Akhir pekan ini, berbagai ajang
untuk mempromosikan pariwisata kembali dihelat di Banyuwangi, Jawa
Timur. Sedikitnya tiga agenda besar, yaitu Banyuwangi International Run,
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), Kebo-keboan, hingga Festival Ngopi
Sepuluh Ewu.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, sejumlah tokoh nasional, dan beberapa
pelaku industri kreatif bakal ikut menyemarakkan beragam ajang di
Banyuwangi itu.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan, pariwisata event
(event tourism) seperti BEC dan Festival Ngopi Sepuluh Ewu menjadi
pengungkit kunjungan wisatawan ke daerah di ujung timur Pulau Jawa itu.
"Apa yang kami sajikan dalam Banyuwangi Festival dengan berbagai event
seperti karnaval etnik, festival kopi, International Run, maupun
tontonan tradisi budaya adalah untuk memperpanjang siklus destinasi agar
wisatawan makin punya beragam pilihan di Banyuwangi," kata Anas.
Banyuwangi International Run yang akan digelar pada Sabtu 17 oktober
pukul 06.00 ini digagas bareng antara Gerakan Berlari Untuk Berbagi
(BUB) dan Pemkab Banyuwangi. Tahun ini akan melombakan dua kategori
lari, yakni 5 KM dan 10 KM dengan memperebutkan total hadiah sebesar Rp
100 juta.
Banyuwangi International Run mengangkat tema Run & Enjoy The
Culture. Tema yang menggambarkan ajakan untuk berlari dan menikmati
kebudayaan sekaligus keindahan dari kota Banyuwangi. "Lomba lari ini
akan diikuti 1.000 peserta. Sejumlah pelari nasional dan international
dari Kenya akan berlomba dan melintasi jalan Banyuwangi serta menyusuri
Pantai Boom yang menjadi kebanggaan warga Banyuwangi," kata Anas.
Masih di hari yang sama, Sabtu siang tepat pukul 12.00 akan digelar
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC). BEC kali ini mengusung tema The
Usingnese Royal Wedding. Using merupakan suku asli Banyuwangi.
Tradisi
Pengantin Using yang akan diparadekan adalah Sembur Kemuning, Mupus
Braen Blambangan, dan Sekar Kedaton Wetan.
Dalam BEC ini kemanten Using akan ditampilkan dalam bentuk desain
fesyen yang berkarakter oleh para desainer muda Banyuwangi. Setiap
desain kostum yang ditampilkan oleh anak-anak muda Banyuwangi ini
merupakan hasil interpretasi mereka setelah mempelajari sejarah Using.
"Inilah yang saya sebut dengan konsolidasi budaya lewat suatu event.
Setiap peserta parade, otomatis dituntut untuk membaca ulang histori
tema yang akan dibawakan sebelum menerjemahkan ke kostumya. Dengan
membaca kembali sejarah, mereka akan mengerti bagaimana tradisi dan
budaya asli daerahnya, yang secara tak langsung akan menumbuhkan
kebanggan pada budayanya," ujar Anas.
Setelah BEC, Minggu 18 Oktober akan digelar tradisi Kebo-keboan di
Desa Aliyan, Rogojampi dan Festival Anak yatim. Kebo-keboan (kerbau)
adalah sebuah ritual masyarakat lokal, di mana sejumlah orang didandani
seperti kerbau dan seluruh tubuhnya dilumuri jelaga hitam. Ritual ini
adalah bentuk tradisi permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat
subur dan panen berlangsung sukses.
Sementara festival anak yatim adalah cara pemkab Banyuwangi untuk
menyenangkan anak yatim. Pada hari itu akan diserahkan sejumlah beasiswa
khusus bagi anak yatim dan mereka yang kurang mampu. Di acara yang
digelar di halaman pendopo kabupaten ini, akan disediakan pula mainan
anak dan makanan gratis bagi para anak yatim dan piatu.
Ditambahkan Plt Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banyuwangi MY
Bramuda, akan ada sebuah event menarik lain. Para wisatawan bisa
mencicipi kopi citarasa Banyuwangi dalam sebuah Festival Ngopi Sepuluh
Ewu dengan 10.000 cangkir. Sepuluh ewu dalam bahasa setempat berarti
10.000.
Festival minum kopi khas Using (masyarakat asli Banyuwangi) ini
digelar 20 Oktober malam hari di desa adat Kemiren yang merupakan salah
satu basis masyarakat Using. Seluruh latar rumah di Desa Kemiren akan
disulap menjadi ruang tamu yang menyuguhkan kopi Using dan jajanan
tradisonal Banyuwangi. Menariknya, warna dari ribuan cangkir yang
disuguhkan adalah seragam. Cara penyajiannya juga seragam karena
diyakini bisa menghasilkan rasa kopi terbaik.
"Semuanya gratis. Ini akan jadi malam yang romantis, karena di depan
tiap rumah akan dipasang obor sebagai penerangan," imbuh Bramuda.
Saat ini, akses wisatawan ke Banyuwangi semakin mudah. Selain jalur
darat dan laut, juga telah ada Garuda Indonesia dan Wings Air yang tiap
hari menerbangi Banyuwangi dari Surabaya dan Denpasar. ”Cukup 45 menit
dari Surabaya dan 20 menit dari Denpasar,” kata dia. (Humas &
Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar