Sebagai salah satu lumbung kedelai
nasional, Kementrian Pertanian (Kementan) menjadikan Banyuwangi sabagai
salah satu daerah pengembangan kedelai varietas unggul baru (VUB).
Hasilnya pun memuaskan, produktivitasnya mencapai 3 ton per hektar,
melampaui rata-rata produktivitas kedelai nasional yang 1,5 ton per
hektar.
Banyuwangi merupakan salah satu daerah percontohan “Gelar Inovasi
Teknologi” kementan untuk peningkatan produksi kedelai dengan bibit VUB
karena potensinya. Banyuwangi menyumbang lebih dari 20 persen terhadap
total produksi kedelai di Jatim.
"Kami pilih karena memang di sini sangat berpotensi untuk
pengembangan kedelai. Dan hasilnya memuaskan, produktivitasnya tinggi.
Kesuksesan ini harus bisa direplika di daerah lain di berbagai
agroekosistem dalam rangka perluasan areal tanam (PAT)," kata Direktur
Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (Buakabi) Kementan RI, Maman Suherman
saat panen raya kedelai di Desa Tapanrejo, Muncar, Banyuwangi Sabtu
(7/11).
Banyuwangi menjadi salah satu daerah pengembangan kedelai VUB oleh
Kementan sejak pertengahan 2015 lalu dengan luas lahan awal sebesar 100
hektar yang dipusatkan di Muncar.
Di lahan ini jenis VUB yang ditanam ada 10 jenis seperti
Burangrang, Dega 1, Dena 1, Devon 1, GH toleran genangan 8, Anjasmoro.
Sepuluh VUB kedelai ini mampu menghasilkan rata-rata 3 ton/ha. Bahkan
varietas Dena 1 mampu menghasilkan 3,55 t/ha.
Sementara itu Kepala Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi (Balitkabi) Kementan, Didik Hernowo, yang saat itu turut hadir
menyatakan kegembiraannya mengingat produktivitas yang dihasilkan
tinggi. “Alhamdulillah tantangan pak menteri bisa kami realisasikan di
Banyuwangi,” kata Didik usai panen raya.
Didik membeberkan, bibit kedelai VUB memiliki beberapa keunggulan
dari bibit kedelai pada umumnya. VUB cocok ditanam pada lahan dengan
intensitas panas matahari yang lama, tahan terhadap penyakit karat daun
dan hama pengerek polong yang menjadi momok petani kedelai, serta lebih
irit pupuk.
“Agar didapatkan hasil panen yang baik kami juga memberikan
pendampingan secara intensif kepada para petani. Seperti melakukan
pelatihan teknologi dan secara rutin mengingatkan agar pemupukan tidak
sampai terlambat,” kata Didik.
Bibit VUB ini imbuh Didik merupakan bibit pokok dan bukan bibit
hibrida, jadi biji kedelai hasil panen bisa ditanam kembali sebagi bibit
baru. Dari sisi produktivitas, bibit ini tidak kalah dari produktivitas
panen bibit pokok.
“Untuk saat ini, memang kami konsentrasikan di Muncar. Namun mulai
tahun depan akan kami sebar di sejumlah sentra kedelai di Banyuwangi,"
ujar Didik. Sejumlah kecamatan di Banyuwangi yang menjadi pemasok utama
kedelai adalah Tegaldlimo, Purwoharjo, Cluring, Bangorejo, Pesanggaran.
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Banyuwangi,
Ikrori Hudanto menambahkan saat ini produktivitas kedelai di Banyuwangi
mencapai 1,8 ton per hektar pada tahun ini. Dengan adanya teknologi
inovasi pertanian dengan bibit VUB ini, ia pun optimis produktifitas
kedelai akan meningkat dalam waktu yang cepat secara merata.
“Kalau hasil panennya selalu besar seperti ini, kami optimis
Banyuwangi akan menjadi sentra kedelai nasional. Apalagi produktivitas
kita sudah di atas rata-rata nasional,” ujar Ikrori.
Pada 2013, produksi kedelai Banyuwangi mencapai 67.441 ton, tumbuh
sekitar 15 persen dibanding 2012 sebesar 58.648 ton. Dengan jumlah
produksi ini telah memasok 21,7 % produksi kedelai Jawa Timur yakni
sebesar 157.143 ton dari luas tanam 35.000-40.000 ha setiap tahunnya.
(Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar