21 Desember 2015

Masuki Musim Hujan, DKP Siapkan Upaya Antisipasi

Memasuki musim penghujan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) terus bersiaga. Upaya – upaya yang bisa melindungi masyarakat dari bencana yang mungkin terjadi terus dilakukan. Diantaranya mengidentifikasi pepohonan yang perlu ditebang untuk mengantisipasi tumbangnya pohon saat terjadi hujan deras atau angin puting beliung. Juga rutin melakukan pengawasan dan pembersihan di sungai – sungai agar tak sampai terjadi banjir.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Arief Setiyawan mengatakan, antisipasi datangnya musim hujan tersebut sudah dilakukan jauh – jauh hari. “Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kami selalu mengantisipasi datangnya hujan sejak 1 hingga 2 bulan yang lalu,” ujar Arief.
Salah satunya, tambah Arief, mengidentifikasi pepohonan yang perlu ditebang untuk menghindari resiko tumbang.  “Kami telah melakukan pemotongan dan perempesan terhadap pohon-pohon yang rapuh, sudah tua, maupun terlalu tinggi. Tapi meski pun begitu, beberapa waktu lalu masih ada saja pohon yang tumbang, contohnya di Desa Yosowilangun, Kecamatan Gambiran. Padahal sebelumnya kami sudah mengecek kekuatan pohon tersebut dan kecil kemungkinan untuk tumbang. Tapi apa daya kami tidak bisa melawan alam,” tuturnya lirih.
Pengawasan juga dilakukan DKP di beberapa lokasi yang dirasa pepohonannya dianggap rawan tumbang. “Kami melakukan beberapa treatment pada pohon Sepatu Dea yang ada di kawasan Jl HOS Cokroaminoto, Jl Wijaya Kusuma, dan Jl Brawijaya agar keberadaannya tidak membahayakan masyarakat pengguna jalan. Yaitu dengan cara mengurangi ketinggiannya maupun memotong cabang dan rantingnya,” terang Arief.
Pohon Sepatu Dea atau yang dalam bahasa setempat dikenal dengan nama ‘kecrotan’, merupakan tanaman peneduh yang pertumbuhannya sangat cepat. Dalam beberapa tahun bibit Sepatu Dea sudah menjelma menjadi tanaman besar dengan diameter sekitar 40 m. Daunnya yang rimbun dan lebar menjadi pendukung tanaman ini sebagai tanaman perindang. Tanaman berbunga merah ini termasuk tanaman yang fleksibel yang dalam penanamannya tidak memerlukan teknik  yang rumit dan pemeliharaan yang intensif. Pohon ini terhitung bandel, tahan berbagai polusi, panas aspal dan dapat tumbuh di tanah yang tidak subur.
Jika suatu saat masyarakat mendapati pohon tumbang, Arief meminta masyarakat turut berperan aktif mengatasi tumbangnya pohon tersebut. “Memang untuk mengatasi masalah pohon tumbang dibutuhkan campur tangan tenaga ahli. Misalnya bagaimana pohon yang roboh tersebut tidak sampai mengganggu aliran listrik dari kabel listrik yang mungkin tertimpa. Tapi jika sepenuhnya menggantungkan pada DKP, akan dibutuhkan waktu yang lama kurang lebih 20 – 30 menit. Paling tidak sebelumnya masyarakat bisa bahu-membahu membantu memotong pohon tersebut sedikit demi sedikit agar tak mengganggu lalu lintas,” harap Arief.
Tak hanya pepohonan yang menjadi perhatian serius DKP. Pengerukan sedimentasi berupa lumpur maupun pasir di selokan-selokan di seluruh wilayah di Banyuwangi juga dilakukan. Arief mengaku, DKP siap sedia menerjunkan 65 Tenaga Harian Lepas (THL) –nya. “Secara rutin, 65 THL kami turunkan di beberapa titik, lengkap dengan kendaraan pengangkut sampahnya. Mereka disiagakan di selokan-selokan dan beberapa saluran terbuka (salter), seperti yang ada di sebelah SMPN 1 Banyuwangi, Pasar Karangrejo, Kelurahan Panderejo, dan sekitar pendopo,” terang Arief.
Untuk meminimalisir dampak banjir, DKP juga bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang. “PU Bina Marga bertugas menangani pematusan. Yaitu membuat saluran, agar genangan atau aliran dari bahu jalan saat turun hujan bisa masuk ke saluran air, sehingga tidak terjadi banjir. Pihak kamilah yang melakukan pemeliharaannya.  Selain mengeruk sedimentasi, kami juga membersihkan sampah-sampah yang terhanyut ikut aliran air.
Kendala yang signifikan, menurut Arief, tidak ada. Hanya saja, ujarnya, jumlah personil yang terbatas, jika dibagi di banyak lokasi jelas tidak cukup. Tanpa kerjasama dari warga masyarakat, upaya tersebut kurang efektif. “Yang jelas, kami terus mensosialisasikan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan,”tandas Arief.
Upaya sosialisasi tersebut dilakukan pada masyarakat mulai dari hilir hingga ke hulu. Sebab, terang Arief, percuma di hulu (bawah) dibersihkan terus menerus, sementara di hilir (atas) masyarakat terus buang sampah sembarangan ke sungai.
Arief berharap, masyarakat Banyuwangi bisa merubah perilakunya yang sebelumnya terbiasa buang sampah tidak pada tempatnya. “Yang penting adalah kesadaran masyarakat dalam memperlakukan sampah, itu yang utama,”tegasnya. (Humas & Protokol

Tidak ada komentar: