14 Oktober 2015

BEC, International Run, dan Kebo-keboan Siap Ramaikan Akhir Pekan di Banyuwangi

Akhir pekan ini, berbagai ajang untuk mempromosikan pariwisata kembali dihelat di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedikitnya tiga agenda besar, yaitu Banyuwangi International Run, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), Kebo-keboan, hingga Festival Ngopi Sepuluh Ewu.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, sejumlah tokoh nasional, dan beberapa pelaku industri kreatif bakal ikut menyemarakkan beragam ajang di Banyuwangi itu.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan, pariwisata event (event tourism) seperti BEC dan Festival Ngopi Sepuluh Ewu menjadi pengungkit kunjungan wisatawan ke daerah di ujung timur Pulau Jawa itu. "Apa yang kami sajikan dalam Banyuwangi Festival dengan berbagai event seperti karnaval etnik, festival kopi, International Run, maupun tontonan tradisi budaya adalah untuk memperpanjang siklus destinasi agar wisatawan makin punya beragam pilihan di Banyuwangi," kata Anas.
Banyuwangi International Run yang akan digelar pada Sabtu 17 oktober pukul 06.00 ini digagas bareng antara Gerakan Berlari Untuk Berbagi (BUB) dan Pemkab Banyuwangi. Tahun ini akan melombakan dua kategori lari, yakni 5 KM dan 10 KM dengan memperebutkan total hadiah sebesar Rp 100 juta.
Banyuwangi International Run mengangkat tema Run & Enjoy The Culture. Tema yang menggambarkan ajakan untuk berlari dan menikmati kebudayaan sekaligus keindahan dari kota Banyuwangi. "Lomba lari ini akan diikuti 1.000 peserta. Sejumlah pelari nasional dan international dari Kenya akan berlomba dan melintasi jalan Banyuwangi serta menyusuri Pantai Boom yang menjadi kebanggaan warga Banyuwangi," kata Anas.
Masih di hari yang sama, Sabtu siang tepat pukul 12.00 akan digelar Banyuwangi Ethno Carnival (BEC). BEC kali ini mengusung tema The Usingnese Royal Wedding. Using merupakan suku asli Banyuwangi.
Tradisi Pengantin Using yang akan diparadekan adalah Sembur Kemuning, Mupus Braen Blambangan, dan Sekar Kedaton Wetan.
Dalam BEC ini kemanten Using akan ditampilkan dalam bentuk desain fesyen yang berkarakter oleh para desainer muda Banyuwangi. Setiap desain kostum yang ditampilkan oleh anak-anak muda Banyuwangi ini merupakan hasil interpretasi mereka setelah mempelajari sejarah Using.
"Inilah yang saya sebut dengan konsolidasi budaya lewat suatu event. Setiap peserta parade, otomatis dituntut untuk membaca ulang histori tema yang akan dibawakan sebelum menerjemahkan ke kostumya. Dengan membaca kembali sejarah, mereka akan mengerti bagaimana tradisi dan budaya asli daerahnya, yang secara tak langsung akan menumbuhkan kebanggan pada budayanya," ujar Anas.
Setelah BEC, Minggu 18 Oktober akan digelar tradisi Kebo-keboan di Desa Aliyan, Rogojampi dan Festival Anak yatim. Kebo-keboan (kerbau) adalah sebuah ritual masyarakat lokal, di mana sejumlah orang didandani seperti kerbau dan seluruh tubuhnya dilumuri jelaga hitam. Ritual ini adalah bentuk tradisi permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat subur dan panen berlangsung sukses.
Sementara festival anak yatim adalah cara pemkab Banyuwangi untuk menyenangkan anak yatim. Pada hari itu akan diserahkan sejumlah beasiswa khusus bagi anak yatim dan mereka yang kurang mampu. Di acara yang digelar di halaman pendopo kabupaten ini, akan disediakan pula mainan anak dan makanan gratis bagi para anak yatim dan piatu.
Ditambahkan Plt Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda, akan ada sebuah event menarik lain. Para wisatawan bisa mencicipi kopi citarasa Banyuwangi dalam sebuah Festival Ngopi Sepuluh Ewu dengan 10.000 cangkir. Sepuluh ewu dalam bahasa setempat berarti 10.000.
Festival minum kopi khas Using (masyarakat asli Banyuwangi) ini digelar 20 Oktober malam hari di desa adat Kemiren yang merupakan salah satu basis masyarakat Using. Seluruh latar rumah di Desa Kemiren akan disulap menjadi ruang tamu yang menyuguhkan kopi Using dan jajanan tradisonal Banyuwangi. Menariknya, warna dari ribuan cangkir yang disuguhkan adalah seragam. Cara penyajiannya juga seragam karena diyakini bisa menghasilkan rasa kopi terbaik.
"Semuanya gratis. Ini akan jadi malam yang romantis, karena di depan tiap rumah akan dipasang obor sebagai penerangan," imbuh Bramuda.
Saat ini, akses wisatawan ke Banyuwangi semakin mudah. Selain jalur darat dan laut, juga telah ada Garuda Indonesia dan Wings Air yang tiap hari menerbangi Banyuwangi dari Surabaya dan Denpasar. ”Cukup 45 menit dari Surabaya dan 20 menit dari Denpasar,” kata dia. (Humas & Protokol)

Tidak ada komentar: