09 Desember 2014

Pameran Seni Rupa 2014 Banyuwangi


vIDEO=https://www.youtube.com/watch?v=pIlMRlz2qo4&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Ketua Panitia Sarwo Prasojo mengatakan, pihaknya memberanikan diri untuk menggunakan pendekatan kurasi dalam pameran seni rupa kali ini. Kurasi adalah kegiatan merawat, mengolah dan memelihara sekumpulan karya seni atau artefak.  Dalam pameran yang menggunakan pendekatan kurasi, peranan besar dipegang oleh kurator. Kurator adalah pengurus atau pengawas institusi warisan budaya atau seni, misalnya museum, warisan seni, galeri foto dan perpustakaan. Kurator, dalam hal ini panitia,  bertugas untuk memilih dan mengurus objek museum atau karya seni yang dipamerkan.
“Kurasi pameran sebenarnya bukan untuk membatasi kreatifitas seniman, tapi sekedar memberi arah yang jelas bagi para seniman untuk bersama-sama mengolah tema yang telah diputuskan oleh kurator,”ujar Sarwo. Lelaki berambut gondrong ini berharap, pameran jadi lebih menarik dan menggugah semangat seniman untuk meningkatkan mutu karyanya.
 ‘Dinamika Mantra Blambangan’diangkat menjadi tema pameran Lilira Kuwung kali ini. Dijelaskan Sarwo, mantra yang biasanya dilakukan oleh seorang cenayang atau dukun  menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah perkataan atau ucapan yang diyakini punya daya magis.  Tapi dalam perkembangannya, mantra-mantra dapat dilakukan oleh siapa pun yang menginginkan spirit dan daya sugesti dalam diri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
“Bagi rakyat Banyuwangi, mantra telah jadi semangat bersama dalam kehidupan rakyat,  baik yang digunakan secara tradisi maupun untuk mewujudkan daya kreatif yang bergelora. Kreatifitas yang bergelora itu digunakan untuk  mengelola dan memberdayakan kekayaan Bumi Blambangan untuk menjadikan Banyuwangi jauh lebih indah,makmur dan sejahtera,”beber Sarwo.
Tak pelak, respon dari para pelukis dan pematung ternyata diluar dugaan. Mereka berlomba-lomba  ikut menampilkan karyanya. Hingga akhirnya terpilihlah ke-117 seniman ini untuk menggelar pameran bersama. Salah satunya pematung nasional bergenre realistik, Suhartono. Pria asal Genteng yang juga pematung monumen Presiden Suharto dan ibu Tien Suharto berukuran setinggi dada serta patung Pahlawan Revolusi Jenderal S. Parman ini juga menampilkan karya terbaiknya. Yakni patung wanita yang sedang duduk sambil membawa topeng. Patung yang diberinya judul ‘Melestarikan’ itu terbuat dari bahan fiberglass berwarna perunggu.
Selain Suhartono, ada pula Wahyu Simultan (Lateng) dengan karyanya yang terbuat dari kayu mahoni diberi nama  ‘Topeng Misteri’, ada Aris Mustakim  (Banjarsari) yang menampilkan Relief Ikan dari kayu jati , dan Selamet Sugiono dengan patung  karyanya ‘Spirit of Gandrung’. Mereka adalah beberapa perupa diantara ratusan pelukis lainnya yang ikut pameran tersebut.
Saat membuka pameran tersebut tadi malam (27/11), Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap seni lukis dan seni patung di Banyuwangi berkembang dengan baik. “Budaya jadi bagian penting bagi kita, karena budaya jadi bagian pengembangan ekonomi kreatif. Harapannya, tempat-tempat wisata bukan hanya sekedar tempat wisata, tapi juga tempat berkesenian,”ujar bupati.
 Orang nomor satu di Banyuwangi itu mencontohkan salah satu tempat wisata yang akan dilengkapi dengan sarana berkesenian bagi seniman Banyuwangi. Yakni  tempat wisata Watu Dodol yang dulu kurang terawat, akan diubah menjadi rest area yang nyaman bagi pengunjung. “Dengan tangan dingin arsitek Budi Pradono, kami desain area itu menjadi Grand Watu Dodol. Kesenian angklung paglak yang akan dilokasikan disitu sekaligus menjadi sarana hiburan tambahan, jadi orang yang hadir tak hanya menikmati landscape saja, tapi juga menikmati alunan musik angklung yang khas,”kata bupati.
Meski  bersamaan dengan derasnya hujan yang turun, pameran tersebut tetap diserbu oleh pengunjung. Mereka tampak antusias dengan pameran yang rutin diselenggarakan tiap tahun ini. Salah seorang pengunjung, Budi Osing menyampaikan harapannya untuk pemkab. “Saya berharap event semacam ini didorong terus oleh pemkab supaya jadi komoditi. Contohnya seperti di Ubud, Bali. Komunitas mereka diwadahi dan mereka bisa berkreatifitas lewat galeri-galeri yang ada. Jadi tak hanya berhenti di pameran tahunan saja, saya berharap pemkab juga membuat pasar seni untuk seniman dalam memasarkan karya-karyanya. Dan kalau ada wisatawan berkunjung kemari, mereka tahu harus berbelanja kemana,”ujar warga Kelurahan Karangrejo tersebut.  (Humas & Protokol)

Tidak ada komentar: