13 November 2015

Sukses Bawakan Batik Banyuwangi di Malaysia, Anita Yuni Ditawari Manggung di London

Desainer muda Banyuwangi Anita Yuni, sukses membawa batik Banyuwangi pada ajang Moslema In Style International Fashion Forward (MISIFF) 2015 di Putraworld Trade Center Kuala Lumpur, Malaysia. Menampilkan rancangan busana kain tradisional yang dinilai ramah lingkungan, Anita bahkan ditawari lagi untuk manggung di pagelaran busana Muslim di London.

Dalam panggung fashion internasional itu, Anita dengan brand Hijabox-nya mampu mencuri perhatian publik Malaysia. Para undangan yang hadir dalam acara terpukau dengan keindahan busana dalam balutan batik Banyuwangi yang dibawakan para model asal negeri jiran tersebut. Banyak yang tidak menyangka, gaun rancangan Anita Yuni ini merupakan kain khas Indonesia, batik.
"Mereka sangat antusias melihat desain saya. Banyak yang tidak menyangka yang saya bawakan adalah batik, karena motifnya sangat simpel dan tidak kaku. Salah satunya adalah Dato Siti, VVIP Guest yang juga merupakan pengurus Creative Muslimah Enterpreneur Malaysia," ujar Anita dengan bangga.
Anita mengatakan even internasional pertamanya ini menjadi sebuah kebanggaan sekaligus memberi pengalaman yang sangat mengesankan. Dalam panggung fashion Muslim terbesar di Malaysia ini, dia membawakan tema “The Banyuwangi Folklore”. 11 busana night gown dirancang dengan bahan utama Batik Banyuwangi warna alam yang dipadu dengan silk organza, satin dan jaquard.
MISIFF 2015 Malaysia yang digelar pada 7 - 8 November lalu adalah even Fashion,Tourism and travel explore yang didukung Pemerintah Malaysia sejak  tahun 2011. Even ini diikuti desainer fashion 11 negara muslim di dunia, antara lain dari Singapura, Brunei, Turki, hingga Trinidad-Tobago.
Anita menuturkan, persiapan show MISIFF  telah dilakukan satu hari sebelumnya, Kamis (6/11) dengan rehearshal dan fitting untuk memastikan kesiapan busana dan aksesoris. “Karena ini adalah even fashion muslimah, jadi backstagenya benar-benar  clean dari petugas laki-laki. Jadi mereka yang berjilbab baik model dan designer bebas melakukan styling dan ganti baju,” tutur Anita.
Jumat siang (7/11) pun debut Anita Yuni di panggung internasional dimulai. Satu persatu busana-busana rancangannya yang terangkum dalam “The Banyuwangi Folklore” hadir di catwalk dengan iringan musik Gandrung, Banyuwangi.
"Sengaja saya hadirkan nuansa Banyuwangi yang kental. Rasanya sampai merinding banget saat judul fashionku “The Banyuwangi Folklore" disebut," ujar Anita dengan bangga.
Sambutan hangat akan karya Anita tidak hanya datang dari publik Malaysia, sejumlah media negara jiran ini juga antusias mengapresiasi rancangannya. Media nasional Malaysia seperti TV9, TV3 dan TV1 serta media internasional  langsung melakukan interview dengan Anita.
Bahkan Gaya Magazine, dari Singapura dan Asian UK dari London melakukan wawancara khusus dengannya. Kedua media ini tertarik dengan konsep yang diusung Anita yaitu healthy ecofriendly fashion. Dimana batik yang digunakan Anita adalah batik cap produksi lokal dengan pewarna alam, yang mampu mengurangi resiko alergi dari penggunaan pewarna sintetis sebanyak 18%. Anita dinilai bisa memaksimalkan bahan lokal untuk mengurangi jejak karbon.
Selain itu, asesoris pelengkap rancangannya adalah handmade, yang tidak menggunakan lem dan listrik sehingga hemat energi. “Menurut mereka konsep ini cukup baru dan fresh dan trendnya mengarah ke sana. Ke depan dalam prediksi mereka sustainable fashion adalah kebutuhan bagi semua orang yang peduli lingkungan dan kesehatan,” ujarnya.
Berkat konsep sustainable yang diusungnya, Anita mendapatkan tawaran manggung di peragaaan busana Muslim di London, Inggris. "Setelah press conference pihak panitia mendatangi team kami, mereka menawarkan agar tahun depan dapat berpartisipasi kembali. Yang saya surprise mereka tidak menawarkan di Malaysia tetapi di London, UK," kata Anita dengan berbinar.
Atas semua capaiannya itu, Anita Yuni pun sempat menyiratkan harapannya tentang perkembangan fashion muslim di dunia. Impian perempuan yang juga berprofesi sebagai dokter ini, brand muslimah bisa menjadi referensi dan dipakai untuk semua kalangan.
"Semoga dengan banyak digelarnya fashion muslim internasional, isu Islamophobia yang menjangkiti masyarakat worlwide dewasa ini bisa tereduksi. Dengan fashion, harapan saya, kita sebagai masyarakat global bisa menjadi sahabat,” harap Anita. (Humas & Protokol)

Tidak ada komentar: