Terinspirasi progress pariwisata Banyuwangi yang sangat pesat dalam 4
tahun terakhir ini, DPRD Kabupaten Sorong, Papua Barat melakukan
kunjungan kerja (kunker) ke Banyuwangi. Kunker anggota DPRD dari Komisi
III ini diterima Asisten Pembangunan dan Kesra, Setda Kabupaten
Banyuwangi, di Lounge Pelayanan Publik, Senin (2/11).
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sorong, Rokhman MM, mengatakan kemasyuran
sejumlah obyek pariwisata Banyuwangi akhir-akhir ini menginspirasinya
untuk melakukan kunker guna membangun Sorong. “Perkembangan Banyuwangi
saat ini sudah sangat luar biasa, mulai insfrastruktur jalan hingga
bandara dan pariwisata. Kami ingin sekali menimba dan menggali ilmu
mengembangkan wilayah,” kata Rokhman.
Di Sorong sendiri, kata Rokhman sedikitnya ada 18 destinasi wisata
yang masih belum terkelola. Obyek-obyek wisata itu sebagian besar
potensi alam yang tersebar di wilayah Sorong. Kabupaten Sorong memiliki
wilayah yang cukup luas, 18.700 km , dengan jumlah penduduk yang sedikit
sekitar 120 ribu. “Fokus kami adalah untuk belajar bagaimana mengelola
keungulan pariwisata, termasuk trik apa yang digunakan untuk promosikan
pariwisata dan bagaimana caranya agar investor mau berinvestasi,” kata
Rokhman.
Sementara itu, Asisten Pembangunan dan Kesra, Setda Kabupaten
Banyuwangi, Wiyono, mewakili PJ Bupati Banyuwangi menyambut senang
dengan kunjungan anggota dewan terhormat dari Papua. Saat menjawab
tujuan kunker ini Asisten ini menyatakan, dalam menata daerah, kata
Wiyono, Banyuwangi tidak serta merta meniru daerah lain. “Kami tidak
mungkin meniru Bali karena budaya masyarakat Banyuwangi berbeda dengan
Bali meskipun pariwisata daerah tersebut jauh lebih berkembang. Bali
memiliki budaya yang unik dan alam yang indah. Banyuwangi pun memiliki
potensi dengan karakteristik khas daerahnya sendiri. Itu yang dijadikan
semangat membangun disini,” kata Wiyono.
Banyuwangi yang terisolasi oleh hutan dan laut, kata Wiyono, pada
awalnya juga memiliki kesulitan tersendiri. “Akhirnya di bawah
kepimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas, tercetuslah ide untuk membangun
pariwisata eco-tourism. Jadi tantangan kami adalah bagaimana memecahkan
yang tadinya menjadi handicap (penghalang) berubah jadi peluang,” kata Wiyono.
Selain itu Banyuwangi, memiliki beragam kesenian dan budaya, dalam
kesempatan ini pemerintah pun mengemas apik. Dalam satu tahun ini ada
38 event yang kesemuanya mengangkat budaya lokal untuk dijual. Hasilnya,
tentu memberikan multiplier effect bagi rakyat dan menarik masyarakat
luar untuk melihat keunikan Banyuwangi. Hal itu pula dalam menggarap
sejumlah obyek wisata, pemerintah sengaja tidak memberikan ijin
pembangunan hotel-hotel di sekitar obyek wisata, namun memberdayakan
masyarakat dengan rumah tinggalnya untuk dijadikan home stay-home bagi
pengunjung. Dengan begitu dampaknya bisa dirasakan langsung masyarakat.
(Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar