Ada lomba yang tak biasa yang
digelar Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Bnayuwangi di Pendopo
Sabha Swagata Blambangan, Selasa pagi (24/11). Lomba yang memancing
gelak tawa dan senyuman penontonnya tersebut adalah lomba pidato bahasa
Using. Bagaimana tidak, para peserta yang terdiri dari berbagai instansi
tersebut berusaha tampil maksimal dengan logat khas Usingnya yang
kental. Tak jarang yang meleset dalam melafalkan kata-katanya, lantaran
tak semuanya benar-benar asli suku Using.
Salah satunya Sri Winarni yang tampil dengan persiapan penuh dan
tanpa membawa naskah pidato. Wiwin, sapaan akrabnya, dalam pidatonya
menceritakan bagaimana Banyuwangi mempromosikan pariwisatanya, salah
satunya lewat digelarnya Banyuwangi Festival (B-Fest) sejak 2012.
Berbagai event yang digelar di beberapa lokasi wisata seperti International Surfing Competition di Pulau Merah, International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) dan Kite and Wind Surfing di Pulau Tabuhan, praktis membuat destinasi wisata tersebut dikenal oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
“Akeh wong moro nang Kabupaten Banyuwangi heng cuma nonton
Banyuwangi Festival, tapi uga ngelencer. Nang Pulau Merah, Kawah Ijen,
Pulau Tabuhan. Iku sebab-e penambang belerang lan tukang becak nang
Banyuwangi kudu mulai biso komunikasi nganggo bahasa Inggris
(Banyak orang datang ke Banyuwangi tidak hanya untuk menonton Banyuwangi
Festival, tapi juga berwisata. Ke Pulau Merah, Kawah Ijen, Pulau
Tabuhan. Itu sebabnya penambang belerang dan tukang becak di Banyuwangi
harus mulai bisa berkomunikasi dengan Bahasa Inggris),” urai perwakilan
DWP Perhutani Banyuwangi Utara itu dengan aksen Using yang medhok. Gaya
berpidato Wiwin ini cukup menarik perhatian peserta lain, sebab dia
mampu tampil percaya diri dengan materi yang telah dihafalnya di luar
kepala.
Lomba pidato bahasa Using ini digelar untuk memperingati HUT ke-16
DWP. Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi, Slamet Kariyono menyatakan
apresiasinya atas kegiatan ini. “Bahasa Using merupakan identitas
masyarakat Banyuwangi yang harus terus dilestarikan. Lomba pidato bahasa
Using ini juga sebagai bentuk pelestarian terhadap bahasa asli suku
Using,” ujar Slamet.
Lomba pidato bahasa Using ini diikuti 65 instansi. Peserta bebas
memilih satu tema pidato dari 5 tema yang sudah ditentukan. Yakni
Kuliner Banyuwangi, Wisata Banyuwangi, Batik Banyuwangi, Kesenian
Banyuwangi (lagu, tarian, puisi), dan Banyuwangi Festival. Peserta
diberi kesempatan berpidato selama 5 menit, dengan aspek penilaian
meliputi penggunaan bahasa (struktur kalimat, ketepatan lafal, tekanan
kata, intonasi kalimat, dan pilihan kata), penampilan (gaya, ekspresi,
dan mimik), materi (kesesuaian dan pemahaman terhadap tema yang dipilih)
serta sistematika (pembukaan, isi, penutup). Pemenang terdiri atas
Juara I, II, III dan Harapan I, II dan III.
Selain lomba pidato bahasa Using, DWP juga mengadakan lomba
penulisan artikel dengan tema ‘Peran Dharma Wanita Persatuan dalam
Memajukan Pariwisata di Banyuwangi’. Lomba ini juga diikuti 65 instansi.
Total peserta yang mengikuti kedua lomba tersebut 165 orang.
Usai lomba, nama-nama pemenang langsung diumumkan. Untuk lomba pidato
bahasa Using, Juara I diraih DWP Kecamatan Rogojampi, Juara II DWP
Kecamatan Banyuwangi, dan Juara III DWP Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang. Peraih Juara harapan I, II dan III secara
berturut-turut DWP Kecamatan Srono, DWP PU Pengairan, dan DWP Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). Sedangkan untuk lomba menulis
artikel, Juara I diraih oleh DWP Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD), Juara II DWP Kecamatan Bangorejo, Juara III DWP Balai Pendidikan
dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Bangsring. Juara harapan I, II dan III
antara lain DWP Badan Kepegawaian dan Diklat (BKD), DWP Kecamatan
Singojuruh dan DWP Kecamatan Sempu. (Humas & Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar