09 September 2013

Banyuwangi Ethno Carnival-BEC-3-The-Legend-of-Kebo-keboan-Blambangan

BEC 2013 "The Legend of Kebo-keboan" Megah dan Eksotik
07-09-2013
BANYUWANGI -- Event pembuka Banyuwangi Festival (Be-fest) 2013 "Banyuwangi Ethno Carnival " (BEC) 2013 yang dihelat Sabtu (7/9), langsung dari panggung cat walk Taman Blambangan,  berlangsung megah dan spektakuler. Dengan tema the legend of kebo-keboan Blambangan, karnaval budaya dengan kolaborasi pembuka dalam unsur moderenitas ini, sangat istemewa. Karena, BEC 2013 ini di buka langsung Menteri Tenaga Kerja dan Tranmisgrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar juga dihadiri Konsul Jenderal Amerika Serika (AS), Joaquin Monserrate, Dubes Timor Leste, Ketua DPP Golkar Abu Rizal Bakire (ARB), CEO Bosowa Grup, Erwin Aksa, Rizal Malarangeng, Ketua Asosisasi Pemerintah Kabupaten Indonesia (Apkasi), Isra  Noor yang juga Bupati Kutai Timur, Bupati Agam, Sumatra Barat, Bupati Badung, Bali, Walikota Probolinggo, Wabup Tangerang Selatan, Wabub Karawang Jawa Barat serta Sekda Pacitan dan Denada Tambunan beserta Emilia Contesa. Juga disaksikan seluruh jajaran forum pimpinan daerah (forpimda) dan tokoh masyarakat, agama, budayawan dan ratusan jurnalis media cetak/elektronik, fotografer dalam dan luar negeri serta ribuan masyarakat Blambangan yang menyemut memadati sepanjang jalan yang didalalui para devile.
"Tema BEC setiap tahun beda, dan berbasis dari kebudayaan Banyuwangi yang melimpah. Diiringi live musik, talent asli Banyuwangi terakhir BEC Banyuwangi tidak mengeksploitir tubuh penari, tetapi mengeksploitir konsep," terang Bupati Abdullah Azwar Anas ketika memberikan sambutan di event akbar ini.
Sementara itu, dalam testimoninya Menakertrans menyatakan, Banyuwangi yang tumbuh kreatif, inovatif mampu bersaing dengan kabupaten lainnya. "Dari kreativitas budaya ini akan bergulir  yang menjadi ekonomi yang maju. Even BEC sekaligus rangkain Banyuwangi Festival lainnya akan bisa menjadi pintu masuk kejayaan bangsa Indonesia tercinta kita," kata Menakertran sesaat akan membuka BEC 2013.

Dikatakan Menakertrans, Banyuwangi memiliki letak yang strategis, kalau tidak dikelola pemimpin yang kreatif sangatlah rugi. "Namun alhamdulilah dengan kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas dengan menjadikan budaya sebagai salah penggerak pertumbuhan ekonomi, Insyalloh Banyuwangi akan bisa menopang kekuatan ekonomi nasional sekaligus kemajuan dan kejayaan Bangsa Indonesia," harap Menakertrans saat membuka BEC 2013.

Menakertrans juga mengatakan, dengan kerja keras tokoh-tokoh dan para pemimpin yang ada di Banyuwangi pengangguran dan kemiskinan di Banyuwangi mulai bisa tangani. BEC sekaligus berbagai event-event Be-fest akan bisa menjadi pintu masuk kejayaan Bangsa Indonesia tercinta kita.
 Bupati juga  punya kreativitas memasarkanBanyuwangi sebagai daerah pariwisata. Mudah-mudahan festival Banyuwangi berlangsung terus."Rakyatnya mandiri di  semua wilayah, Banyuwangi mengawali menjadi negara yang mandiri," kata ARB.

BEC tahun ini diikuti 150 peserta dengan tiga sub tema, devile pertama dengan tema "Kebo Geni yang tampil dengan menggunakan kostum etnik kebo-keboan yang didominasi warna merah dan hitam. Defile kedua, "Kebo Bayu Tirto"yang tampil dengan balutan kostum yang didiominasi warna biru dan silver. Yang ketiga ada "Kebo Bumi yang berlenggok sangat eksotik dengan balutan kostum warna hitam dan kuning emas yang artinya bumi yang penuh kemakmuran.

Sebelum para peserta BEC berjalan di catwalk sejauh tiga kilometer, mulai Jl. Kartini -- Jl. Susuittubun -- Jl. PB Soedirman dan finis Jl Yani depan kantor Pemkab Banyuwangi, para penonton disuguhi 300 penari gandrung yang menari secara massal sebagai pembuka BEC 2013.

Selanjutnya ada atraksi drumband dari Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Surabaya, yang mengiringi para ekspatriat yang bekerja di Banyuwangi dan mahasiswa asing dari 12 negara yang sedang khusus belajar seni dan budaya di Indonesia. Menariknya, mereka didandani ala kebo-keboan dan berjoget di depan tamu kehormatan.

Selain itu tampil juga peserta BEC terbaik 2012 dengan kastum Barong sesuai dengan tema BEC 2012 Re-Barong Using. Tak cukup itu, untuk menghidupkan nuansa Banyuwangi Ethno Carnival, penonton juga disuguhi Fragmen upacara adat Kebo-keboan dari Desa Alian, Kecamatan Rogojampi dan Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh. Mengapa mengambil tema the legend of kebo-keboan karena, kata Bupati Anas Kebo-keboan mempunyai filosofi yang tinggi akan sejarah Banyuwangi. Dimana kebo sebagai teman petani saat menggarap sawah sehingga kebo memiliki kedekatan dengan kemakmuran rakyat.

Dibarisan penghujung BEC 2013, ada drumband pemkab yang mengiringi Jebeng Thulik sambil membentangkan spanduk bertuliskan See You Next BEC 2014 dengan tema "Seblang". Sebagai penutup penonton masih disuguhi atraksi panggung Demi dan Suliyana yang melantunkan lagu khas Banyuwangi. (Humas dan Protokol)



06 September 2013

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) III

BANYUWANGI – Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) III siap digelar awal September mendatang.  Kebo-keboan dipastikan menjadi tema yang diangkat dalam karnaval yang memadukan  modernitas dengan seni tradisional ini.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ((Disbudpar) Suprayogi,  tema Kebo-keboan dipilih berdasarkan masukan dari para seniman dan budayawan Banyuwangi. Karena kepeduliannya pada pelestarian budaya asli Banyuwangi, para seniman dan budayawan bahkan bersedia mengawal workshopnya sehingga dari sisi konsep tidak akan melenceng.
Beberapa waktu lalu,  Yogi mengaku, pihaknya telah bertemu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, sekaligus mempertemukan beberapa budayawan yang concern, diantaranya Hasnan Singodimayan, H. Andang C.Y, H. Tedjo dan Samsudin Adlawi. Tujuannya adalah untuk mempresentasikan tema Kebo-keboan ini sekaligus  mendiskusikannya dengan Bupati Anas.
Prototype Kebo-keboan yang dipresentasikan di hadapan Bupati Anas di Pendopo Sabha Swagata Blambangan ternyata mendapatkan persetujuan dari orang nomor satu di Banyuwangi itu. Namun untuk tetap menunjukkan kekhasan Banyuwangi, ujar Yogi,  Bupati minta penari Gandrung tetap menjadi magnet di awal pembukaan BEC III tersebut. “Di barisan terdepan  akan ditampilkan 300 penari Gandrung yang akan menampilkan  welcome dance untuk para tamu,” ujar Yogi. Setelah itu akan tampil Kebo-keboan asli sebagaimana yang biasa ditampilkan di Desa Alas Malang, yang dilanjutkan dengan penampilan Kebo-keboan ala BEC III.
Tema Kebo-keboan yang menginspirasi BEC III ini akan dibagi menjadi 3 sub tema yang menggambarkan tentang sifat dasar manusia. Yakni Kebo Geni, Kebo Bayu Tirto dan Kebo Bumi. Kebo Geni menggambarkan semangat, motivasi, amarah dan kepahlawanan. Warna yang dominan dipakai adalah hitam dan merah. Kebo Bayu Tirto menggambarkan tentang kehidupan, dengan 3 warna dominannya hitam, silver dan putih. Sedangkan Kebo Bumi yang menggambarkan tentang kesuburan lebih dominan pada warna hitam dan emas. Ketiga Kebo tersebut akan tampil dengan tanduk, kliningan sapi, dilengkapi dengan ekor dan sayap yang memperlihatkan kekhasan Banyuwangi seperti  motif Gajah Oling.
Yang tak kalah menarik, konsep BEC III ini dibuat berbeda dari BEC sebelumnya. Letak perbedaannya salah satunya pada  lokasi  startnya. Jika sebelumnya pemberangkatan dimulai dari depan SD Kepatihan (Jl. Veteran), kali ini startnya  berada di Taman Blambangan, tepatnya dimulai dari makara (gapura) yang biasa digunakan untuk menggelar pergelaran seni setiap Sabtu malam. Peserta karnaval akan turun dari tangga tinggi ber-trap dari samping kiri dan kanan gapura. Setelah itu mereka melewati  tengah lapangan Taman Blambangan  menuju ke arah timur, kemudian berbelok ke kiri, dan barulah mengikuti rute BEC seperti tahun sebelumnya.
Yang tak berubah adalah nantinya tetap akan ditampilkan  musik yang gemebyar dikolaborasikan dengan  fashion dan koreografi yang dibawakan peserta BEC III. Hanya saja koreografi tarian  yang ditampilkan, terang Yogi,  tak lagi menggunakan modern dance melainkan traditional dance.
Untuk menjaring peserta  BEC III ini, Yogi mengatakan, Disbudpar akan membuka audisi pada akhir bulan ini (Mei). Tak hanya kalangan pelajar dan mahasiswa saja yang dilibatkan, tapi juga kelompok – kelompok profesional seperti sanggar-sanggar tari dan juga masyarakat umum. (Humas & Protokol)