27 Juni 2013

Polisi Obrak Balap Liar

Polisi mengobrak-abrik

balap liar di sejumlah kawasan

Ini yg di dpn RS al Huda-Genteng-BWI=27-6-2013-2;30 am

video di you tube kreasi bwi







15 Juni 2013

Banyuwangi Ethno Carnival 3-2013

BEC III Siap Digelar, Angkat Tema Kebo-Keboan

  04-05-2013

BANYUWANGI – Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) III siap digelar awal September mendatang.  Kebo-keboan dipastikan menjadi tema yang diangkat dalam karnaval yang memadukan  modernitas dengan seni tradisional ini.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ((Disbudpar) Suprayogi,  tema Kebo-keboan dipilih berdasarkan masukan dari para seniman dan budayawan Banyuwangi. Karena kepeduliannya pada pelestarian budaya asli Banyuwangi, para seniman dan budayawan bahkan bersedia mengawal workshopnya sehingga dari sisi konsep tidak akan melenceng.
Beberapa waktu lalu,  Yogi mengaku, pihaknya telah bertemu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, sekaligus mempertemukan beberapa budayawan yang concern, diantaranya Hasnan Singodimayan, H. Andang C.Y, H. Tedjo dan Samsudin Adlawi. Tujuannya adalah untuk mempresentasikan tema Kebo-keboan ini sekaligus  mendiskusikannya dengan Bupati Anas.
Prototype Kebo-keboan yang dipresentasikan di hadapan Bupati Anas di Pendopo Sabha Swagata Blambangan ternyata mendapatkan persetujuan dari orang nomor satu di Banyuwangi itu. Namun untuk tetap menunjukkan kekhasan Banyuwangi, ujar Yogi,  Bupati minta penari Gandrung tetap menjadi magnet di awal pembukaan BEC III tersebut. “Di barisan terdepan  akan ditampilkan 300 penari Gandrung yang akan menampilkan  welcome dance untuk para tamu,” ujar Yogi. Setelah itu akan tampil Kebo-keboan asli sebagaimana yang biasa ditampilkan di Desa Alas Malang, yang dilanjutkan dengan penampilan Kebo-keboan ala BEC III.
Tema Kebo-keboan yang menginspirasi BEC III ini akan dibagi menjadi 3 sub tema yang menggambarkan tentang sifat dasar manusia. Yakni Kebo Geni, Kebo Bayu Tirto dan Kebo Bumi. Kebo Geni menggambarkan semangat, motivasi, amarah dan kepahlawanan. Warna yang dominan dipakai adalah hitam dan merah. Kebo Bayu Tirto menggambarkan tentang kehidupan, dengan 3 warna dominannya hitam, silver dan putih. Sedangkan Kebo Bumi yang menggambarkan tentang kesuburan lebih dominan pada warna hitam dan emas. Ketiga Kebo tersebut akan tampil dengan tanduk, kliningan sapi, dilengkapi dengan ekor dan sayap yang memperlihatkan kekhasan Banyuwangi seperti  motif Gajah Oling.
Yang tak kalah menarik, konsep BEC III ini dibuat berbeda dari BEC sebelumnya. Letak perbedaannya salah satunya pada  lokasi  startnya. Jika sebelumnya pemberangkatan dimulai dari depan SD Kepatihan (Jl. Veteran), kali ini startnya  berada di Taman Blambangan, tepatnya dimulai dari makara (gapura) yang biasa digunakan untuk menggelar pergelaran seni setiap Sabtu malam. Peserta karnaval akan turun dari tangga tinggi ber-trap dari samping kiri dan kanan gapura. Setelah itu mereka melewati  tengah lapangan Taman Blambangan  menuju ke arah timur, kemudian berbelok ke kiri, dan barulah mengikuti rute BEC seperti tahun sebelumnya.
Yang tak berubah adalah nantinya tetap akan ditampilkan  musik yang gemebyar dikolaborasikan dengan  fashion dan koreografi yang dibawakan peserta BEC III. Hanya saja koreografi tarian  yang ditampilkan, terang Yogi,  tak lagi menggunakan modern dance melainkan traditional dance.
Untuk menjaring peserta  BEC III ini, Yogi mengatakan, Disbudpar akan membuka audisi pada akhir bulan ini (Mei). Tak hanya kalangan pelajar dan mahasiswa saja yang dilibatkan, tapi juga kelompok – kelompok profesional seperti sanggar-sanggar tari dan juga masyarakat umum. (Humas & Protokol)

11 Juni 2013

Banyuwangi Raih Kembali Adipura

Setelah 17 Tahun, Banyuwangi Raih Kembali Adipura

10-06-2013
BANYUWANGI – Tepat setahun setelah menerima sertifikat Adipura, pagi tadi (10/6), Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menerima penghargaan berupa piala Adipura di Istana Negara. Piala Adipura tersebut diserahkan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Arief Setiawan, penghargaan ini menjadi kebanggaan bagi Banyuwangi, setelah 17 tahun berturut-turut tidak mendapatkan Adipura. Tahun 1996 Banyuwangi pernah meraih Adipura Kencana, namun setelahnya gagal meraih Adipura. Bahkan pernah dinobatkan sebagai kota terkotor pada tahun 2011. “Penghargaan ini menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat Banyuwangi atas segala upaya kerja kerasnya menciptakan Banyuwangi yang bersih,”ujar Arief.
Piala Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Tahun ini penyerahan piala berdasarkan pada empat kategori wilayah penilaian. Yakni kategori Kota Metropolitan, Kota Besar, Kota Sedang dan Kota Kecil.
Banyuwangi yang masuk kategori penerima Piala Adipura untuk kota sedang ini, merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota se-Indonesia yang mendapatkan Adipura untuk pertama kalinya. Dijelaskan Arief, untuk Provinsi Jawa Timur, dari 38 kabupaten/kota, hanya dua kabupaten/kota yang belum berhasil meraih Adipura. Sementara Banyuwangi dan Kota Mojokerto adalah dua kabupaten/kota yang meraih Adipura untuk pertama kalinya. “Karena Banyuwangi dan Kota Mojokerto terhitung sebagai penerima Piala Adipura untuk pertama kalinya, Presiden SBY berkenan menyerahkan langsung. Sedangkan bagi kabupaten/kota lain yang sudah menerima piala ini untuk kedua kali, ketiga dan seterusnya, penghargaan akan diserahkan oleh Menteri Lingkungan Hidup di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan  malam ini,”tutur Arief.
Ada beberapa indikator yang menjadikan Banyuwangi layak menerima piala Adipura, jelas Arief, yakni partisipasi masyarakat di bidang kebersihan dan keindahan. Selain itu berbagai inovasi yang dibuat seperti adanya bank sampah, pengolahan sampah, pemanfaatan gas metan dan perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Juga  adanya perilaku masyarakat yang berubah menjadi peduli akan sampah, serta bersihnya beberapa titik pantau (sungai, pasar, Red).
Rencananya, piala lambang supremasi kota bersih dan sehat tersebut akan dikirab dan diarak pada Rabu (12/6) mendatang. Arak-arakan yang juga melibatkan pelajar  tersebut mengambil start dari Bandara Blimbingsari menuju Kecamatan Kota Banyuwangi. Di  Kecamatan Kota Banyuwangi, kirab diawali dari  Jl. S. Parman – Jl. Brawijaya – Jl. Gajah Mada – Jl. Hayam Wuruk – Jl. MH. Thamrin – Jl. PB. Sudirman – Jl. A. Yani – Jl. Adi Sucipto – Jl. Kepiting. Kemudian berlanjut ke Jl. Letkol Sugiono – Jl. MT. Haryono – Jl. Pierre Tendean – Jl. Kartini dan berakhir di Taman Blambangan.
Selain berhasil membawa Piala Adipura, SMKN 1 Banyuwangi juga berhasil mendapatkan penghargaan Adiwiyata Mandiri dari Kementrian Lingkungan Hidup. Penghargaan ini diberikan atas kepedulian sekolah dalam menjaga lingkungan.
Program adiwiyata merupakan implementasi dari Pendidikan Lingkungan Hidup pada sekolah dasar dan menengah yang berupaya membangun karakter. Sehingga sekolah penerima adiwiyata adalah sekolah SD, SMP, dan SMA yang dinilai peduli dan berbudaya lingkungan, yang bertujuan utk mewujudkan warga sekolah yang bertanggungjawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. (Humas & Protokol)
Sumber=http://www.banyuwangikab.go.id/berita-daerah

09 Juni 2013

Banyuwangi Skatebrother

Dukung Kreatifitas Anak Muda, Bupati Hadiri Skateboard Competition

Bupati Abdullah Azwar Anas, mengatakan siap mendukung kreatifitas anak muda Banyuwangi, salah satunya dengan pembangunan skatepark di Taman Blambangan. "Sekecil apapun kreatifitas positif anak muda Banyuwangi pasti kami dukung, dan akan terus kami lengkapi seluruh fasilitas yang diperlukan, " kata Bupati Azwar Anas. Bupati juga berpesan kepada seluruh pemuda agar menjauhi narkoba dan tidak melakukan asusila. " Mending kita main skateboard, selain sehat kita juga tetep gaul tanpa narkoba, " ujar Bupati disambut tepuk tangan para skatebrother.


wisata Ruang Terbuka Hijau Maron di Kecamatan Genteng

Mengunjungi Ruang Terbuka Hijau Maron di Kecamatan Genteng




RTH itu kian diminati dan dikunjungi warga setiap malam. RAMAI dan ekonomi masyarakat kecil terlihat sangat menggeliat. Itulah kesan bila kita berkunjung ke RTH Maron di Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, khususnya pada malam hari.
Setiap malam bisa dipastikan ada ribuan orang yang silih-berganti menghabiskan waktu di RTH Maron. Sejak sore sekitar pukul 16.00, para pedagang kaki lima (PKL) sudah menata dagangan. Ada warga yang berjualan mi ayam, bakso, makanan ringan, rokok, kopi, dan berbagai macam dagangan lain. Tempatnya berjajar rapi di sisi timur RTH Maron. Selain itu, juga ada penjual jasa mainan anak-anak, seperti skuter, mobil-mobilan, kolam pancing ikanikanan.
Menjelang petang sekitar pukul 18.30, giliran pengunjung yang terus berdatangan. Mereka yang notabene warga sekitar RTH datang bersama anak dan istrinya dengan berjalan kaki. Warga yang rumahnya agak jauh atau dari luar Kecamatan Genteng, datang dengan naik kendaraan roda dua dan empat. Semakin malam suasananya semakin ramai. Untungnya para juru parkir pintar mengatur kendaraan. Mereka membuka lokasi parkir di lapangan.