13 Februari 2016

Fogging DB Banyuwangi,27 Warga Jatim Meninggal,Dinkes Tampo CluringDesa

Menurut Harsono, daerah di Jatim yang banyak dijumpai kasus DB adalah Kabupaten Jombang 106 kasus, disusul Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Trenggalek. ”Kasus DBD Kota Surabaya masih kecil. Secara umum di kabupaten/ kota se-Jatim juga kecil sehingga Jatim belum kami tingkatkan statusnya menjadi KLB DBD,” sebutnya.
Video = https://www.youtube.com/watch?v=iWzHB200ASE

Mantan bupati Ngawi itu menjelaskan, sepanjang 2015 jumlah penderita DBD di Jatim tercatat sebanyak 19.942 orang dengan jumlah korban meninggal sebanyak 277 orang. Daerah terbanyak korban DBD di antaranya Kabupaten Kediri, Malang, Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, serta Kota Probolinggo. Harsono menduga, turunnya kasus DB awal tahun ini lantaran curah hujan yang tidak terlalu tinggi sehingga populasi nyamuk aides aegypti tidak bisa berkembang maksimal. ”Kami berharap curah hujan tahun ini tak seperti tahun sebelumnya agar kasus DBD di Jatim bisa diminimalisasi,” kata Harsono.

Kendati demikian, upaya antisipasi (pencegahan) tetap dilakukan secara maksimal di antaranya menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik atau Jumantik. ”Kami sudah menyurati kabupaten/ kota untuk menyosialisasikan gerakan PSN. Selain itu, seluruh rumah sakit juga kami siapkan sarana dan prasarananya, termasuk obat-obatannya,” imbuhnya.

Harsono mengurai, kasus DBB merupakan siklus tahunan. Pihaknya sudah mempersiapkan segalanya mulai dari tim pemantau jentik maupun rumah sakit jika sewaktu-waktu ada lonjakan jumlah pasien. Dinkes juga sudah mengimbau petugas kesehatan dan lapangan di kabupaten/kota di seluruh Jatim untuk sigap berobat jika mengalami gejala DBD.
Termasuk melakukan fogging dan pembagian Abate jika dibutuhkan. ”Kami harap tindakan preventif yang dilakukan petugas maupun masyarakat tidak sia-sia sehingga kasus DBB tahun ini bisa benar-benar dikontrol karena intinya adalah membiasakan budaya hidup bersih dan sehat,” cetus Harsono.

Ketua Komisi E DPRD Jatim dr Agung Mulyono meminta Dinkes Jatim tetap siaga kendati saat ini Jatim belum KLB DB. Dia berharap para petugas kesehatan rajin turun ke bawah, melihat kondisi kesehatan masyarakat. ”Jangan karena tidak KLB lantas pasif. Petugas harus rajin turun. Semakin banyak kasus yang ditemukan, itu semakin baik,” tukasnya.

Lebih jauh politikus Partai Demokrat ini berharap mutu pelayanan rumah sakit di Jatim bisa ditingkatkan karena masih banyakyangbelumterakreditasi. ”Dari lima rumah sakit kelas A yang terakreditasi hanya tiga rumah sakit. Kemudian rumah sakit pemerintah/TNI/Polri/- swasta kelas B yang terakreditasi baru 11, dan 330 rumah sakit pemerintah/ TNI/Polri/swasta kelas C dan D baru 5 yang terakreditasi,” sebut Agung Mulyono.

Tidak ada komentar: