Pemkab Banyuwangi kembali menggelar even budaya Upacara Adat Seblang
Bakungan. Tradisi asli warga suku Using ini disuguhkan dalam rangkaian
Banyuwangi Festival 2015 yang berlangsung di balai desa Kelurahan
Bakungan, Minggu (4/10).
Tradisi Seblang Bakungan merupakan sebuah rangkaian tarian yang
dibawakan oleh wanita tua ydalam kondisi trans atau tidak sadar diri.
Ritual ini merupakan upacara penyucian desa yang dilaksanakan satu
minggu setelah Hari Raya Idul Adha. Seblang adalah singkatan dari
‘Sebele ilang’ atau sialnya hilang. Di Banyuwangi, Seblang dapat ditemui
di dua desa, yaitu Desa Olehsari dan Desa Bakungan.
"Banyuwangi akan terus kita bangun agar maju dan berkembang namun
tradisi dan budaya juga tetap kita junjung sebagai bagian dari spirit
dalam membangun daerah," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang
memberikan sambutan via teleconference karena sedang bertugas di luar
daerah.
Konsistensi Pemkab Banyuwangi dalam mengangkat tradisi lokal ke dalam
Banyuwangi Festival juga sebagai upaya untuk melestarikan seni dan
budaya daerah. "Kita ingin seni dan budaya Banyuwangi terus eksis dan
mendapatkan panggung untuk bisa ditampilkan ke khalayak luas," imbuh
Anas.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata MY Bramuda mengatakan tujuan
tradisi Senlang Bakungan adalah untuk bersyukur kepada Allah dan memohon
agar seluruh warga desa diberi ketenangan, kedamaian, keamanan dan
kemudahan dalam mendapatkan rezeki yang halal serta dijauhkan dari
segala mara bahaya.
Tahun ini Seblang dibawakan oleh Supinah. Supinah merupakan Seblang
Bakungan ke 11 sejak dimulai pertama kali pada tahun 1639. " Seblang ini
dibawakan secara turun temurun oleh keturunan Seblang, satu orang
Seblang bisa menjadi Seblang selama bertahun tahun baru dilanjutkan ke
generasi berikutnya," kata Bramuda.
Sebelum upacara dimulai, terlebih dahulu warga Bakungan berziarah ke
makam leluhur desa, Buyut Witri. Usai ziarah, mereka menyiapkan prosesi
seblang dengan cara menyuguhkan bermacam syarat. Ada ketan sabrang,
ketan wingko, tumpeng, kinangan, bunga 500 biji, tumpeng takir, boneka,
pecut dan kelapa yang menjadi perlambang kejujuran.
Ritual seblang dimulai seusai maghrib. Ritual ini diawali dengan
sholat magrib dan sholat hajat di Masjid desa. Lalu dilanjutkan parade
oncor (obor) yang dibawa berkeliling desa (ider bumi). Uniknya, pada
saat ider bumi dilakukan, listrik di desa tersebut dalam keadaan padam
total. Penerangan hanya berasal dari obor yang dinyalakan di depan
rumah masing-masing warga dan obor yang dibawa berkeliling desa. Setelah
itu warga menggelar selamatan sambil melafadzkan doa. Ketika ada bunyi
kentongan yang dipukul bersamaan, serentak warga makan bersama.
Hidangan yang menjadi menu pun khas Using yakni nasi tumpeng dan pecel
pithik. ""Selamatan itu sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan rahmat
yang diberikan Allah kepada warga Desa Bakungan," cetus Bramuda.
Usai makan bersama, penari masuk pentas yang ditempatkan di depan
balai desa. Setelah dibacakan mantra dan doa, wanita tua itu langsung
tidak sadarkan diri dan menari dalam keadaan kesurupan, selama gending
dinyanyikan. Gending-gending yang dikumandangkan untuk mengiringi penari
seblang itu ada 13 gending, diantaranya Seblang Lukinto, Podo Nonton,
Ugo-ugo dan Kembang Gading.
Memasuki tengah malam, acara dilanjutkan dengan adol kembang (jual
bunga). Di saat yang sama, para penonton berebut berbagai bibit tanaman
yang dipajang di panggung dan mengambil kiling (baling-baling) serta
hasil bumi yang dipasang di sanggar. Masyarakat Bakungan percaya
barang-barang itu dapat digunakan sebagai media penolak bala. (Humas
Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar