22 September 2014

Jawa Pos Cycling Audax East Java 2014 Finish di Banyuwangi

Finish di Banyuwangi, Peserta Jawa Pos Cycling Audax East Java 2014 Terkesan

BANYUWANGI – Peserta Jawa Pos Cycling  Audax East Java 2014 berhasil menyelesaikan perjalanan panjangnya dengan bersepeda, Minggu sore (21/9) kemarin. Ke-315 pesepeda dari 13 negara (Amerika, Singapura, Swiss, Australia, Belgia, Columbia, Denmark, Italia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, dan Indonesia)  tersebut finish di Pantai Boom Banyuwangi setelah berangkat dari Surabaya sehari sebelumnya (20/9).
Meski terlihat letih, namun wajah mereka memancarkan rasa puas. David Donaldson, salah satunya. Pesepeda asal New Zealand ini merasa senang akhirnya tiba di garis finish. Rute sepanjang 333 Km yang ditempuh mulai Surabaya – Banyuwangi dirasakannya cukup berat. Terlebih lagi karena cuaca panas dan hembusan angin yang kencang menerpa.
“Berat memang, but so much fun,”kata pria bertubuh subur ini. David mengaku, rasa lelah  itu tergantikan oleh banyak hal menarik yang ditemuinya di sepanjang rute yang dilalui. Misalnya, ketika mulai masuk Banyuwangi, rindangnya pepohonan membuatnya mendadak merasa segar kembali. “Saya jadi bersemangat gowes kembali,” tuturnya. Apalagi di jalanan banyak ditemuinya warga yang menyambut kedatangan mereka dengan atraksi seni seperti jaranan, barong atau permainan alat musik khas Banyuwangi. Ditambah dengan menikmati suguhan kelapa muda dan  pengalaman baru melepas tukik  di Pantai Boom.
Malam harinya, seluruh peserta ajang bersepeda jarak jauh ini menikmati jamuan makan malam di pendapa Sabha Swagata Blambangan. Termasuk Direktur Utama Jawa Pos Koran Azrul Ananda, Presiden Audax Indonesia Axel Mueller, Bupati Jember MZA Jalal dan Kapolres Bondowoso Sabilul Alif.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengaku terkesan dengan event ini. Selain mempromosikan potensi wisata Banyuwangi, bupati berusia 41 tahun ini juga menyatakan kesiapannya jika di waktu-waktu mendatang akan dilaksanakan ajang serupa. “Orang bersepeda itu membutuhkan hawa yang sejuk dan oksigen yang berlimpah. Kami siap jika hutan-hutan kami akan dimasukkan dalam rute bersepeda, sejalan dengan konsep ecotourism (wisata alam, Red) yang diusung Banyuwangi,”pungkasnya disambut tepuk tangan peserta.
Malam itu peserta dimanjakan dengan berbagai makanan khas Banyuwangi. Juga dihibur dengan berbagai tari Gandrung yang menjadi ungkapan selamat datang bagi tamu. Peserta pun sempat diajak berkeliling pendapa dan guest house untuk melihat konsep green architecture yang diterapkan pada pendapa kebanggaan masyarakat Banyuwangi itu. (Humas & Protokol)

21 September 2014

Ratusan Peserta Ngulek Bareng di Festival Rujak Soto Banyuwangi


BANYUWANGI, KOMPAS.com - Ratusan orang ngulek rujak soto secara bersamaan di Festival Rujak Soto yang digelar di sisi selatan Taman Blambangan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (20/9/2014). Rujak soto sendiri merupakan makanan khas dari Kabupaten Banyuwangi yang terdiri dari rujak sayur yang disiram dengan kuah soto babat. Peserta Festival Rujak Soto berasal dari penjual rujak soto, perwakilan dari restoran serta hotel dan perwakilan dari masyarakat umum.

Menurut Muji (47), salah satu penjual rujak soto di wilayah Kelurahan Taman Baru kepada Kompas.com mengaku sengaja ikut berpartisipasi dalam acara yang digelar Pemkab Banyuwangi. "Banyak yang bilang penjual rujak soto nggak bisa ikut serta membangun Banyuwangi. Nah dengan ikut acara ini kita ikut mengenalkan Banyuwangi," jelasnya.

Lantas Muji menjelaskan cara membuat rujak soto. "Seperti rujak sayur pada umumnya, bumbunya kacang, petis, udang, garam, gula merah, hingga pisang klutuk. Kalo pelengkapnya sayur-sayuran. Setelah di campur kemudian disajikan dengan siraman kuah soto dan isinya yaitu daging babat sapi," jelasnya.

Untuk pedas disesuaikan dengan pesanan. Sedangkan untuk pelengkap tambahan biasanya ada telur asin dan kerupuk ikan dan lontong. "Kalau ditanya rasanya campur. Pedas, gurih, asin, kenyang juga di perut," katanya.

Sementara itu Herpien, salah satu warga Banyuwangi kepada Kompas.com mengaku sengaja datang ke festival rujak soto bersama keluarganya. "Kalau makan rame-rame kan lebih nikmat. Semoga tiap tahun ada fetival kuliner seperti ini lagi dengan makanan khas yang lain," ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Banyuwangi, Alief Rahman Kartiono menjelaskan selain rasa, yang dinilai adalah cara mengulek, mengolah bumbu termasuk proses pembuatan sampai dengan penyajian yang membutuhkan waktu sekitar 15 menit. "Semoga saja dengan Festival Rujak Soto ini, kuliner Banyuwangi juga semakin dikenal oleh masyarakat," katanya.

Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2014

Video=http://www.youtube.com/watch?v=ANBUOZLrRYE&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Acara puncak Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2014 ditutup dengan acara peragaan busana, plus penampilan kesenian setempat di Gedung Seni dan Budaya (Gesibu) Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur.

Dalam peragaan busana, modelnya lintas generasi, mulai siswa SD, SMP, SMA, pramugari Garuda hingga Putri Indonesia Elvira Devinamira. Bahkan, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Kapolres Banyuwangi Tri Busono Soemiharjo bersama istri masing-masing juga ikut jadi model.

Busana batik yang diperagakan merupakan hasil rancangan dua desainer kondang, yakni desainer asal Banyuwangi, Irma dan desainer asal Yogyakarta yang juga perancang baju miss universe di Bali, Prisillia Saputro.

Karya dua desainer itu dipakai puluhan model, termasuk Bupati, Kapolres dan putri Indonesia untuk mengangkat pamor industri kreatif batik Banyuwangi. Acara ini terbukti menarik minat warga. Gedung Gesibu yang biasa dijadikan tempat pergelaran seni malam tadi dipenuh penonton.

Penonton yang hadir juga dihibur dengan kesenian tari daerah, artis lokal sampai ibu kota. Artis Ayu Azhari bersama empat anaknya sampai menyumbang satu lagu. Sementara artis Yuni Sara, yang datang di pertengahan acara, juga tampil apik membawakan dua lagu, salah satunya berjudul: 50 Tahun lagi.

Banyuwangi Art Week Festival & Produk Khas Banyuwangi 2014

                                                    Banyuwangi Art Week Festival
Video=http://www.youtube.com/watch?v=yYN1Ve_16gE&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg

BANYUWANGI - Tak hanya memuaskan pecinta kuliner lewat gelaran Festival Rujak Soto, masyarakat Banyuwangi juga dimanjakan dengan event Banyuwangi   Art Week Festival (BAW) di hari yang sama, Sabtu (20/9) dan di lokasi yang berdampingan dengan Festival Rujak Soto. Event yang diadakan untuk kedua kalinya setelah digelar tahun 2013 lalu  ini  menampilkan produk-produk kerajinan khas Banyuwangi.
BAW merupakan event pameran produk kerajinan khas Banyuwangi dari para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM). Diantaranya, batik, handycraft, souvenir, kaligrafi, furniture dan anyaman bambu. Juga olahan pangan seperti kue bolu, stik ikan, dodol dari buah-buahan, keripik  dan kopi.  Termasuk seni dan budaya, seperti  lukisan, patung dan seni instalasi.
Bertempat di depan Gesibu Blambangan, Jalan Diponegoro Banyuwangi, pameran yang  digelar mulai 18 – 27 September ini menyimpan keunikan tersendiri. Selain pengunjung  disambut dengan pertunjukan pantomim dari Komunitas Pantomim Banyuwangi, ada pula dua orang lelaki yang berdandan ala patung batu. Mereka yang melumuri tubuhnya dengan cat berwarna copper (perunggu) ini berdiri mematung dan bersedia dijadikan objek foto oleh pengunjung.
Menurut Bupati Anas, keberadaan pameran ini sebagai ajang untuk menunjukkan kepada masyarakat begitu beragamnya kekhasan Banyuwangi, begitupun dengan UMKM dan keseniannya. “Dengan ditampilkannya produk-produk UMKM dan kesenian, event ini makin membuka mata kita betapa banyak potensi yang dimiliki Banyuwangi. Kami akan terus mendorong seni sebagai bagian dari industri kreatif yang mampu menghasilkan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat,” ujarnya.
Seolah tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Bupati Anas yang didampingi para pesohor seperti Yati Oktavia, Pangkie Suwito, dan Putri Indonesia 2014 Devira Elvinamira juga sempat merasakan sensasi membatik di tempat bersama para pembatik kecil se-Kabupaten Banyuwangi. (Humas & Protokol)

 

Demi Ngaji Bareng Mamah Dedeh, Penonton Rela Berjubel

                                                        Ngaji Bareng Mamah Dedeh

BANYUWANGI – Setelah beberapa waktu lalu Aa Gym dan Yusuf Mansur datang ke Banyuwangi untuk memberikan pencerahan bagi masyarakat Banyuwangi, kini giliran Mamah Dedeh. Da’iyah wanita yang punya gaya khas dengan tawa lepasnya dan gaya berbicaranya yang ceplas-ceplos itu mampu membuat orang-orang yang mengidolakannya berjubel memenuhi gedung Tenis Indoor GOR Tawangalun, Sabtu (20/9).
Saking terpesonanya dengan sosok lucu yang biasa membawakan ceramah bergaya renyah di televisi itu, tak tanggung-tanggung yang datang menembus angka ribuan orang. Begitu penuhnya hingga tak semua orang tertampung di dalam tenis indoor. Mereka meluber hingga ke luar dan memenuhi tiap-tiap sisi gedung. Beruntung pembatasnya hanya terbuat dari kawat ram-raman. Apalagi dibantu dengan adanya sebuah layar raksasa, sehingga sosok Mamah Dedeh masih bisa terlihat jelas dari luar.
 Melihat penuhnya jamaah pengajian Mamah Dedeh, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjanjikan, ke depan akan mengundang Mamah Dedeh kembali, namun di tempat yang lebih luas. “Saya tidak menyangka yang hadir sebanyak ini. Nanti lain kali saya akan undang Mamah Dedeh kembali namun tempatnya di alun-alun ya…,”ujar bupati disambut teriak setuju para audiens.
Wanita yang bernama asli Dedeh Rosyidah itu sanggup memukau para jamaah yang rata-rata perempuan tersebut. Mereka diajak untuk merenung, bahwa tugas lelaki dan wanita itu di muka bumi pada dasarnya tak ada bedanya. “Islam memandang perempuan dan laki-laki itu sama. Yang membedakan adalah ketakwaannya di mata Allah SWT,” tandasnya. Bahkan beberapa ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang kesamaan kedudukan lelaki dan perempuan di mata sang Khalik juga dibahasnya.
Namun, Mamah Dedeh juga mengingatkan, meski lelaki dan perempuan tak ada perbedaan di hadapan  sang pencipta, untuk masalah warisan telah ada aturan tersendiri. “Lelaki mendapatkan 2 hak waris, sementara perempuan hanya 1. Itu tak boleh digugat. Nanti perempuan bilang itu tidak adil,”seloroh Mamah Dedeh. Mengapa demikian?
Mamah Dedeh menjelaskan, lelaki punya 3 kewajiban. Yang pertama, lelaki punya kewajiban memberi nafkah ibu kandungnya. Yang kedua, lelaki wajib menafkahi anak istrinya, dan yang ketiga, lelaki wajib memberikan nafkah pada saudara kandungnya yang perempuan. “Itu sudah aturan Allah yang seadil-adilnya,”ujar Mamah Dedeh yang di sela ceramahnya selalu memberikan joke segar yang membuat penonton tidak bosan.
Tak hanya sekedar pengajian, acara ini juga diselingi dengan pengundian 2 paket umroh bagi tenaga harian lepas (THL) Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Banyuwangi. Mereka yang beruntung adalah 2 orang pesapon jalan, yakni Maulidia dan Budi Sumarso. (Humas & Protokol)

 

16 September 2014

Rute Tour de Ijen 2014 Banyuwangi. Digelar pada 16-19 Oktober 2014

Tour De Ijen Banyuwangi 2014 merupakan agenda kegiatan olah raga yang berskala internasional akan digelar pada 16 s/d 19 Oktober 2014 mendatang dengan menempuh 4 stage sejauh 580,7 km .
Menurut Drs A. Khoirullah MM, Plt. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi (Dispora), kegiatan Tour de Ijen banyuwangi ini, juga diharapkan secara positif mendorong promosi kabupaten Banyuwangi, baik di regional, nasional dan internasional, Selain itu juga meningkatkan arus kunjungan wisatawan dan arus investasi. “Terutama yang paling pokok adalah mengenalkan dan mempromosikan ecotourism kota Banyuwangi dengan tagline Sunrise of Java,” ujar Khoirullah.
"Rute hari pertama ini adalah rute pemanasan. Mengawali balapan dengan rute flat, para pembalap di rute ini juga akan melewati sejumlah tanjakan di kawasan kaki Gunung Ijen. Mulai dari Kemiren, Kalibendo, Jambu, Licin, hingga Pakel. Lalu mereka akan menempuh rute flat yang cukup panjang hingga Pulau Merah," papar Khoirullah.
Etape kedua yang merupakan rute flat, para pebalap akan menempuh jarak 100 kilometer. Para rider ini akan melintasi jalanan di kawasan sisi Selatan Banyuwangi. Melintasi sawah, dan sungai yang berkelok-kelok sepanjang jalan, tepatnya sungai Kebondalem - Bangorejo.
Rute ini diawali dari terminal Jajag dan finish di Lapangan Maron, Genteng yang harus memutar dulu melewati Dasri - Karangdoro- Kebondalem - Bangorejo menuju Purwoharjo dan kembali ke Rogojampi, Songgon untuk ke Genteng.
"Ini merupakan rute recovery setelah sehari sebelumnya mereka melewati sejumlah tanjakan dan rute yang panjang. Di rute ini tidak ada tanjakan hanya rute flat yang pendek," terang Guntur.
Baru nanti di etape ketiga, lanjut Guntur, para rider akan jatuh bangun dan berjuang habis-habisan. Karena etape ketiga adalah etape ”neraka” dengan jarak 201,7 kilometer. Para pebalap di etape ini akan memulai balapan start di Kecamatan Muncar dan finish di Paltuding, Ijen.
Mereka di etape ketiga ini akan melewati 14 kecamatan yang ada di Banyuwangi, di mana di akhir etape bakal ”disiksa” tanjakan Ijen yang luar biasa menantang. Di lereng erek-erek Ijen, mereka akan beradu pancal dengan kemiringan mencapai 45'. Gunung Ijen memiliki ketinggian 2.799 mdpl.
"Etape 3 bisa disebut etape neraka karena selain rute terpanjang, para rider dipaksa menaklukkan lereng Ijen yang dianggap sebagai salah satu tanjakan balap sepeda paling ekstrem di Asia. Sangat menguras tenaga. Saya kira, tidak semua pebalap mampu menyelesaikan etape ini," kata Guntur yang juga Kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi.
Etape ketiga ini diyakini Guntur juga sebagai babak yang menentukan. Para raja tanjakan akan berjuang habis-habisan di etape ini. Poin mereka sangat ditentukan di sini.
"Etape ini bisa sebagai penentu poin. Kalau selisih poin jawara di etape satu dan dua tipis, dipastikan jawara di etape tiga ini akal sebagai pemenang ITdBI," terang Guntur.
Terakhir di etape empat, para pebalap akan kembali menempuh rute flat sepanjang 140,5 kilometer dengan rute dari Kecamatan Kalibaru dan finish di kantor Pemkab Banyuwangi.
"Saat di kota Banyuwangi nanti, para pembalap akan menempuh criterium race dengan mengelilingi kota sepanjang 5 kilometer sebanyak 15 kali putaran," kata Guntur.
Choirulloh menambahkan, event ITdBI akan memperebutkan hadiah Rp 700 juta dengan beberapa kategori. Klasemen umum individual (Yellow Jersey), Green Jersey (best sprint classification), White Jersey (best Indonesian rider) dan red jersey untuk juara umum tanjakan (best KOM).
Seluruh persiapan dalam menyelenggarakan even ITdBI ini, menurut Choirulloh, hampir sempurna. “Semua persiapan mulai perlengkapan yang dibutuhkan peserta, akomodasi hingga rute sudah 90 persen. Tinggal bagaimana kelancaran penyelenggaraan saat kompetisi berlangsung,”  kata dia. (humas protokol)

03 September 2014

Karnaval 2014 Genteng SMA & Sederajat

Karnaval 2014 Genteng SMA & Sederajat

Karnaval 2014 Genteng SMA & Sederajat
Di ikuti 8 Sekolahan di wil Genteng
Start lap Maron-Lap Kali Putih Finish
Video=http://www.youtube.com/watch?v=erKK9IYWMuQ&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg