15 Juni 2015

Banyuwangi siap gelar Festival Mainan Anak Tradisional

Menyambut liburan sekolah, Pemkab Banyuwangi menggelar Festival Permainan Anak Tradisional di Taman Blambangan, Senin (15/6). Acara itu diikuti oleh ribuan pelajar yang memainkan berbagai jenis permainan anak tradisional. Ada yang bermain layang-layang, egrang, congklak, gobag sodor, gasing, hulahop, entik, dagongan, dan masih banyak lagi. 

Video= https://www.youtube.com/watch?v=_doRLzHRzxQ

Salah seorang siswi SD, Iis Nadila (9 tahun), terlihat begitu gembira ketika bermain egrang bersama dengan teman-temannya. Dia terlihat mahir berjalan dengan kaki bambunya. “Saya memang jagoan egrang. Di sekolah guru olah raga sering mengajari kita maen egrang,” ujarnnya. 
Siswa SD lainnya, Satria (7 tahun), juga terlihat antusias memainkan layang-layang. Layang-layang besar berbentuk wajik dan berbuntut panjang yang ditariknya nampak membumbung tinggi. Dia bahkan sempat bermanuver mengamankan layang-layangnya karena hampir bergesekan dengan layang-layang lain yang banyak berseliweran di angkasa. “Seru main di sini soalnya banyak lawan tandingnya,” kata Satria sambil mengulur benangnya yang berwarna merah. 
Bertepatan dengan masa liburan sekolah, Pemkab Banyuwangi sengaja menggelar Festival Mainan Anak Tradisional. Event ini merupakan salah satu agenda Banyuwangi Festival 2015. Festival ini digelar secara khusus bagi anak-anak di Banyuwangi dengan menampilkan berbagai mainan tradisional yang dulu biasa dimainkan anak-anak.  
“Kita ingin memberikan panggung sekaligus hiburan bagi anak-anak setelah menempuh pendidikan dan ujian di sekolah. Kesempatan ini juga sebagai momen untuk mengenalkan kembali aneka permainan tradisional yang kini mulai ditinggalkan oleh anak-anak. Padahal Indonesia khususnya Banyuwangi memiliki kekayaan khasanah ragam permainan anak yang menarik dan menyenangkan,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. 
 
Dikatakan Anas, saat ini anak-anak lebih mengenal aneka permainan modern seperti lego, game online di internet maupun game yang ada di gadget. Aneka permainan ini secara tak langsung berdampak pada kepribadian anak yang cenderung individual dan egois.
Melalui event ini, Anas berharap agar anak-anak Banyuwangi memiliki pengalaman yang menyenangkan yang bisa membentuk karakter mereka menjadi lebih terbuka, berjiwa sosial dan mampu berinteraksi dengan bermasyarakat. “Permainan tradisonal ini juga sarat akan nilai-nilai positif seperti gotong royong, kebersamaan dan tenggang rasa. Contohnya, mainan bakiak besar, di mana 3 pemainnya untuk menang dituntut untuk bisa kompak dan cepat,” harap Anas. 
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Abraham Paul Liyanto yang turut menghadiri festival ini mengatakan Banyuwangi telah melakukan langkah yang kreatif dalam melestarikan permainan anak tradisional. “Kalau tidak difestivalkan, anak-anak akan lupa dan akhirnya permainan ini hilang eksistensinya,” kata Abraham. 
Dia juga mengatakan kegiatan ini bisa menjadi masukan bagi DPD untuk diangkat ke tingkat nasional. “Ini menginspirasi saya untuk membuat peraturan tentang perlindungan permainan tradisional. Kita ingin anak-anak dibiasakan sejak dini dengan tradisi dan budaya daerah agar tidak terbawa ke budaya global,” cetusnya. 
Dalam festival yang berlangsung dari pagi hingga siang hari tersebut sejumlah permainan tradisional yang sudah jarang dimainkan, ditampilkan kembali. Seperti dagongan yang khas Banyuwangi, permainan semacam tarik tambang namun menggunakan media bambu yang besar dan panjang. Begitu juga bisa dilihat bagaimana anak-anak SD ini bermain gobak sodor dan egrang. Bupati Anas pun saat itu mencoba bermain egrang bersama anak-anak. “Wah susah juga ya, saya gak berhasil jalan satu jengkal pun,” ujarnya terkekeh.
Untuk menambah kemeriahan, beberapa permainan juga dilombakan seperti egrang, dagongan, klompen, gobag sodor, egrang dari batok, lari karung dan lompat tali. Juga ada pertunjukkan ketrampilan dari anak-anak dalam membuat bedil-bedilan (pistol-red) dari pelepah bambu dan gasing. (Humas Protokol)

Tidak ada komentar: