13 Oktober 2015

Beragam Barong Se-Jawa Tampil di Banyuwangi dalam Festival Barongan Nusantara

Khazanah budaya Banyuwangi seolah tak ada habisnya. Setelah sukses menggelar Gandrung Sewu September lalu, kali kesenian Barong diangkat oleh Pemkab Banyuwangi. Menampilkan ratusan barong dari berbagai wilayah di Pulau Jawa, Festival Barongan Nusantara digelar di sepanjang jalan protokol Banyuwangi, Minggu (11/10).  

VIDEO : https://www.youtube.com/watch?v=6AFuOWZPAFQ

Siang itu, ribuan masyarakat Banyuwangi berjubel di sepanjang jalan. Mereka ingin melihat keragaman khas Barong masing-masing daerah yang akan tampil. Diawali dengan munculnya representasi singa putih bernama Barong Rontek Singo Ulung dari Kabupaten Bondowoso.
Kemudian diikuti  barong dari Banyuwangi, yakni Barong Kumbo. Kemunculan Barong Kumbo yang berukuran besar diikuti oleh Kucingan yang beratraksi layaknya seekor kucing yang bermain-main dengan gerakan lincah dan menggoda. Di belakangnya ada Barong Bali yang penampilannya diiringi alat musik pukul  yang rancak dan diikuti sejumlah Leak.
Setelah Barong Bali,  giliran Barong Osing yang tampil. Barong asli Banyuwangi ini dinamakan Barong Prejeng. Barong Prejeng muncul bersama sekawanan burung dan pitik-pitikan. Di bagian akhir, Reog Ponorogo yang tampil bersama Ganongan, memungkasi pawai Barongan Nusantara lewat fragmen peperangan ‘Geger Bumi Lodaya’.
Barong sendiri dalam mitologi Banyuwangi digambarkan dalam bentuk makhluk raksasa berkepala besar dengan mata melotot dan taring keluar. Diyakini sebagai penolak bala oleh masyarakat Osing, suku asli Banyuwangi, barong yang tumbuh dan berkembang sejak dulu kala ini  juga dimaknai sebagai simbol kebersamaan. Sehingga hampir di setiap ritual digelar, selalu melibatkan barong di dalamnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pemkab akan terus berikhtiar memberikan tempat bagi seniman dan budayawan Banyuwangi untuk beraktualisasi. Diantaranya lewat gelaran Festival Barongan Nusantara ini. “Banyuwangi itu punya banyak barong. Lewat festival ini kami ingin memunculkan history tentang barong yang selalu mengingatkan kita akan jati diri bangsa. Apalagi kesenian yang telah lama muncul di masyarakat ini merupakan manifestasi kebaikan dan pelindung masyarakat, yang dulu juga menjadi sarana dakwah dan perjuangan. Semoga event ini menjadikan Barong Banyuwangi terus berkembang dan tetap lestari,” kata Bupati Anas.
Barongan Nusantara yang masuk agenda Banyuwangi Festival kali pertama ini diikuti oleh sekitar 500 penampil. Sebelum barong tampil, acara diawali dengan Ruwatan Barong Dandang Wiring. Dimana sebuah barong yang ditutupi kain putih ditandu oleh 4 orang. Barong tersebut kemudian dimandikan, disandingi peras (uba rampe yang biasanya digunakan untuk orang yang punya hajat besar), diasapi dan dibacakan mantra. Di belakangnya terdapat barisan 40 Gandrung beserta 20 lelaki pembawa umbul-umbul yang mengiringi Barong Dandang Wiring yang diruwat. Prosesi ini dipercaya sebagai ritual kuno yang dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi, agar barong tetap memiliki tuah dan semakin tajam dalam menghadapi segala gangguan.
Untuk diketahui,  pada bulan Agustus lalu, kesenian barong Banyuwangi mendapatkan kehormatan untuk tampil mengisi Frankfurt Book Fair 2015 diMuseumsurferfest, Frankfurt, Jerman. Barong Banyuwangi tampil selama 3 hari berturut-turut bersama dengan penampilan beberapa musisi kenamaan tanah air, seperti Djaduk Ferianto dan Kua Etnika, Dwiki Dharmawan, dan J-Flow. (Humas & Protokol)

Tidak ada komentar: