Kabupaten Madiun kembali menginjakkan kaki di Bumi Blambangan untuk
ngangsu kaweruh tentang berbagai hal, Rabu (16/12). Yakni mulai dari
keuangan berbasis akrual yang telah diterapkan Banyuwangi. Selain itu
mereka juga belajar tentang e-Village Budgeting (e-VB), e-Monitoring
System (eMS) dan masalah Information Technology (IT).
Ini adalah kunjungan Kabupaten Madiun untuk yang kedua kalinya
setelah 21 April 2015 lalu, peserta Diklatpim IV Kabupaten Madiun juga
datang untuk melakukan benchmarking ke beberapa lokus seperti BAPPEDA,
Dinas Koperasi & UMKM serta Badan Pemberdayaan
Masyarakat-Pemerintahan Desa (BPM-PD).
Rombongan yang berjumlah 15 orang ini dipimpin Kepala Bidang Sosial
Budaya dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna BAPPEMAS Kabupaten Madiun,
Kadar Suwono. Rombongan diterima Asisten Administrasi Pemerintahan,
Choiril Ustadi Yudawanto di Lounge Pelayanan Publik Pemkab Banyuwangi.
Ditanya kiatnya sehingga Banyuwangi maju dengan pesat, Ustadi tak
pelit berbagi ilmu. Diantaranya mulai dari upaya Banyuwangi memajukan
dunia pariwisatanya, bagaimana merekatkan koordinasi antar SKPD-nya,
hingga penerapan sistem yang melibatkan IT di dalamnya.
“Silahkan timba ilmu sebanyak-banyaknya, kami sangat terbuka menerima
bapak ibu semua. Sebagaimana dulu kami ingin memajukan daerah ini, kami
juga mencari benchmark dari berbagai daerah yang menjadi jujugan kami.
Sekarang tinggal Kabupaten Madiun yang ingin membranding kotanya seperti
apa,” kata Ustadi.
Kadar mengatakan, bermula dari kedatangan peserta Diklatpim IV
Kabupaten Madiun beberapa waktu lalu yang menginformasikan berbagai
percepatan yang dialami Banyuwangi, pihaknya merasa sangat penasaran.
Kadar bersama seluruh staf BAPPEMAS Kabupaten Madiun merasa harus datang
sendiri untuk membuktikannya. “Ternyata benar. Kami angkat jempol untuk
Banyuwangi yang mampu bangkit dari keterbelakangan hingga menjadi
sesukses sekarang,” puji Kadar.
Untuk diketahui, terkait penerapan keuangan berbasis akrual,
Banyuwangi merupakan satu-satunya kabupaten di Jawa Timur yang sudah
menerapkan akuntansi berbasis akrual. Penerapannya setahun lebih cepat,
yaitu pada 2014. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, seluruh
entitas pemerintahan di Indonesia harus menerapkan basis akrual
selambat-lambatnya untuk penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) tahun 2015. Sebelumnya, LKPD menggunakan basis kas.
Sedangkan e-VB merupakan sistem keuangan desa sebagaimana Sistem
Informasi Pengelolaan Keuangan Daerahbseperti di kabupaten/kota, tapi
berlaku untuk skala desa dan terhubung langsung dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Kabupaten. e-VB tersebut terdiri atas 3 bagian yaitu
perencanaan, tata kelola dan evaluasi. Semuanya berbasis online.
Adapun e-VM difungsikan untuk mengawasi program pembangunan di desa,
baik program fisik maupun non fisik. Setelah dihitung, ada lebih dari
4000 program di 189 desa yang ada di Banyuwangi. Untuk pengawasan
program fisik, misalnya, setidaknya dibutuhkan 3 kali kunjungan.
Sehingga butuh 12 ribu kali kunjungan pengawasan. Kunjungan sebanyak itu
tidaklah efektif dan efisien. Keberadaan e-VM sangat membantu karena
semuanya juga berbasis online. (Humas & Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar