Banyuwangi berhasil memperoleh
penghargaan di bidang pertanian dengan meraih juara II Anugerah Insan
Perkopian Tingkat Provinsi Jawa Timur. Penghargaan tersebut diserahkan
langsung Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jatim, di Hotel Orchid,
Malang, Kepada Ketua Kelompok Tani (Poktan) Madani Banyuwangi, Samsi,
Jumat lalu.
Samsi mengatakan penghargaan yang diraih kelompok taninya karena
berhasil melakukan pembibitan kopi jenis arabika dengan tepat. Dimana
bibit yang dihasilkan diangap memilki kualitas yang baik. Mengingat
selama ini jenis Arabika bukanlah tanaman yang biasa dibudidayakan di
Banyuwangi, karena iklimnya lebih cocok bagi budidaya kopi jenis
robusta.
“Namun kami bisa mengembangkan pembibitan arabika dengan baik. Dimana
bibit yang dihasilkan dianggap berkualitas, tingginya sesuai dengan
syarat penanaman dan bebas penyakit,” kata Samsi.
Istimewanya lagi, kata Samsi pembibitan dilakukan di dataran rendah
dengan ketinggian 400-450 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Padahal biasanya kopi Arabika hanya berkembang dengan baik di dataran
tinggi yang ketinggiannya 700-1700 mdpl. “Ini juga yang menjadi
kelebihan kami hingga bisa menang,” ujarnya.
Lahan yang dikembangkan oleh poktan Madani sendiri terletak di Dusun
Pringgondani Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo dengan luas lahan 30
hektar.
Samsi melanjutkan keberhasilan kelompok taninya ini tak lepas dari
pendampingan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Banyuwangi (Dispertan hutbun). Awalnya, lanjut dia, di sejumlah
pekarangan penduduk di dusun tersebut tumbuh kopi arabica, namun
sporadis dan tidak terawat.
"Mulanya kami bingung ini kopi jenis kopi, lalu konsultasi dengan
orang dinas dan diteliti di Pusat Penelitian Kopi di Jember, dan
ternyata itu jenis arabica. Lalu, dinas pun mengajak kami untuk
mengembangkan bibit jenis tersebut di sini dan membuat demo plotting
(demplot) di sini. Mereka memberikan pengarahan agar hasil yang didapat
berkualitas. Misalnya kami dibekali cara agar bibit tanaman kopi
terhindar penyakit,” cetus Samsi.
Selain pembibitan, lanjut Samsi, Dispertan juga memberikan
pengetahuan cara budidaya kopi arabika yang benar. Mulai dari proses
pengolahan tanah, pembenihan, pemupukan, pengontrolan hama dan
pemangkasan, hingga cara memanen yang benar.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan
Banyuwangi, Ikrori Hudanto mengatakan pemerintah daerah selalu mendorong
petani untuk meningkatkan kualitas tanamannya, agar produktivitas
kopinya bisa meningkat.
Ikrori melanjutkan, untuk mendorong kopi jenis arabika menjadi salah
satu komoditas kopi yang dihasilkan Banyuwangi, pihaknya juga akan
mengembangkan budidaya kopi varietas ini di lahan seluas 200 hektar.
Lokasinya berlokasi sama yakni di Dusun Pringgondani, Desa Watukebo,
Wongsorejo namun di ketinggian 800-1000 mdpl. “Karena di lokasi ini
tersedia tersedia lahan representatif yang sesuai untuk budidaya kopi
arabika,”kata Ikrori.
Rencananya, pada musim hujan tahun ini, penanaman tahap pertama akan
dilakukan. Sebanyak 100 ribu bibit kopi akan mulai ditanam pada lahan
seluas 100 hektare. “Sedangkan 100 ribu bibit lainnya akan ditanam pada
tahap ke dua di tahun depan,” tutur Ikrori
Di pasaran permintaan terhadap kopi arabika meningkat dan nilai
ekspornya juga lebih tinggi dari robusta. Di musim panen, harga kopi
Arabica bisa sampai Rp. 35 ribu/ kilo, sedangkan Robusta hanya Rp. 20
ribu/kilo nya. “Jadi kita ingin Banyuwangi juga bisa menghasilkan
Arabika untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi,” ujarnya.
Pihaknya juga akan menggandeng perkebunan-perkebunan besar untuk bermitra dengan para petani agar ada transfer knowledge dari
perkebunan besar kepada petani. “Karena saya yakin kalau perkebunan
besar itu ilmu dan pengalamannya pasti lebih banyak,” pungkasnya.
Sebagai informasi, selama ini jenis kopi yang dikembangkan di
Banyuwangi, baik oleh perkebunan swasta nasional maupun perkebunan
rakyat, adalah kopi Robusta. Pada tahun 2014, angka produksi kopi
Banyuwangi mencapai 7,99 ribu ton. Angka ini meningkat dari tahun
sebelumnya yang hanya 6,91 ribu ton dari luas panen sekitar 8 ribu
hektar lebih. Sedangkan pada tahun 2012 dan 2011, angka produksi kopi
Banyuwangi berturut-turut sebesar 6,99 dan 7,38 ribu ton. (Humas
Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar