daya kreatif yang bergelora. Kreatifitas yang bergelora itu digunakan untuk  mengelola dan memberdayakan kekayaan Bumi Blambangan untuk menjadikan Banyuwangi jauh lebih indah,makmur dan sejahtera,”beber Sarwo.
Tak pelak, respon dari para pelukis dan pematung ternyata diluar dugaan. Mereka berlomba-lomba  ikut menampilkan karyanya. Hingga akhirnya terpilihlah ke-117 seniman ini untuk menggelar pameran bersama. Salah satunya pematung nasional bergenre realistik, Suhartono. Pria asal Genteng yang juga pematung monumen Presiden Suharto dan ibu Tien Suharto berukuran setinggi dada serta patung Pahlawan Revolusi Jenderal S. Parman ini juga menampilkan karya terbaiknya. Yakni patung wanita yang sedang duduk sambil membawa topeng. Patung yang diberinya judul ‘Melestarikan’ itu terbuat dari bahan fiberglass berwarna perunggu.
Selain Suhartono, ada pula Wahyu Simultan (Lateng) dengan karyanya yang terbuat dari kayu mahoni diberi nama  ‘Topeng Misteri’, ada Aris Mustakim  (Banjarsari) yang menampilkan Relief Ikan dari kayu jati , dan Selamet Sugiono dengan patung  karyanya ‘Spirit of Gandrung’. Mereka adalah beberapa perupa diantara ratusan pelukis lainnya yang ikut pameran tersebut.
Saat membuka pameran tersebut tadi malam (27/11), Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap seni lukis dan seni patung di Banyuwangi berkembang dengan baik. “Budaya jadi bagian penting bagi kita, karena budaya jadi bagian pengembangan ekonomi kreatif. Harapannya, tempat-tempat wisata bukan hanya sekedar tempat wisata, tapi juga tempat berkesenian,”ujar bupati.
 Orang nomor satu di Banyuwangi itu mencontohkan salah satu tempat wisata yang akan dilengkapi dengan sarana berkesenian bagi seniman Banyuwangi. Yakni  tempat wisata Watu Dodol yang dulu kurang terawat, akan diubah menjadi rest area yang nyaman bagi pengunjung. “Dengan tangan dingin arsitek Budi Pradono, kami desain area itu menjadi Grand Watu Dodol. Kesenian angklung paglak yang akan dilokasikan disitu sekaligus menjadi sarana hiburan tambahan, jadi orang yang hadir tak hanya menikmati landscape saja, tapi juga menikmati alunan musik angklung yang khas,”kata bupati.
Meski  bersamaan dengan derasnya hujan yang turun, pameran tersebut tetap diserbu oleh pengunjung. Mereka tampak antusias dengan pameran yang rutin diselenggarakan tiap tahun ini. Salah seorang pengunjung, Budi Osing menyampaikan harapannya untuk pemkab. “Saya berharap event semacam ini didorong terus oleh pemkab supaya jadi komoditi. Contohnya seperti di Ubud, Bali. Komunitas mereka diwadahi dan mereka bisa berkreatifitas lewat galeri-galeri yang ada. Jadi tak hanya berhenti di pameran tahunan saja, saya berharap pemkab juga membuat pasar seni untuk seniman dalam memasarkan karya-karyanya. Dan kalau ada wisatawan berkunjung kemari, mereka tahu harus berbelanja kemana,”ujar warga Kelurahan Karangrejo tersebut.  (Humas & Protokol)

Pro Jam Skate Community Banyuwangi

VIDEO=https://www.youtube.com/watch?v=vl10C4gLx8Q&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg

Air Terjun Antogan Banyuwangi

 Video=https://www.youtube.com/watch?v=3UL1jZMVXQE&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Air Terjun Antogan - Banyuwangi
Air Terjun Antogan berasal dari mata air di kaki Gunung Raung.
Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 7 m saja.
Sayangnya keberadan air terjun ini mulai sepi dan ditinggalkan para pengunjung.
Tak jauh dari lokasi air terjun ini terdapat Pemandian Antogan Indah.Lokasi
Terletak di Dusun Krajan, Desa Bunder, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi,
Propinsi Jawa Timur.

23 November 2014

BEC 2014“THE MISTIC DANCE OF SEBLANG”

Pagelaran Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2014 berlangsung dengan megah dan meriah. Karnaval etnik yang tahun ini bertema 'The Mystic Dance of Seblang Banyuwangi', menyuguhkan parade kostum tradisi Seblang yang dikreasikan secara unik dan luar biasa. Agenda rutin dalam Banyuwangi festival ini  dibuka langsung Menteri Pariwisata, Arief Yahya
.
Video= https://www.youtube.com/watch?v=cHaYLBgG1Fc&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Tradisi Seblang merupakan sebuah tarian ritual asli Suku Using paling tua di Banyuwangi. Tari ini dimaksudkan sebagai usaha memperoleh ketenteraman, keselamatan, dan kesuburan tanah agar hasil panen melimpah. Ritual ini ditarikan seorang penari dalam kondisi trance, kondisi tak sadarkan diri, sebagai penghubung warga desa dengan arwah leluhurnya.
"Saat daerah lain ingin menampilkan budaya asing, dengan bangga Banyuwangi menampilkan kekayaan budaya lokal. Inilah yang membedakan BEC dengan karnaval lainnya. Kita ingin terus menjaga budaya daerah dan mengangkatnya ke kancah dunia," ujar Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, saat memberi sambutan selamat datang di depan para undangan, di Taman Blambangan Sabtu (22/11/2014).
Parade BEC, diawali penampilan kelompok musik drumband milik Pemkab Banyuwangi, yang dilanjutkan dengan penampilan Masterpiece BEC 4 2014, “The Queen Of Seblang”.  Masterpiece ini menampilkan seorang putri yang mengenakan pakaian kebesarannya gaun indah dengan ekor sepanjang 300 meter . Dua orang pengawal dan  150 penari Gandrung  mengiringi sekaligus membawa gaun panjang tersebut di hadapan para tamu undangan.
Kemudian, pegelaran dilanjutkan  dengan penampilan 200 penari Seblang yang menarikan goyangan khas Seblang yang menjatuhkan kepala ke kiri dan ke kanan dan gerakan gemulai tangan ke atas dan kebawah. Usai menari ratusan Seblang ini duduk disisi sepanjang catwalk mengawal prosesi terjadinya Seblang hinggamengalami trance atau kerasukan. Meski dimainkan secara teatrikal, namun penampilan para aktor yang menceritakan sejarah munculnya Seblang hingga proses masuknya ruh ke dalam raga Seblang  mampu membangkitkan nuansa mistis yang kental.
Usai prosesi tersebut, dimulailah penampilan Devile BEC 2014 yang diawali oleh BEC cilik sebanyak 48 anak. Dilanjutkan dengan penampilan peserta tema Seblang Olehsari, sebanyak 33 orang. Pada tema ini kostum dominan nuansa hijau yang dikreasikan secara menarik dengan kreasi hiasan payung. Lalu disusul tema kedua Seblang Bakungan, yang dibawakan  67 peserta dengan dominan warna merah .   Dan pada tema Porobungkil ditampilkan 35 peserta yang menampilkan visualisasi kreatif aneka buah-buahan dan aneka palawija yang dikreasikan dalam kostum yang unik.
Selain kedatangan Menteri Pariwisata, Arif Yahya yang membuka pagelaran BEC 4, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa dan Duta Besar AS Robert O Blake dan Yenny Wahid juga hadir di event tahunan ini. Selain itu, terlihat juga beberapa artis ibukota, seperti Abdee Slank, Paramitha Rusadi, Ayu Azhari, Yati Octavia dan Pangky Suwito.
Selanjutnya parade devile BEC 2014 ditutup dengan penampilan parade barong nusantara dan Kemanten Using Banyuwangi yang menjadi tema BEC 2015 mendatang. Sebelumnya, sebagai pembuka acara,  para tamu undangan sempat dihibur oleh penyanyi kondang Banyuwangi Wandra dan Suliyana.  Keduanya membawakan lagu hits masing-masing dan juga berduet. (Humas Protokol)

02 November 2014

Acara ritual kebo-keboan di Dusun Sukodono Desa Aliyan

Acara ritual kebo-keboan di Dusun Sukodono Desa Aliyan Kecamatan Rogojampi berlangsung meriah. Festival Kebo-keboan digelar di Kabupaten Banyuwangi, Minggu (2/10). Festival ini menandakan budaya agraris yang kental di Banyuwangi. Selama ini, Banyuwangi dikenal sebagai salah satu lumbung padi Jatim di mana kabupaten itu selalu mengalami surplus sekitar 250.000 ton beras setiap tahunnya.
Kebo-keboan adalah sebuah ritual masyarakat lokal, di mana sejumlah orang didandani seperti kerbau dan seluruh tubuhnya dilumuri jelaga hitam. Kebo dalam bahasa setempat berarti kerbau.
Ritual ini adalah bentuk tradisi permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat subur dan panen berlangsung sukses. Dalam ritus itu, sejumlah orang didandani seperti kerbau yang merupakan simbolisasi mitra petani di sawah untuk menghalau malapetaka selama musim tanam hingga panen.
”Kebo-keboan sejak lama telah menjadi bagian dari hidup dan kehidupan masyarakat lokal Banyuwangi. Kerbau bukan ternak pada umumnya yang dikonsumsi dagingnya. Tapi kerbau adalah mitra petani untuk menggarap sawah dan berupaya mendapatkan kemakmuran,” tutur Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat menghadiri Festival Kebo-keboan.
Di Banyuwangi, kebo-keboan digelar di dua tempat dalam satu hari yang sama, yaitu Desa Aliyan dan Desa Alas Malang. Konon, ritual Kebo-keboan yang digelar setiap 10 Muharram itu muncul sekitar abad ke-18 Masehi. Saat itu, masyarakat setempat dilanda pageblug (wabah). Salah seorang sesepuh desa saat itu, Buyut Karti, pun melakukan ritual selamatan dan menganjurkan warga desa membajak sawah menggunakan kerbau. Dan pageblug pun hilang.
Ritual kebo-keboan ini diawali dengan kenduri desa yang digelar sehari sebelumnya. Warga bergotong royong mendirikan sejumlah gapura dari janur yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan.
Esok paginya, warga pun menggelar selamatan di empat penjuru desa, yang dilanjutkan dengan ider bumi. Para petani yang didandani kerbau lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
Para petani itu diyakini kerasukan roh gaib. Mereka berjalan seperti kerbau yang sedang membajak sawah. Mereka juga berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepannjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan membajak. Persis kerbau!
Atraksi ritual kebo-keboan ini sangat menarik warga. Bukan sekadar melihat atraksi, sejumlah warga yang datang ke lokasi untuk mendapatkan berkah dari benih padi yang sengaja ditebarkan.
Seperti yang dilakukan Mbah Sapurat (56 tahun) yang saat itu berebut benih padi di Desa Aliyan yang tercecer di jalan meski harus berjuang melawan “kerbau”. “Tiap tahun saya pasti ikut berebut benih padi yang ditebar di acara ini untuk saya tanam lagi di sawah. Dan Alhamdulillah, panen saya pun hasilnya juga bagus dan melimpah,” ujar  Sapurat.
Tradisi Kebo-keboan sejak tahun 2014 ini telah masuk dalam agenda Banyuwangi Festival yang merupakan agenda pariwisata daerah yang berisi beragam acara wisata. “Dengan masuk Banyuwangi Festival, secara tidak langsung memaksa kami untuk bisa menampilkan suatu atraksi budaya lokal yang berkelas. Misal dengan perbaikan manajemen acara. Ini sebagai upaya  kami agar budaya lokal terus membumi, selain tentunya rakyat pun bisa bangga,” pungkas Anas.
Festival Kebo-keboan, imbuh Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda, juga menjadi bentuk pelestarian budaya agraris masyarakat. "Di Banyuwangi banyak model agrotourism yang memadukan pertanian dan wisata. Misalnya, wisatawan bisa meminta paket wisata ikut menanam padi di sawah, atau ikut melihat pemetikan kopi hingga cara menggorengnya," pungkas Bramuda. (Humas Protokol)

Ki Anom Suroto Puaskan Pecinta Wayang Kulit Banyuwangi Hingga Pagi

Ribuan masyarakat pecinta seni wayang kulit, tadi malam Sabtu (1/11) memadati lapangan Bima Sakti, Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo. Kehadiran ribuan ini untuk menyaksikan aksi dalang kondang Ki Anom Suroto, yang diundang khusus pemkab Bayuwangi menyemarakkan Banyuwangi Festival 2014.
Pesona dalang yang membawakan lakon  Amartha Binangun memang luar biasa. Sejak sore hari lapangan Bima Sakti sudah dipenuhi penonton, padahal gelaran wayang baru dimulai pukul 21.30 Wib. Sambil menggelar tikar, Sariman yang datang membawa serta anak cucunya mengaku rela berangkat sore agar bisa mendapat tempat duduk yang strategis. “Selama ini saya hanya bisa menyaksikan Ki Anom lewat televisi, sekarang bisa langsung makanya saya berangkat sore hari,” kata Sariman.
Ki Anom bermain sangat bagus, lakon yang mengkisahkan Ksatria Pandawa Lima membangun kerajaan baru di hutan tandus ini yang penuh  rintangan. Kisah ini diawali dengan penderitaan pendawa sepeninggal ayahnya, Pandu Dewanata, pendawa menuntut hak atas kerajaan kepada penguasa Hastina yang saat itu dikuasai pamannya sendiri, Prabu Destarata. Lewat rapat kerajaan pendawa dititahkan membabat hutan baru untuk mendirikan kerajaan. Dalam perjalanan menuju Amarta, mereka menemui banyak kendala dan aral melintang, Disinilah permainan yang paling seru disuguhkan Ki Anom yang mengajak duet putranya sendiri Ki Bayu Aji untuk ikut memainkan panggung malam itu. Akhir kisah pendawa bisa mendirikan kerajaan yang besar dan sejahtera.
Selain Bayu Aji, Ki Anom juga membawa Cak Dikin dan Nyimut Dikin serta Pentol untuk mengisi limbuk’an dan goro-goro. Benar sekali kemunculan para dagelan kondang ini mampu mengkocok penonton hingga pagi hari. Bahkan, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dan Wabup Yusuf Widiyatmoko, beserta isteri yang membuka gelaran wayang kulit ini baru meninggalkan lokasi setelah limbuk'an.
“Gelaran wayang kulit ini tidak hanya melestarikan kesenian khas jawa. Lebih jauh dari itu permainan wayang kulit ini mengandung filosofi dan makna yang dalam dari setiap lakon yang mainkan dalang,” kata Bupati Anas.
Sebelum Ki Anom Suroto, panggung ini telah diramaikan dengan suguhan parade dalang cilik, Jum’at malam (31/10). Ada delapan dalang cilik dengan usia 12 hingga 29 tahun bermain disini. Mereka bermain dengan bermacam-macam lakon, diantaranya Adon-adon Romojolo yang dimainkan ki Wawuh Tri Gonggo dari Bangorejo dan Gatot Kaca Lahir, oleh Raka Ditho Jihan Firmansa dalang usia 12 tahun. (Humas Protokol)

26 Oktober 2014

Tahun Baru Islam Santri kecil



JADWAL PERKEMAHAN(Tahun Baru Islam Santri kecil)
TPQ Tampo-Cluring-Banyuwangi

JUM’AT,24 OKTOBER 2014
1.       Pkl 13.00-15.00                                                  Upacara Pembukaan
2.       Pkl 15.00-15.20                                                  Sholat Asyar
3.       Pkl 15.20-17.00                                                  Kegiatan
4.       Pkl 17.30-18.00                                                  Sholat Magrib
5.       Pkl 18.00-19.00                                                  Makan bersama & Sholat Isya’
6.       Pkl  19.00-20.30                                                 Pengajian Umun
7.       Pkl 20.30                                                              PULANG



SABTU,25 OKTOBER 2014
1.       Pkl 06.00-11.00                                                  Penjelajahan
2.       Pkl 11.00-11.30                                                  Istirahat
3.       Pkl 11.30-13.00                                                  Sholat Dzuhur
4.       Pkl 13.00-15.00                                                  Permainan & Hiburan
5.       Pkl 15.00-16.00                                                  Sholat Asyar & Mengaji
6.       Pkl 16.00-18.00                                                  PULANG
7.       Pkl  18.00                                                             KEMBALI KE PERKEMAHAN
8.       Pkl 18.00-19.00                                                  Cerdas Cermat
9.       Pkl 19.00                                                              PULANG



MINGGU,26 OKTOBER 2014
1.       Pkl 06.00-08.00                                                  PEMBAGIAN HADIAH DAN UPACARA PENUTUPAN





MC UPACARA                    : NOVA                                 penceramah : Ky. ABDULL RAHMAN
PEMIMPIN UPACARA    :ZUHRI
MC PENGAJIAN                                :ROSY
QIRO’AT                               :ELA                                      


19 Oktober 2014

Internasional Tour De Ijen 2014 Etape 4

Etape pamungkas International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2014, Minggu (1/10/2014) sore ini akhirnya menjadi milik Mehdi Sohrabi, pembalap asal Tabriz Petrochemical Team Iran. Mehdi sukses menyingkirkan para pembalap Pishgaman Yazd Cycling Team yang mendominasi sejak awal lomba.
Mehdi mencatatkan waktu 3 jam, 10 menit dan 34 detik. Catatan waktu yang sama juga dicapai peringkat kedua Eduard Prades Reverter dari Matrix Powertag Jepang dan Shimpei Fukuda asal tim Aisan Racing Team.

Video=https://www.youtube.com/watch?v=_iiofJJfcBw&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg

Pada awal balapan, para pembalap masih berkumpul dalam satu rombongan besar. Tapi selang beberapa putaran berikutnya, pembalap mulai terpecah. Rombongan pertama berisi belasan pembalap. Sementara jumlah lebih banyak bergabung di rombongan besar yang menguntit di belakangnya.
Mulai intermediate sprint pertama di KM ke-54.71 hingga sprint ketiga di KM ke-97.61, pembalap-pembalap Pishgaman Yazd Cycling Team masih memimpin rombongan pertama. Hossein Askari dan Arvin Moazemi Gordazi secara bergantian berada di barisan terdepan. Tapi pada dua putaran terakhir, komposisi pembalap berubah total.
Rombongan besar berhasil menangkap grup kecil yang memimpin di depan. Seluruh pembalap akhirnya tergabung dalam grup besar dan masuk ke finish secara bersamaan. Sohrabi dinyatakan sebagai tercepat di etape ini.
Etape keempat sekaligus terakhir di balapan ini mengambil start di Kalibaru dan finish di depan kantor bupati Banyuwangi. Etape keempat memiliki panjang 140.5 kilometer. Sejak KM ke-54, para pembalap langsung menghadapi lintasan criterium. Mereka memutari kantor bupati sebanyak 12 kali. (Humas Protokol)

Internasional Tour De Ijen 2014 Etape 3



Kemenangan yang diraih oleh Peter Pouly cukup mengejutkan. Pouly mampu mengalahkan Raja Tanjakan dari Iran yang biasanya menjadi pemenang di rute Ijen.
Pada awal balapan, para pembalap melintasi jalur flat yang cukup panjang dan berkelok-kelok, mulai Muncar hingga Setail. Melewati kawasan pedesaan dan hamparan sawah nan hijau, para pembalap disambut antusiasme masyarakat yang sangat ramai memenuhi sisi-sisi jalan. Ketika memasuki kawasan Tegalsari, pembalap dari tim Polygon Sweet Nice (PSN) sempat membuat gertakan. Tapi langsung ditangkap oleh rombongan besar.
Video= https://www.youtube.com/watch?v=YIa7-RaI0vY&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Seperti tahun-tahun sebelumnya, para pembalap Tabriz Petrochemical Team memimpin rombongan besar. Mensejajarkan seluruh pembalapnya di depan, Tabriz seolah membuat tembok pertahanan yang sukar ditembus oleh tim-tim lain. Usai intermediate sprint pertama di Pasar Genteng (KM 33.25), hingga tanjakan King of Mountain (KOM) pertama di Sragi, formasi pembalap masih tidak berubah. Mereka masih tergabung di rombongan besar.
Jarak yang sangat panjang membuat para pembalap memilih bermain aman. Bahkan selepas intermediate sprint kedua di daerah Muncar (KM 92.26), seluruh pembalap tetap di rombongan besar. Hingga memasuki KM 142.19 di wilayah Segobang, tak ada satupun pembalap yang melakukan break away. Mereka tetap menggerombol dalam rombongan besar.
Tabriz masih mempertahankan strateginya, yakni menempatkan seluruh pembalapnya di barisan terdepan. Alhasil merekalah yang mengontrol ritme balapan dengan kecepatan rata-rata mencapai 35 km/jam. Jalan yang panjang dan banyak tanjakan dan turunan di Segobang-Licin-Glagah membuat banyak pembalap tumbang karena harus mendapat penanganan mekanis.
Balapan akhirnya hidup pada 35 kilometer menjelang garis finish. Kali ini tim Aisan mulai berani mendobrak barikade Tabriz. Selang 10 kilometer setelahnya giliran Pishgaman Yazd yang berani menganggu Tabriz. Dua tim asal Iran dan satu tim Jepang itu mulai berancang-ancang menjelang tanjakan KOM 2 di daerah Licin.
Selepas KOM 2, Aisan temani Tabriz memimpin lomba. Satu pembalap 7 Eleven Roadbike, Edgar Nieto juga masuk dalam persaingan. Medan yang mulai menanjak membuat para leader akhirnya ditangkap grup besar. Pembalap Tabriz, Amir Kolahdozhagh membuat melakukan break away sejak 15 kilometer menjelang finish. Hingga 5 kilometer setelahnya, Kolahdozhagh masih memimpin dengan gap lebih dari satu menit.
Sejak 10 kilometer menjelang finish pula, rombongan besar mulai terpecah. Ada rombongan kecil di belakang Kolahdozhagh. Rombongan pertama diisi tiga pembalap Iran, Ghader Mizbani, Amir Zargari dan Hossein Askari. Serta Peter Pouly dari Perancis. Sedangkan di rombongan kecil kedua diisi empat pembalap.
Salah satunya runner up musim lalu, Hideto Nakane (Aisan).Semakin dekat ke garis finish maka semakin berat pula hambatan yang dihadapi oleh para pembalap. Satu persatu pembalap yang awalnya memimpin akhirnya mundur teratur. Pada 5 kilometer menjelang finish, tersisa empat pembalap yang bersaing, yakni Pouly, Askari, Zargari dan Kolahdozhagh. Sejatinya Askari lah yang memimpin balapan. Sedangkan Pouly di urutan kedua. Sayang di dua kilometer menjelang finish, Askari mengalami kendala teknis. Kondisi ini dimanfaatkan Pouly untuk menyalip dan mengamankan posisi pertama.(Humas Protokol)

18 Oktober 2014

Internasional Tour De Ijen 2014 Etape 2

Keberhasilan Patria Rastra meraih posisi pertama di etape kedua, mulai nampak sejak awal lomba. Meski pada start awal juara etape pertama Kyosuke Takei asal Singha Infinite Cycling Team Thailand berada di garda depan,  namun kecepatan gowes Patria Rastra mampu mengejar Takei dan sempat melakukan break away, namun akhirnya tersusul rombongan besar.
Video Etape 2= https://www.youtube.com/watch?v=Sw-mwIZmBjQ&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Bersama Anders Dreyer Frost (Denmark National Team) dan Nicholas Magnan (Singha Infinite Thailand), Takei dan Patria Rastra mencoba membuat manuver saat berada di lintasan Karangdoro.
Setelah Frost dan Magnan tertangkap rombongan besar, Rastra bersama rekan se-tim di Pegasus, Dadi Suryadi mencuri kesempatan untuk melaju kedepan. Bahkan duet Pegasus ini berhasil mencatat gap hingga lebih dari empat menit. Rastra akhirnya menjadi yang tercepat di intermediate sprint pertama. Disusul Marcelo Felipe (7 Eleven) dan Dadi Suryadi.

Selepas intermediate sprint, tepatnya di Rogojampi, komposisi pembalap mulai berubah. Terdapat empat pembalap yang memimpin. Disusul rombongan kedua dengan 23 pembalap. Lalu dibelakangnya ada main group. Menjelang tanjakan King of Mountain (KOM), para pembalap kian mengencangkan kecepatan.
Marcelo Felipe keluar sebagai yang tercepat di KOM. Di belakangnya ada Dadi Suryadi dan Tonton Susanto. Keduanya perupakan pembalap Pegasus Continental. Lepas KOM, para pembalap disuguhi dengan jalanan menurun, berkelok dengan tikungan yang cukup tajam. Posisi pembalap kian sulit dengan jalan yang tak terlampau lebar.
Sejak 500 meter menjelang garis finish, Rastra, Marcelo dan Agung terlibat adu sprint. Rastra-lah yang akhirnya keluar sebagai yang tercepat. Etape kedua sendiri merupakan rute flat. Para pembalap menempuh jarak 100 kilometer dari Jajag menuju Genteng. Para rider akan melintasi jalanan di kawasan sisi selatan Banyuwangi. Melintasi sawah, dan sungai yang berkelok-kelok sepanjang jalan, tepatnya Sungai Kebondalem - Bangorejo.[Humas Protokol]

16 Oktober 2014

Internasional Tour De Ijen 2014 Etape 1

Event balap International Tour De Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2014 mulai. Tiga pembalap terbaik asia yakni Mirsamad Pourseyedi Golakhoir, Ghader Mizbani dan Amir Zargari ikut dikompetisi ini.
Video Etape 1= https://www.youtube.com/watch?v=ZdfT7bl417k&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Mengambil start di depan Pendopo Sabha Swagata, ratusan rider memulai kompetisi bergengsi yang masuk agenda tahunan UCI ini. Diikuti 16 tim yang terdiri 9 tim luar negeri dan 7 tim dalam negeri. Di etape hari pertama ini, rider akan menempuh jarak 180, 78 km dengan finish di Pantai Pulau Merah, Kecamatan Pesanggaran. Di etape pemanasan ini rider akan langsung menghadapi rute yang lumayan menantang dengan dua kali titik sprint dan dua medan tanjakan. Titik sprint yang pertama di kilometer ke 29,56 di jalan Jendral Sudirrman dan KM 77,83 di Kecamatan Rogojampi. Sementara rute tanjakan berada di KM 43,15 di Kalibendo dan KM 52,27 di Segobang. Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan even International Tour De Bnayuwangi Ijen bukan hanya sekedar even sport tourism yang menjadi salah satu instrumen pengungkit pariwisata, lebih dari itu even ini untuk menumbuhkan semakin optimisme dan kebanggan Masyarakat Banyuwangi akan daerahnya. "Anak-anak kita juga bisa belajar untuk bekerja keras dan sungguh- sungguh dengan melihat kesungguhan para pembalap mencapai finish," kata Bupati Anas saat melepas rider di garis start. Diperkirakan para rider akan mulai memasuki garis finish di Pantai Pulau Merah pukul 14.38 WIB. (Humas Protokol)

15 Oktober 2014

Menpora Roy Suryo Akan Lepas ITdBI 2014

BANYUWANGI – Ajang balap sepeda internasional bertajuk International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) siap digeber besok pagi, Kamis (16/10). ITdBI 2014 ini akan menempuh empat etape dengan total rute sejauh 622 kilometer, dengan diikuti 17 tim, 10 tim luar negeri dan 7 tim dalam negeri dipastikan bakal meriah.
Perhelatan event sport tourism ini rencananya akan dibuka dan diberangkatkan langsung Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) RI, Roy Suryo. Menpora dijadwalkan akan melepas ajang bergensi ini langsung dari pendopo kabupaten, pukul 09.30 WIB..
Sebelum memberangkatkan event ini, rencananya Menpora didampingi Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Ketua Koni Jatim, Dhimam Abror Djuraid, Ketua ISSI Jatim Guntur Priambodo beserta muspida dan para rider akan menjajal rute etape pertama dengan gowes bareng sejauh dua kilometer. Start pendopo – jl. PB Soedirman dan kembali ke pendopo. “Istilahnya menjajalstart semu. Setelah itu, baru Menpora akan melepas para rider untuk berlomba. Menpora juga direncanakan akan menyapa masyarakat yang telah berpatisipasi di sepanjang rute etape pertama,” kata Kabag Humas Protokol Juang Pribadi.
Sementara itu, seluruh tim yang akan bertanding di event ini telah merapat semua ke bumi Blambangan baik dari tim continental maupun tim nasional. Tim continental dari luar negeri yang siap bertarung di event balap sepeda UCI 2.2 ini, diantaranya Aisan Racing Team (Jepang), Tabriz Petrochemical Team (Iran), Pishgaman Yazd Cylcling Team (Thailand), TSR Continental Team (Iran) dan Team 7 Eleven Roadbike Philippines (T7E). Selain itu tim luar negeri lainnya yang juga telah siap Matrix Powertag (Jepang), Singha Infinite Cycling Team (Thailand) dan Kelantan Cycling Team (Malaysia).
Sedangkan tim nasional yang ikut bertanding salah satunya Denmark National Team (Denmark). Adapun tim lokal dari dalam negeri yang akan ikut berlaga, Pegasus Continental Cylcling , Polygon Sweet Nice Team, Custom Cycling Club (CCC), BBC Pessel (Sumatra Barat), Team Jatim, United Bike Kencana (UBK) dan Team BRCC – Banyuwangi.
Nama-nama punggawa balap sepeda seperti Gadher Mizbani, Mirsamad Pourseyedi Golakoir, pembalap terbaik Asia dari Iran serta Oscar Pujol Munoz asal Spanyol siap menaklukkan kemiringan lereng Gunung Ijen yang mencapai 45 derajat.
Sebelum bertanding esok pagi, nanti malam seluruh tim akan melakukan opening ceremony di Taman Blambangan sebagai ajang perkenalan masing-masing personel tim. Masing-masing tim nanti akan memperkenalkan nama-nama personel dan negara asalnya. Mereka juga akan menyapa masyarakat yang hadir sekaligus menyaksikan pertunjukan atraksi kesenian dan budaya khas Bumi Blambangan. ITdBI kali ini para rider akan berlomba mengelilingi 23 kecamatan dengan jarak sejauh 622 kilometer. Etape pertama akan menempuh rute sepanjang 180,78 km, start pendopo kabupaten finish Pulau merah dengan melewati 16 kecamatan. Banyuwangi – Giri – Glagah – Licin – Kabat – Rogojampi – Singojuruh – Sempu – Purwoharjo – Tegaldlimo – Siliragung- Pesanggaran dan finish Pulau Merah.
Etape kedua, Jum’at (17/10) dimulai pukul 13.30 WIB dari terminal Jajag dan finish lapangan Maron Genteng dengan jarak 100 km. Rute yang akan dilalui pertigaan KDS Genteng – pertigaan Setail – Dasri – Karangdoro – KB VI – Perempatan Bangorejo – Bulurejo – Pasar Purwoharjo dan menuju Benculuk – Srono – Rogojamppi naik ke Sragi – Pasar Gendoh – Karangsari – Sempu dan finish lapangan Maron.
Etape ketiga, Sabtu(18/10) pukul 09.30 start Sumberbesar Muncar dan finis Paltuding Ijen, dengan panjang rute 201,7 km. Etape tiga ini akan melewati Tampo – Benculuk – Jajag – Tegalsari – Stembel – Setail- KDS – Genteng – Karangsari – Gendoh – balek lagi ke Sukonatar – Srono – Muncar – Gumuk Kantong –Sumbersewu – Kemendung – Labanasem – Gombolirang – Macan Putih – Licin – Glagah – Banjarsari – Pendarungan – Banyuwangi kota – Patung Barong – Kemiren – Olehsari –Glagah dan finish Paltuding.
Etape keempat, Minggu (19/10) pukul 12.30 WIB, dari Kalibaru dan finish depan kantor Pemkab Banyuwangi sejauh 140,5 km. Dari finish para rider masih melanjutkan criterum race sejauh lima kilometer dengan 5 putaran.(Humas Protokol)