Keberhasilan Banyuwangi mempertahankan piala Adipura 2015, disambut
suka cita masyarakat Banyuwangi, terlebih para pelaku kebersihan yang
peduli lingkungan. Mulai dari petugas pengangkut sampah, pesapon,
kelompok dasa wisma (dawis) dan sejumlah tokoh lingkungan, mereka semua
berharap Adipura ini bisa membuat masyarakat Banyuwangi lebih sadar akan
kebersihan dan lingkungan.
Mereka ini mengaku sangat senang dan lega, karena kerja kerasnya
dalam mempertahankan piala bidang kebersihan ini kembali diraih. “Senang
sekali, Banyuwangi bisa dapat adipura kembali,” ujar Galuh Ariska,
petugas pengangkut sampah.
Bagi kami, kata Galuh, adipura ini sebuah prestasi namun juga menjadi
tantangan yang berat. Karena mempertahankan piala adipura lebih sulit
dari pada usaha mendapatkannya. “Untuk tetap bisa mempertahankan Adipura
ini, kerja kami memang lebih. Meski begitu kami senang melakukannya.
Hanya saja kerja keras kami harusnya diimbangi kesadaran masyarakat
untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan,” katanya.
Menurut Galuh, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan ini
masih belum diikuti semua warga. Seperti, saat even masih ditemui sampah
berserakan. Sebagian masih berfikir yang bertugas menjaga kebersihan
hanya para petugas kebersihan. “Kebersihan adalah tanggung jawab semua.
Mereka yang belum sadar, kalau lingkungan kotor, mengkritik. Tapi kalau
diminta ikut menjaga, sulit,” keluh Galuh.
Senada dengan Galuh, pesapon Taman Blambangan Suprapto juga meluapkan
rasa gembiranya atas raihan Piala Adipura kali ini. “Ini menunjukkan
peran dan tugas kita kita diakui serta berhasil. Tidak rugilah kami
siang malam bergiliran membersihkan setiap sudut kota Banyuwangi,” kata
Suprapto. Jumlah tenaga kebersihan yang berada di bawah Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Banyuwangi sebanyak 620 orang, separuhnya yang 327 orang
merupakan tukang sapu.
Sementara kader lingkungan Heni Sarawati (43), berharap bahwa dengan
Adipura ini masyarakat lebih bisa kreatif menciptakan karya berbahan
dasar barang bekas. Pemkab pun diminta lebih banyak memberi ruang bagi
para ibu-ibu dawis memamerkan hasil karya daur ulangnya.
“Kami sudah biasa berkreasi membuat kerajinan dengan teknik 3R
( Reuse, Reduce, Recycle) dari barang-barang bekas. Seperti kalung dari
kalender bekas, tas dari gelas air mineral dan topi dari kresek plastik
bekas seperti yang saya pakai sekarang ini,” ujar Heni yang merupakan
anggota Dawis Anggur Kelurahan Kalirejo, Banyuwangi ini.
Dawis Anggur ini merupakan salah satu kelompok masyarakat yang
menjadi obyek penilaian dari tim penilai Adipura. Di sini, kata dia, tim
menilai dawisnya telah menciptakan sejumlah hasil karya dari sampah.
“Ini benar-benar sesuai harapan kami yang telah berusaha keras
membina kader lingkungan. Mudah-mudahan ini bisa ditiru masyarakat luas
untuk menjaga lingkungan dan memanfaatkan sampah untuk didaur ulang
sehingga menjadi barang yang bernilai jual,” kata Heni.
Selain mengungkapkan kepuasan hatinya, Heni juga sempat mengucapkan
terima kasih kepada pemerintah yang sangat peduli lingkungan dan sampah.
“Selama menjadi kader lingkungan sejak tahun 2008, kerja keras kami
bisa dirasakan tiga tahun terakhir ini. Alhamdulilah, kami akan terus
berkarya agar Banyuwangi bisa terus raih adipura,” pungkas Heni. (Humas
Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar