08 Desember 2015

Kembangkan Jenis Arabica, Banyuwangi Raih Penghargaan Insan Perkopian Jatim

Banyuwangi berhasil memperoleh penghargaan di bidang pertanian dengan meraih juara II Anugerah Insan Perkopian Tingkat Provinsi Jawa Timur. Penghargaan tersebut diserahkan langsung Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jatim, di Hotel Orchid, Malang, Kepada Ketua Kelompok Tani (Poktan) Madani Banyuwangi, Samsi, Jumat lalu.
Samsi mengatakan penghargaan yang diraih kelompok taninya karena berhasil melakukan pembibitan kopi jenis arabika dengan tepat. Dimana bibit yang dihasilkan diangap memilki kualitas yang baik. Mengingat selama ini jenis Arabika bukanlah tanaman yang biasa dibudidayakan di Banyuwangi, karena iklimnya lebih cocok bagi budidaya kopi jenis robusta.
“Namun kami bisa mengembangkan pembibitan arabika dengan baik. Dimana bibit yang dihasilkan dianggap berkualitas, tingginya sesuai dengan syarat penanaman dan bebas penyakit,” kata Samsi.
Istimewanya lagi, kata Samsi pembibitan  dilakukan di dataran rendah dengan ketinggian 400-450 meter diatas permukaan laut (mdpl). Padahal biasanya kopi Arabika hanya berkembang dengan baik di dataran tinggi yang ketinggiannya 700-1700 mdpl. “Ini juga yang menjadi kelebihan kami hingga bisa menang,” ujarnya.
Lahan yang dikembangkan oleh poktan Madani sendiri terletak di Dusun Pringgondani Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo dengan luas lahan 30 hektar.
Samsi melanjutkan keberhasilan kelompok taninya ini tak lepas dari pendampingan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyuwangi (Dispertan hutbun). Awalnya, lanjut dia, di sejumlah pekarangan penduduk di dusun tersebut tumbuh kopi arabica, namun sporadis dan tidak terawat.
"Mulanya kami bingung ini kopi jenis kopi, lalu konsultasi dengan orang dinas dan diteliti di Pusat Penelitian Kopi di Jember, dan ternyata itu jenis arabica. Lalu, dinas pun mengajak kami untuk mengembangkan bibit jenis tersebut di sini dan membuat demo plotting (demplot) di sini. Mereka memberikan pengarahan agar hasil yang didapat berkualitas. Misalnya kami dibekali cara agar bibit tanaman kopi terhindar penyakit,” cetus Samsi.
Selain pembibitan, lanjut Samsi, Dispertan juga memberikan pengetahuan cara budidaya kopi arabika yang benar. Mulai dari proses pengolahan tanah, pembenihan, pemupukan, pengontrolan hama dan pemangkasan, hingga cara memanen yang benar.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Banyuwangi, Ikrori Hudanto mengatakan pemerintah daerah selalu mendorong petani untuk meningkatkan kualitas tanamannya, agar produktivitas kopinya bisa meningkat.
Ikrori melanjutkan, untuk mendorong kopi jenis arabika menjadi salah satu komoditas kopi yang dihasilkan Banyuwangi, pihaknya juga akan mengembangkan budidaya kopi varietas ini di lahan seluas 200 hektar. Lokasinya berlokasi sama yakni di Dusun Pringgondani, Desa Watukebo, Wongsorejo namun di ketinggian 800-1000 mdpl. “Karena di lokasi ini tersedia tersedia lahan representatif yang sesuai untuk budidaya kopi arabika,”kata Ikrori.
Rencananya, pada musim hujan tahun ini, penanaman tahap pertama akan dilakukan. Sebanyak 100 ribu bibit kopi akan mulai ditanam pada lahan seluas 100 hektare. “Sedangkan 100 ribu bibit lainnya akan ditanam pada tahap ke dua di tahun depan,” tutur Ikrori
Di pasaran permintaan terhadap kopi arabika meningkat dan nilai ekspornya juga lebih tinggi dari robusta. Di musim panen, harga kopi Arabica bisa sampai Rp. 35 ribu/ kilo, sedangkan Robusta hanya Rp. 20 ribu/kilo nya. “Jadi kita ingin Banyuwangi juga bisa menghasilkan Arabika untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi,” ujarnya.
Pihaknya juga akan menggandeng perkebunan-perkebunan besar untuk bermitra dengan para petani agar ada transfer knowledge dari perkebunan besar kepada petani. “Karena saya yakin kalau perkebunan besar itu ilmu dan pengalamannya pasti lebih banyak,” pungkasnya.
Sebagai informasi, selama ini jenis kopi yang dikembangkan di Banyuwangi, baik oleh perkebunan swasta nasional maupun perkebunan rakyat, adalah kopi Robusta. Pada tahun 2014, angka produksi kopi Banyuwangi mencapai 7,99 ribu ton. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 6,91 ribu ton dari luas panen sekitar 8 ribu hektar lebih. Sedangkan pada tahun 2012 dan 2011, angka produksi kopi Banyuwangi berturut-turut sebesar 6,99 dan 7,38 ribu ton. (Humas Protokol)

Tidak ada komentar: