05 Oktober 2015

21 Geolog Manca Negara Teliti Bebatuan Pulau Merah

Pulau Merah Banyuwangi beserta potensi yang ada di dalamnya mengundang ketertarikan peneliti pertambangan untuk datang ke sana. Sebanyak 21 peneliti dari dalam dan luar negeri melakukan field trip (studi lapangan) ke wilayah pertambangan Tumpang Pitu, minggu lalu.

Field Trip ini hasil kerjasama 3 lembaga, yakni Society of Economic Geologists (SEG), CODES University of Tasmania, Australia, dan Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI). Para peneliti yang dipimpin geolog ekonomi nasional terbaik Indonesia Ade Maryono antara lain berasal dari Australia, Jepang, Brazil, Mexico, Inggris, China dan Laos.
Dikatakan ketua rombongan para geolog tersebut, Prof David Cooke, para peneliti itu tinggal selama dua hari di Pulau Merah. Mereka melihat dari dekat kondisi bebatuan Pulau Merah, sekaligus observasi terkait aktivitas pertambangan yang ada.
Menurut Cooke, Banyuwangi dipilih bukan tanpa alasan. Para geolog dunia meyakini Pulau Merah memiliki kandungan emas terbaik di dunia. Dari kacamata geolog, potensi Pulau Merah ini memang luar biasa. Selain cadangan kandungan emasnya, pola-pola endapan batuannya juga menarik.
"Pulau Merah itu istimewa. Selain kandungan emasnya dinilai terbaik di dunia, bebatuan yang ada di sana bagaikan laboratorium alam yang luar biasa yang langsung bisa kita saksikan," ujar guru besar CODES University of Tasmania itu.
Para peneliti yang sebagian besar belum pernah ke Pulau Merah ini, imbuh Cooke, saat dibawa ke sana spontan melontarkan pujiannya begitu tiba di Pulau Merah. "Semuanya acung jempol buat Pulau Merah. Sebab tidak semua tempat punya lokasi "seindah" dan selengkap Pulau Merah. Mereka jadi bertambah pengetahuannya dengan menginjakkan kaki di Pulau Merah. Di sana kami mengamati bebatuannya, meneliti karakteristik batuan, dan mengunjungi  lokasi penambangan emas," terang Cooke.
Indonesia, tambah Cooke, menjadi  lokasi yang dituju untuk kegiatan field trip ini pasca diputuskan dalam konferensi pertambangan (SEG - CODES Conference) yang digelar di Hobart, Australia, awal September 2015 lalu.  Di Indonesia, para peneliti ini menghabiskan waktu selama 8 hari mengunjungi sejumlah lokasi pertambangan, yaitu di Pulau Merah Banyuwangi, Batu Hijau -  Lombok dan beberapa lokasi pertambangan di Sulawesi.
Ditambahkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas ketertarikan para geolog juga karena terkait pengelolaan di Pulau Merah. Di Pulau Merah ini mereka menemukan bahwa pertambangan bisa bersanding dengan baik dengan pengembangan pariwisata. "Mereka sempat menanyakan ke saya bagaimana mungkin suatu kawasan pertambangan bisa bertetangga baik dengan suatu kawasan wisata. Ini sangat menarik bagi mereka," kata Anas saat menerima kunjungan mereka di Sanggar Genjah Arum Kemiren, Sabtu (3/10).
Selain ke Pulau Merah, para geolog ini rencananya akan berkunjung ke Gunung Ijen untuk meneliti bebatuan dan kandungan mineralnya. "Kami memang berencana naik ke Ijen, meski terpaksa dibatalkan karena kondisinya yang tidak memungkinkan," pungkas Cooke. (Humas & Protokol)

Tidak ada komentar: