09 November 2015

Panen Kedelai 3 Ton/Hektar, Banyuwangi Jadi Percontohan Nasional

Sebagai salah satu lumbung kedelai nasional, Kementrian Pertanian (Kementan) menjadikan Banyuwangi sabagai salah satu daerah pengembangan kedelai varietas unggul baru (VUB). Hasilnya pun memuaskan, produktivitasnya mencapai 3 ton per hektar, melampaui rata-rata produktivitas kedelai nasional yang 1,5 ton per hektar.

Banyuwangi merupakan salah satu daerah percontohan “Gelar Inovasi Teknologi” kementan untuk peningkatan produksi kedelai dengan bibit VUB karena potensinya. Banyuwangi menyumbang lebih dari 20 persen terhadap total produksi kedelai di Jatim.
"Kami pilih karena memang di sini sangat berpotensi untuk pengembangan kedelai. Dan hasilnya memuaskan, produktivitasnya tinggi. Kesuksesan ini harus bisa direplika di daerah lain di berbagai agroekosistem dalam rangka perluasan areal tanam (PAT)," kata Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (Buakabi) Kementan RI, Maman Suherman saat panen raya kedelai di Desa Tapanrejo, Muncar, Banyuwangi Sabtu (7/11).
Banyuwangi menjadi salah satu daerah pengembangan kedelai VUB oleh Kementan sejak pertengahan 2015 lalu dengan luas lahan awal sebesar 100 hektar yang dipusatkan di Muncar.
Di lahan ini jenis VUB yang ditanam ada 10 jenis seperti Burangrang, Dega 1, Dena 1, Devon 1,  GH toleran genangan 8, Anjasmoro. Sepuluh VUB kedelai ini mampu menghasilkan rata-rata 3 ton/ha. Bahkan varietas Dena 1 mampu menghasilkan 3,55 t/ha.
Sementara itu Kepala Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Kementan, Didik Hernowo, yang saat itu turut hadir menyatakan kegembiraannya mengingat produktivitas yang dihasilkan tinggi. “Alhamdulillah tantangan pak menteri bisa kami realisasikan di Banyuwangi,” kata Didik usai panen raya.
Didik membeberkan, bibit kedelai VUB memiliki beberapa keunggulan dari bibit kedelai pada umumnya. VUB cocok ditanam pada lahan dengan intensitas panas matahari yang lama, tahan terhadap penyakit karat daun dan hama pengerek polong yang menjadi momok petani kedelai, serta lebih irit pupuk.
“Agar didapatkan hasil panen yang baik kami juga memberikan pendampingan secara intensif kepada para petani. Seperti melakukan pelatihan teknologi dan secara rutin mengingatkan agar pemupukan tidak sampai terlambat,” kata Didik.
Bibit VUB ini imbuh Didik merupakan bibit pokok dan bukan bibit hibrida, jadi biji kedelai hasil panen bisa ditanam kembali sebagi bibit baru. Dari sisi produktivitas, bibit ini tidak kalah dari produktivitas panen bibit pokok.
“Untuk saat ini, memang kami konsentrasikan di Muncar. Namun mulai tahun depan akan kami sebar di sejumlah sentra kedelai di Banyuwangi," ujar Didik. Sejumlah kecamatan di Banyuwangi yang menjadi pemasok utama kedelai adalah Tegaldlimo, Purwoharjo, Cluring, Bangorejo, Pesanggaran.
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Banyuwangi, Ikrori Hudanto menambahkan saat ini produktivitas kedelai di Banyuwangi mencapai 1,8 ton per hektar pada tahun ini. Dengan adanya teknologi inovasi pertanian dengan bibit VUB ini, ia pun optimis produktifitas kedelai akan meningkat dalam waktu yang cepat secara merata.
“Kalau hasil panennya selalu besar seperti ini, kami optimis Banyuwangi akan menjadi sentra kedelai nasional. Apalagi produktivitas kita sudah di atas rata-rata nasional,” ujar Ikrori.
Pada 2013, produksi kedelai Banyuwangi mencapai 67.441 ton, tumbuh sekitar 15 persen dibanding 2012 sebesar 58.648 ton. Dengan jumlah produksi ini telah memasok 21,7 % produksi kedelai Jawa Timur yakni sebesar 157.143 ton dari luas tanam 35.000-40.000 ha setiap tahunnya. (Humas Protokol)

Tidak ada komentar: