02 November 2014

Ki Anom Suroto Puaskan Pecinta Wayang Kulit Banyuwangi Hingga Pagi

Ribuan masyarakat pecinta seni wayang kulit, tadi malam Sabtu (1/11) memadati lapangan Bima Sakti, Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo. Kehadiran ribuan ini untuk menyaksikan aksi dalang kondang Ki Anom Suroto, yang diundang khusus pemkab Bayuwangi menyemarakkan Banyuwangi Festival 2014.
Pesona dalang yang membawakan lakon  Amartha Binangun memang luar biasa. Sejak sore hari lapangan Bima Sakti sudah dipenuhi penonton, padahal gelaran wayang baru dimulai pukul 21.30 Wib. Sambil menggelar tikar, Sariman yang datang membawa serta anak cucunya mengaku rela berangkat sore agar bisa mendapat tempat duduk yang strategis. “Selama ini saya hanya bisa menyaksikan Ki Anom lewat televisi, sekarang bisa langsung makanya saya berangkat sore hari,” kata Sariman.
Ki Anom bermain sangat bagus, lakon yang mengkisahkan Ksatria Pandawa Lima membangun kerajaan baru di hutan tandus ini yang penuh  rintangan. Kisah ini diawali dengan penderitaan pendawa sepeninggal ayahnya, Pandu Dewanata, pendawa menuntut hak atas kerajaan kepada penguasa Hastina yang saat itu dikuasai pamannya sendiri, Prabu Destarata. Lewat rapat kerajaan pendawa dititahkan membabat hutan baru untuk mendirikan kerajaan. Dalam perjalanan menuju Amarta, mereka menemui banyak kendala dan aral melintang, Disinilah permainan yang paling seru disuguhkan Ki Anom yang mengajak duet putranya sendiri Ki Bayu Aji untuk ikut memainkan panggung malam itu. Akhir kisah pendawa bisa mendirikan kerajaan yang besar dan sejahtera.
Selain Bayu Aji, Ki Anom juga membawa Cak Dikin dan Nyimut Dikin serta Pentol untuk mengisi limbuk’an dan goro-goro. Benar sekali kemunculan para dagelan kondang ini mampu mengkocok penonton hingga pagi hari. Bahkan, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dan Wabup Yusuf Widiyatmoko, beserta isteri yang membuka gelaran wayang kulit ini baru meninggalkan lokasi setelah limbuk'an.
“Gelaran wayang kulit ini tidak hanya melestarikan kesenian khas jawa. Lebih jauh dari itu permainan wayang kulit ini mengandung filosofi dan makna yang dalam dari setiap lakon yang mainkan dalang,” kata Bupati Anas.
Sebelum Ki Anom Suroto, panggung ini telah diramaikan dengan suguhan parade dalang cilik, Jum’at malam (31/10). Ada delapan dalang cilik dengan usia 12 hingga 29 tahun bermain disini. Mereka bermain dengan bermacam-macam lakon, diantaranya Adon-adon Romojolo yang dimainkan ki Wawuh Tri Gonggo dari Bangorejo dan Gatot Kaca Lahir, oleh Raka Ditho Jihan Firmansa dalang usia 12 tahun. (Humas Protokol)

Tidak ada komentar: