20 Maret 2016

Arisan Jamban Banyuwangi Dikunjungi Tim Penilai Inovasi Publik Kemenpan RB

Masuk sebagai salah satu nominator  pelayanan publik terbaik nasional, program arisan jamban di Desa Kaliploso, Kecamatan Cluring,  Banyuwangi langsung dikunjungi tim panel Inovasi Pelayanan Publik
VIDEO = https://www.youtube.com/watch?v=1W1h_mBF3fs
Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Sabtu (19/3).
Dalam kunjungan ini, tim panelis dipimpin Deputi Pelayanan Publik Kemenpan RB Mirawati Sudjono. Panelis yang turut hadir di antarnya mantan Wakil Menpan RB 2011 - 2013 Prof Dr Eko Prasojo dan peneliti senior LIPI Prof Dr Siti Zuhro.
Setiba di lokasi, para tim panel langsung mendengarkan cerita para warga bagaimana program dengan akronim Pujasera - Pergunakan Jamban Sehat, Rakyat Aman (Pujasera) ini berjalan. Dituturkan Kepala Puskesmas Tampo, Kec Cluring, Tatik Setiyaningsih Mkes, program arisan jamban yang dimulai tahun 2014 ini berawal dari rendahnya kepemilikan jamban di Cluring. Di satu sisi, kata Tatik, puskesmas dituntut bisa  mewujudkan gerakan bebas buang air besar (BAB) di sembarang tempat alias Open Defecation Free/ODF.
"Saat itu, di empat desa terdapat 8.045 KK. Penduduk yang memiliki jamban hanya 1.034 KK. Maka kami pun mulai kampanye ODF secara masif dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan Satgas ODF yang jumlahnya 50 orang. Ternyata kampanye saja tidak cukup, perlu ada  aksi nyata," ujar Tatik.
Maka, puskesmas bersama kader Pujasera membuat gerakan membongkar jamban di sungai. Mereka langsung menancapkan pengumuman berisikan ajakan menggunakan jamban sehat di tempat-tempat yang biasanya orang buang air besar sembarangan. "Warga juga diberi edukasi bahwa BAB di sungai tidak baik bagi kesehatan," ujarnya.
Selanjutnya, memberikan pinjaman dengan bunga lunak bermitra dengan program lain dari pemerintah yang melibatkan penyedia bahan bangunan. Di dusun setempat juga dibentuk "Arisan Jamban" yang diikuti warga kurang mampu. Setiap bulan, arisan diundi.
"Dari arisan ini setiap bulan terbangun rata-rata 288 jamban. Setelah itu, warga dan kader Pujasera bersama-sama membangunkan jamban untuk warga kurang mampu tersebut. Juga ada intervensi pemerintah dalam bentuk bantuan untuk melengkapinya," jelas Tatiek.
Hasilnya, kata Tatiek, di wilayah Puskesmas Tampo terwujud 2 desa ODF dari empat desa. Kepemilikan jamban kini sudah menjadi 5.025 keluarga atau meningkat 386 persen. "Tahun ini juga empat desa di Puskesmas Tampo bisa ODF semuanya. Semua keluarga akan memiliki jamban pribadi," kata alumnus Magister Manajemen Kesehatan Universitas Brawijaya itu.
Selain itu, angka kesakitan yang disebabkan penyakit lingkungan buruk semakin menurun. Dari 35 persen (2013) menjadi 18 persen (2015), diare dari 28,2 persen menjadi 12 persen. Lalu Typoid dari 8,7 persen menjadi 38 persen, DHF dari 0,25 persen menjadi 0,10 persen, Influenza dari 10,3 persen menjadi 8,5 persen.
Mendengar paparan dari Kepala Puskesmas Tampo tersebut, ini, para panelis langsung memberikan apresiasi yang tinggi kepada warga Kaliploso. Deputi Pelayanan Publik Kemenpan RB Mirawati Sudjono mengatakan inovasi yang dibuat Banyuwangi ini sangat bagus.
“Inovasi ini memang istimewa. Idenya tidak dari atas tetapi dari bawah dan melibatkan banyak pihak, mulai masyarakat, aparat desa, instansi lainnya ikut andil dalam gerakan ini. Istimewanya lagi, program ini sangat applicable, bisa dicontoh daerah lain," ujar Mirawati.
Sementara itu, Eko Prasodjo menyatakan optimismenya bahwa program ini bisa lolos di uji layanan publik. Alasannya, kata dia,  inovasi ini mempunyai dampak yang luar biasa terhadap indikator kesehatan. Lalu, adanya rasa kepemilikan masyarakat, program ini dianggap sebagai kebutuhan oleh masyarakat.
Selain itu, lanjut dia, dalam merombak mindset masyarakat sosialisasi program ini diselaraskan budaya masyarakat.  Yang keempat, program ini sangat bisa direplika di seluruh wilayah di Banyuwangi.
"Banyuwangi ini banyak punya inovasi publik seperti program Lahir Procot Pulang Bawa Akta. Setiap inovasi yang diluncurkan selalu ada tujuan jangka panjangnya. Saran saya, sustainability seperti in harus tetap dijaga," ujar Eko yang juga sebagai staf pengajar di Universitas Indonesia.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, di Banyuwangi, pihaknya mewajibkan setiap 45 unit Puskesmas yang ada untuk membuat inovasi berdasarkan karakteristik permasalahan yang ada. Begitu berhasil, inovasi itu direplikasi ke daerah Puskesmas lainnya. Sejumlah inovasi lain di antaranya program Air Limun (Apresiasi Ibu Cerdas Peduli Imunisasi) dan Sakti (Stop Agka Kematian Ibu dan Bayi).
Hasilnya, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran berhasil dari 9,31 (2012) menjadi 6 (2014), berhasil melampaui target MDGs untuk Banyuwangi yang sebesar 23. Adapun angka kematian Ibu juga menurun drastis dari 142 menjadi 93, berhasil melampaui target MDGs sebesar 102.
Selain mengunjungi lokasi arisan jamban, para panelis ini menyempatkan diri mengunjungi lounge pelayanan publik di kantor Pemkab Banyuwangi, pelayanan perijinan satu atap di kantor Badan Perijinan dan Pelayanan Terpadu, dan Bangsring underwater, tempat restorasi terumbu karang yang digagas oleh pokmas, dan akhirnya menjadi salah satu destinasi wisata andalan Banyuwangi.  (humas)

Tidak ada komentar: