Gandrung memang sudah mengalir kuat di warga Banyuwangi. Pagelaran Gandrung Sewu yang melibatkan ribuan penari membuktikannya.
VIDEO =https://www.youtube.com/watch?v=ydY4Fm_ZfSY
Siang
itu, Gayatri Yogantari turun dengan lincahnya dari truk kepolisian yang
mengantarnya bersama puluhan Gandrung lain. Dengan beralaskan kaos
kaki, siswi SMPN 4 Rogojampi Banyuwangi itu tampak riang memasuki lokasi
perhelatan Gandrung Sewu, Pantai Boom Banyuwangi. "Asyik juga ya naek
truk. Gak panas," ujar Gayatri kepada temannya sembari membawa omprok
(mahkota penutup kepala penari Gandrung).
Gayatri
merupakan satu dari ribuan penari Gandrung yang tampil dalam Festival
Gandrung Sewu. Sebuah pagelaran seni kolosal yang menampilkan 1.200
Gandrung menari di bibir Pantai Boom menjelang matahari terbenam pada
Sabtu (26/9).
Gandrung
Sewu merupakan agenda wisata tahunan yang masuk dalam rangkaian
Banyuwangi Festival. Sebagai agenda tetap, maka setiap tahunnya
dibutuhkan minimal seribu penari Gandrung.
Mengumpulkan
ribuan Gandrung, ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Setiap
tahunnya, ribuan pelajar selalu antusias untuk bisa berpartisipasi dalam
event ini. Bahkan, untuk membendung animo yang tinggi dari pelajar,
Unit Pelaksana Teknis Daerah Pendidikan terpaksa menerapkan seleksi di
setiap kecamatan.
Bahkan,
bukan hanya pelajar yang ingin tampil, para orang tua siswa juga
berebut agar anaknya bisa tampil di Gandrung Sewu. "Setiap tahun saya
pasti didatangi ibu-ibu yang protes lantaran anaknya tidak lolos. Mereka
sampai berujar berapa pun biayanya yang dikeluarkan, tidak masalah asal
anaknya tampil," kata Budianto, salah satu tim seleksi.
Gandrung
sewu memang menjadi cerita tersendiri bagaimana sebuah budaya mampu
menggerakkan partisipasi rakyat. Mereka dengan semangat tinggi ingin
ambil bagian dalam event budaya itu. Ribuan pelajar itu berlatih selama 3
bulan dengan sukarela. Mereka hanya diberi uang pengganti sewa baju.
"Lega
sekali akhirnya saya kesampaian tampil di Gandrung Sewu jilid IV ini.
Meski latihannya seminggu 3 kali seusai sekolah, tapi menyenangkan
karena saat latihan bersama bisa bertemu dengan penari dari sekolah
lain. Jadi nambah teman," kata Gayatri.
Dikatakan
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Gandrung Sewu dirancang selain
untuk mempromosikan Banyuwangi, juga untuk menumbuhkan kecintaan warga
Banyuwangi akan seni dan budaya asalnya.
"Kami
mencari cara bagaimana agar anak-anak penari diberi panggung yang
istimewa. Karena selama ini mereka hanya tampil di desa saja. Tidak ada
kebanggaan lebih, karena yang nonton hanya orang-orang di
lingkungannya," kata Anas.
Berawal
dari itu, di tahun 2012 Anas pun menggagas Gandrung Sewu. Event yang
masuk rangkaian Banyuwangi Festival ini dikonsep cerdik dengan
menampilkan seribu gandrung. Panggungnya tidak biasa, namun mereka
menari di bibir Pantai Boom.
"Ide
menampilkan ribuan Gandrung itu sukses menarik antusiasme.
Penari-penari Gandrung ini merasa bangga ikut ambil bagian. Selain
karena kemasan pertunjukannya yang unik, para penontonnya juga khalayak
nasional. Menambah kebanggan mereka," kata Anas. (Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar