Masyarakat Banyuwangi menyambut
sukacita piala Adipura yang diraih untuk ketiga kalinya berturut-turut.
Selebrasi pun dilakukan dengan mengarak piala supremasi bidang
kebersihan lingkungan ini konvoi keliling Kota Banyuwangi. Uniknya,
Piala Adipura diarak oleh puluhan gadis muda berbusana bahan daur ulang
sampah.
Konvoi Piala Adipura dimulai dari Taman Patung Kuda Sobo hingga
finish di Taman Blambangan dengan menggunakan kendaraan bak terbuka.
Para model yang merupakan pemenang Green and Recycle Fashion Week 2015
ini turut mengiringi di sepanjang perjalanan. Tidak ketinggalan para
pesapon (tukang sapu jalan) juga ikut mengawal konvoi ini.
Masyarakat pun menyambut gembira piala yang menasbihkan Banyuwangi
sebagai Kota terbersih ini. Bahkan para pelajar turut menyambut
kehadiran Piala Adipura dengan aneka atraksi seni dan budaya di tepi
jalan yang dilalui. Para ibu penggiat kebersihan dari Kelompok Dasa
Wisma pun antusias menyambut Piala Adipura setibanya di Taman
Blambangan.
“Kami bersyukur Banyuwangi bisa meraih dan mempertahankan Piala
Adipura untuk ketiga kalinya. Ini menjadi prestasi seluruh masyarakat
Banyuwangi yang telah bersama-sama mendukung dan ikut menjaga kebersihan
lingkungan,” kata Penjabat Bupati Banyuwangi Zarkasi.
Zarkasi berharap diperolehnya piala Adipura bisa memotivasi
masyarakat Banyuwangi untuk memiliki pola hidup bersih. Karena dengan
hidup bersih membuktikan jika masyarakat Banyuwangi peduli dengan
kesehatan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Arief Setiawan
menambahkan dengan hasil ini, Banyuwangi akan bersiap meraih Adipura
Kencana. Sesuai Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 192 Tahun
2013 tentang Penghargaan Adipura 2013, syarat bagi daerah untuk bisa
meraih Adipura Kencana di antaranya harus memiliki nilai dan inovasi
dalam soal penataan dan pengelolaan lingkungan hidup.
“Banyuwangi sesungguhnya telah memiliki program inovasi dalam
pengelolaan lingkungan mulai dari bank sampah, pengolahan sampah,
pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan asuransi bagi pesapon dan
petugas kebersihan. Kekurangan kita adalah infrastruktur Tempat
Pembuangan Sampah Akhir,” kata Arief.
Saat ini luasan lahan TPSA Bulusan Banyuwangi hanya 1,5 hektar.
Sesuai peraturan perundang-undangan, TPA yang representatif minimal
memiliki luas 8 hektar dengan sistem sanitary landfill, dimana sampah
tidak langsung dibuang ke TPA tapi diolah terlebih dahulu.
“Meski TPA kita luasannya kecil, tapi sudah melakukan pengolahan
sampah mulai dari tingkat rumah tangga, TPA sementara, Depo, transfer
depo sampai TPA. Pengolahan sampah pun sudah dilakukan dari memilah
sampah organik dan anorganik, mengolah sampah menjadi bahan daur ulang
atau kompos sampai memanfaatkan gas metan dari sampah untuk biogas,”
terang Arief. Dengan cara tersebut, TPA Bulusan mampu mengurangi volume
sampah hingga 20 persen dari rata-rata sampah yang dihasilkan warga
sebanyak 600 ton perhari.
Untuk meningkatkan kapasitas TPA, lanjut Arief, pada tahun 2016 telah
dianggarkan penambahan lahan seluas 2 hektar hingga nantinya luas TPA
Bulusan menjadi 3,5 hektar. “Dengan penambahan area TPA ini yang
menerapkan sistem sanitary landfill yang berkesinambungan, kita optimis
Adipura Kencana bisa kita raih,” pungkas Arief. (Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar