06 September 2013

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) III

BANYUWANGI – Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) III siap digelar awal September mendatang.  Kebo-keboan dipastikan menjadi tema yang diangkat dalam karnaval yang memadukan  modernitas dengan seni tradisional ini.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ((Disbudpar) Suprayogi,  tema Kebo-keboan dipilih berdasarkan masukan dari para seniman dan budayawan Banyuwangi. Karena kepeduliannya pada pelestarian budaya asli Banyuwangi, para seniman dan budayawan bahkan bersedia mengawal workshopnya sehingga dari sisi konsep tidak akan melenceng.
Beberapa waktu lalu,  Yogi mengaku, pihaknya telah bertemu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, sekaligus mempertemukan beberapa budayawan yang concern, diantaranya Hasnan Singodimayan, H. Andang C.Y, H. Tedjo dan Samsudin Adlawi. Tujuannya adalah untuk mempresentasikan tema Kebo-keboan ini sekaligus  mendiskusikannya dengan Bupati Anas.
Prototype Kebo-keboan yang dipresentasikan di hadapan Bupati Anas di Pendopo Sabha Swagata Blambangan ternyata mendapatkan persetujuan dari orang nomor satu di Banyuwangi itu. Namun untuk tetap menunjukkan kekhasan Banyuwangi, ujar Yogi,  Bupati minta penari Gandrung tetap menjadi magnet di awal pembukaan BEC III tersebut. “Di barisan terdepan  akan ditampilkan 300 penari Gandrung yang akan menampilkan  welcome dance untuk para tamu,” ujar Yogi. Setelah itu akan tampil Kebo-keboan asli sebagaimana yang biasa ditampilkan di Desa Alas Malang, yang dilanjutkan dengan penampilan Kebo-keboan ala BEC III.
Tema Kebo-keboan yang menginspirasi BEC III ini akan dibagi menjadi 3 sub tema yang menggambarkan tentang sifat dasar manusia. Yakni Kebo Geni, Kebo Bayu Tirto dan Kebo Bumi. Kebo Geni menggambarkan semangat, motivasi, amarah dan kepahlawanan. Warna yang dominan dipakai adalah hitam dan merah. Kebo Bayu Tirto menggambarkan tentang kehidupan, dengan 3 warna dominannya hitam, silver dan putih. Sedangkan Kebo Bumi yang menggambarkan tentang kesuburan lebih dominan pada warna hitam dan emas. Ketiga Kebo tersebut akan tampil dengan tanduk, kliningan sapi, dilengkapi dengan ekor dan sayap yang memperlihatkan kekhasan Banyuwangi seperti  motif Gajah Oling.
Yang tak kalah menarik, konsep BEC III ini dibuat berbeda dari BEC sebelumnya. Letak perbedaannya salah satunya pada  lokasi  startnya. Jika sebelumnya pemberangkatan dimulai dari depan SD Kepatihan (Jl. Veteran), kali ini startnya  berada di Taman Blambangan, tepatnya dimulai dari makara (gapura) yang biasa digunakan untuk menggelar pergelaran seni setiap Sabtu malam. Peserta karnaval akan turun dari tangga tinggi ber-trap dari samping kiri dan kanan gapura. Setelah itu mereka melewati  tengah lapangan Taman Blambangan  menuju ke arah timur, kemudian berbelok ke kiri, dan barulah mengikuti rute BEC seperti tahun sebelumnya.
Yang tak berubah adalah nantinya tetap akan ditampilkan  musik yang gemebyar dikolaborasikan dengan  fashion dan koreografi yang dibawakan peserta BEC III. Hanya saja koreografi tarian  yang ditampilkan, terang Yogi,  tak lagi menggunakan modern dance melainkan traditional dance.
Untuk menjaring peserta  BEC III ini, Yogi mengatakan, Disbudpar akan membuka audisi pada akhir bulan ini (Mei). Tak hanya kalangan pelajar dan mahasiswa saja yang dilibatkan, tapi juga kelompok – kelompok profesional seperti sanggar-sanggar tari dan juga masyarakat umum. (Humas & Protokol)


Tidak ada komentar: