12 November 2015

Banyuwangi Jadi Technopark Budidaya Sidat Indonesia

Sebagai daerah penghasil sidat dengan kualitas terbaik di Indonesia, Banyuwangi dijadikan pilot project taman tecnologi (technopark) pelatihan budi daya sidat oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Technopark sidat ini dikembangkan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Banyuwangi. 

Technopark merupakan program pembangunan kawasan pengembangan teknologi dan inovasi. Kementrian KP akan mengembangkan technopark yang memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan para nelayan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya yang berpotensi mendorong pengembangan bisnis baru.
“Banyuwangi menjadi inkubator sidat pertama di Indonesia. Di sini akan menjadi kawasan untuk belajar teknologi budidaya sidat. Masyarakat yang tertarik bisa belajar bersama atau jika punya teknologi yang lebih baru tentang sidat bisa dibagi dan ditularkan di tempat ini,” kata Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (BPSDMP, KP), Dr Rina, Msi, saat menjadi nara sumber dalam  dialog dengan stakeholder kelautan dan perikanan, BPPP Selasa (10/11). 
Pada tahun 2015 ini, Kementrian KP membangun 4 dari 24 technopark yang akan dikembangkan dalam kurun 5 tahun ke depan. Salah satunya Banyuwangi akan menjadi tempat belajar teknologi budidaya sidat. BPPP Banyuwangi akan menjadi tempat pembesaran sidat atau inkubasi yang memiliki fasilitas lengkap. Mulai kolam hingga teknologi pembesaran yang dibimbing oleh ahli budi daya keluatan dan perikanan.
Mengapa Banyuwangi menjadi pusat pengembangan sidat di Indonesia? Karena, kata Rina, secara alami kualitas air baku di Banyuwangi cocok untuk budidaya perikanan, termasuk sidat. Di Jakarta, kata Rina, kualitas air per 25 miligram sampel terdapat 550 ribu koloni bakteri. Adapun di Banyuwangi dengan sampel yang sama, hanya mengandung 10 ribu koloni bakteri.
"Amat sehat, dan untuk pengembangan sidat bagus sekali. Makanya kami memilih Banyuwangi menjadi pusat pengembangan sidat,” kata Rina.
Budidaya sidat saat ini memiliki prospek yang bagus lantaran pasar sidat internasional terbuka lebar. Sidat, kata Rina, menjadi primadona di sejumlah negara. Karena kandungan protein dan gizinya yang tinggi yang tidak dimiliki jenis ikan yang lain, menjadikan sidat makanan yang paling digemari di sejumlah negara, terutama Jepang.
Produksi sidat Banyuwangi sendiri mencapai 147 ton per tahun, sementara permintaan dari daerah atau pun negara lain masih tinggi. Bukan hanya Jepang, namun permintaan sudah merambah ke Korea bahkan Arab.
“Masyarakat masih belum banyak yang menangkap peluang ini, salah satunya akibat ketidaktahuan teknologi pembudidayaannya. Dengan technopark ini, kami berharap masyarakat mau belajar untuk membuka peluang usaha baru dan meningkatkan perekonomiannya,” pungkas Rina.
Selain menjadi kawasan pengembangan teknologi budidaya sidat, BPPP Banyuwangi akan menjadi technopark yang fokus pada produksi garam, budidaya udang, pengolahan produk, dan sertifikasi kompetensi bidang perikanan dan kelautan. (Humas Protokol)

Tidak ada komentar: