Ritual adat Seblang Bakungan sukses digelar, Minggu malam (12/4).
Antusiasme masyarakat tampak begitu terlihat. Mereka tumplek bleg
menyaksikan upacara adat yang untuk pertama kalinya masuk dalam agenda
Banyuwangi Festival 2014 ini.
Video= https://www.youtube.com/watch?v=iOwGRkdU7YY&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
Ritual ini bahkan tak hanya mengundang ketertarikan masyarakat lokal
Banyuwangi, namun juga warga dari luar Banyuwangi, beberapa wisatawan
asing dan diliput oleh media-media nasional. Bupati Banyuwangi Abdullah
Azwar Anas juga hadir bersama Forum Pimpinan Daerah, Wakil Bupati Yusuf
Widyatmoko, pejabat teras di lingkungan Pemkab Banyuwangi serta para
seniman dan budayawan.
Bupati Anas menyatakan apresiasinya atas budaya seblang yang hingga
kini terus terjaga kelestariannya. “Seblang Bakungan ini merupakan salah
satu cikal bakal budaya masyarakat Banyuwangi saat ini. Kami sengaja
memasukkannya dalam agenda Banyuwangi Festival 2014 agar masyarakat
bangga dengan budayanya,”beber Bupati Anas. Bahkan sebagai penghargaan
atas budaya seblang itu sendiri, , tambah bupati, tahun ini Seblang
diangkat sebagai tema Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 22 November
mendatang.
Dalam kesempatan itu bupati juga berjanji, ke depan akan lebih
memperhatikan budaya Banyuwangi dan menggelarnya di titik-titik
kemunculannya, sebagaimana ritual adat seblang yang digelar di Desa
Bakungan ini.
Berdasar kepercayaan masyarakat setempat, Seblang adalah singkatan
dari ‘Sebele ilang’ atau sialnya hilang. Di Banyuwangi, Seblang dapat
ditemui di dua desa, yaitu Desa Olehsari dan Desa Bakungan.
Seblang
di Desa Bakungan dilakukan tepat satu minggu setelah hari raya Idul
Adha. Tujuannya adalah untuk bersyukur kepada Allah dan memohon agar
seluruh warga desa diberi ketenangan, kedamaian, keamanan dan kemudahan
mendapatkan rezeki yang halal serta dijauhkan dari segala mara bahaya.
Sebelum upacara dimulai, terlebih dahulu warga Bakungan berziarah ke
makam leluhur desa, Buyut Fitri, sambil membawa perlengkapan. Usai
ziarah, mereka menyiapkan prosesi seblang dengan cara menyuguhkan
bermacam syarat. Ada ketan sabrang, ketan wingko, tumpeng, kinangan,
bunga 500 biji, tumpeng takir, boneka, pecut dan kelapa yang menjadi
perlambang kejujuran.
Ritual seblang dimulai seusai maghrib. Ritual ini diawali dengan
parade oncor (obor) yang dibawa berkeliling desa (ider bumi). Uniknya,
pada saat ider bumi dilakukan, listrik di desa tersebut dalam keadaan
padam total. Penerangan hanya berasal dari obor yang dinyalakan di
depan rumah masing-masing warga dan obor yang dibawa berkeliling desa.
Setelah itu warga menggelar selamatan sambil melafadzkan doa. Ketika
ada bunyi kentongan yang dipukul bersamaan, serentak warga makan
bersama. Dalam selamatan itu suasana hangat kental terasa, sebab warga
seolah tak ada jarak, makan bersama dengan menggelar tikar dan menyantap
hidangan yang ada di depan mereka. Selamatan itu sebagai bentuk rasa
syukur atas limpahan rahmat yang diberikan Allah kepada warga Desa
Bakungan.
Usai makan bersama, penari masuk pentas yang ditempatkan di depan
Sanggar Seni Bunga Bakung. Seblang Bakungan ditarikan oleh seorang
wanita tua yang sudah memasuki masa menopause. Pada seblang kali ini,
Supani terpilih sebagai penari. Ini adalah pertama kalinya Supani
ditunjuk sebagai penari seblang. Setelah dibacakan mantra dan doa,
wanita tua itu langsung tidak sadarkan diri dan menari dalam keadaan
kesurupan, selama gending dinyanyikan. Gending-gending yang
dikumandangkan untuk mengiringi penari seblang itu ada 13 gending,
diantaranya Seblang Lukinto, Podo Nonton, Ugo-ugo dan Kembang Gading.
Memasuki tengah malam, acara dilanjutkan dengan adol kembang (jual
bunga). Di saat yang sama, para penonton berebut berbagai bibit tanaman
yang dipajang di panggung dan mengambil kiling (baling-baling) serta
hasil bumi yang dipasang di sanggar. Masyarakat Bakungan percaya
barang-barang itu dapat digunakan sebagai media penolak bala. (Humas
& Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar