Khazanah budaya Banyuwangi seolah
tak ada habisnya. Setelah sukses menggelar Gandrung Sewu September lalu,
kali kesenian Barong diangkat oleh Pemkab Banyuwangi. Menampilkan
ratusan barong dari berbagai wilayah di Pulau Jawa, Festival Barongan
Nusantara digelar di sepanjang jalan protokol Banyuwangi, Minggu
(11/10).
VIDEO : https://www.youtube.com/watch?v=6AFuOWZPAFQ
Siang itu, ribuan masyarakat Banyuwangi berjubel di sepanjang jalan.
Mereka ingin melihat keragaman khas Barong masing-masing daerah yang
akan tampil. Diawali dengan munculnya representasi singa putih bernama
Barong Rontek Singo Ulung dari Kabupaten Bondowoso.
Kemudian diikuti barong dari Banyuwangi, yakni Barong Kumbo.
Kemunculan Barong Kumbo yang berukuran besar diikuti oleh Kucingan yang
beratraksi layaknya seekor kucing yang bermain-main dengan gerakan
lincah dan menggoda. Di belakangnya ada Barong Bali yang penampilannya
diiringi alat musik pukul yang rancak dan diikuti sejumlah Leak.
Setelah Barong Bali, giliran Barong Osing yang tampil. Barong asli
Banyuwangi ini dinamakan Barong Prejeng. Barong Prejeng muncul bersama
sekawanan burung dan pitik-pitikan. Di bagian akhir, Reog Ponorogo yang
tampil bersama Ganongan, memungkasi pawai Barongan Nusantara lewat
fragmen peperangan ‘Geger Bumi Lodaya’.
Barong sendiri dalam mitologi Banyuwangi digambarkan dalam bentuk
makhluk raksasa berkepala besar dengan mata melotot dan taring keluar.
Diyakini sebagai penolak bala oleh masyarakat Osing, suku asli
Banyuwangi, barong yang tumbuh dan berkembang sejak dulu kala ini juga
dimaknai sebagai simbol kebersamaan. Sehingga hampir di setiap ritual
digelar, selalu melibatkan barong di dalamnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pemkab akan terus
berikhtiar memberikan tempat bagi seniman dan budayawan Banyuwangi untuk
beraktualisasi. Diantaranya lewat gelaran Festival Barongan Nusantara
ini. “Banyuwangi itu punya banyak barong. Lewat festival ini kami ingin
memunculkan history tentang barong yang selalu mengingatkan kita akan
jati diri bangsa. Apalagi kesenian yang telah lama muncul di masyarakat
ini merupakan manifestasi kebaikan dan pelindung masyarakat, yang dulu
juga menjadi sarana dakwah dan perjuangan. Semoga event ini menjadikan
Barong Banyuwangi terus berkembang dan tetap lestari,” kata Bupati Anas.
Barongan Nusantara yang masuk agenda Banyuwangi Festival kali pertama
ini diikuti oleh sekitar 500 penampil. Sebelum barong
tampil, acara diawali dengan Ruwatan Barong Dandang Wiring. Dimana
sebuah barong yang ditutupi kain putih ditandu oleh 4 orang. Barong
tersebut kemudian dimandikan, disandingi peras (uba rampe yang
biasanya digunakan untuk orang yang punya hajat besar), diasapi dan
dibacakan mantra. Di belakangnya terdapat barisan 40 Gandrung beserta 20
lelaki pembawa umbul-umbul yang mengiringi Barong Dandang Wiring yang
diruwat. Prosesi ini dipercaya sebagai ritual kuno yang dilakukan oleh
masyarakat Banyuwangi, agar barong tetap memiliki tuah dan semakin tajam
dalam menghadapi segala gangguan.
Untuk diketahui, pada bulan Agustus lalu, kesenian barong Banyuwangi
mendapatkan kehormatan untuk tampil mengisi Frankfurt Book Fair 2015
diMuseumsurferfest, Frankfurt, Jerman. Barong Banyuwangi tampil selama 3
hari berturut-turut bersama dengan penampilan beberapa musisi kenamaan
tanah air, seperti Djaduk Ferianto dan Kua Etnika, Dwiki Dharmawan, dan
J-Flow. (Humas & Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar