Ada pemandangan menarik di depan kantor Pemkab
Banyuwangi, Kamis (27/1). Sedikitnya ada 45 lansia menutup Kirab Lomba
Drum Band 2016. Para Lansia ini menggunakan konsum merah menyala dengan
asesoris unik. Mereka pun sempat perform dengan mengangkat drum nya di atas kepala layaknya atlet drum band muda.
“Lucu banget, gak nyangka kalau di akhir acara ada regu lansianya juga. Surprise banget deh liatnya tadi, jadi bikin ketawa terus,” ujar Antonius usai menyaksikan kirab.
Sekretaris Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI), Hanif Irianto,
mengatakan unit drum band lansia ini merupakan tim drum band asal Desa
Temuguruh, Kecamatan Sempu. Unit ini dipunggawai 45 lansia yang sejak
muda aktif berkecimpung dalam dunia drum band.
Sore itu, suasana di depan kantor Pemkab Banyuwangi terdengar riuh
dengan tepuk tangan dan gelak tawa masyarakat yang sedang menyaksikan
kirap drum band. Bagaimana tidak, setelah sebelumnya mereka menyaksikan
pelajar usia belasan tahun yang piawai memainkan alat musik drum band,
kini di hadapan mereka juga tampil para lansia yang juga unjuk kebolehan
memainkan alat musik drum band.
Hanif menambahkan kirab lomba drumb band ini merupakan agenda tahunan
dalam rangka memperingati Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba), sekaligus
memperebutkan piala bergilir bupati Banyuwangi. “Ini merupakan
pelaksanaannya yang ke-14”, kata Hanif.
Kirab kali ini, lanjut Hanif, diikuti pelajar tingkat TK, SD, SMP,
hingga SMA. Ada 10 unit peserta tingkat TK, 28 unit SD, 3 unit SMP, dan 3
unit peserta SMA yang masing-masing beranggotakan 45 atlet. Total
pesertanya ada 44 unit dan 1 peserta kehormatan, yakni unit lansia.
Khusus untuk peserta SD, lomba drum band ini dibagi tiga klasemen,
yakni non brass (non terompet), brass (terompet), dan elektrik (alat
musik elektronik). Sedangkan untuk peserta yang lain hanya ada satu
klasemen yakni brass. “Pemenang pada masing-masing tingkat dan klasemen
akan kita kirim untuk bertanding di tingkat provinsi, beradu kebolehan
dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Timur,” tutur nya.
Kirab ini mengambil start Jalan A. Yani - Jalan Dr. Soetomo dan finish
di depan Hotel Blambangan. Di titik start, para peserta tampil
membawakan mars PDBI sebagai lagu wajibnya. Selanjutnya, di sepanjang
jalan hingga tempat finish, mereka memainkan lagu daerah nasional dan lagu-lagu Using. (Humas Protokol)
28 Januari 2016
Pemenang Lomba Foto di Instagram Diajak Liburan Gratis Ke Banyuwangi
Setelah berhasil memenangi lomba foto #IniBanyuwangi yang digelar melalui media sosial Instagram
pada 2015 lalu, Ahmad Muharam Zainul Ihsan (25 tahun) dan Lia Dwi
Sanjaya (24 tahun) akan diajak berlibur gratis selama dua hari penuh di
Banyuwangi, Jumat-Sabtu (29-30/1/2016). Selama dua hari, mereka akan
menjelajahi sejumlah destinasi wisata dan kuliner khas Banyuwangi. Di
antaranya, Pantai Pulau Merah, Bangsring Underwater, Pulau Tabuhan, Air
Terjun Kembar, Green House Pendopo, dan sejumlah taman kota.
”Untuk kulinernya, mereka akan diajak menikmati rujak soto, nasi tempong, dan ikan bakar. Tak lupa, kopi khas Banyuwangi juga akan mereka nikmati,” kata Kepala Bagian Humas Pemkab Banyuwangi Djuang Pribadi.
Djuang menambahkan, dua pemenang itu akan menginap di Hotel Blambangan, sebuah hotel dengan arsitektur unik milik Pemkab Banyuwangi yang kini dikelola oleh 25 anak muda lulusan SMK jurusan perhotelan di Banyuwangi. Dulu, hotel tersebut kumuh tak terawat. Setelah direvitalisasi, kini menjadi salah satu hotel dengan okupansi tertinggi di Banyuwangi.
Lomba foto ini, kata Djuang, digelar setiap bulan, pada 2015 dimulai bulan Mei. Ada tema yang berbeda-beda tiap bulannya, mulai dari pesona wisata alam hingga budaya Banyuwangi. Setiap bulan dipilih dua pemenang untuk mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing Rp 1 juta. Dari semua pemenang, dipilih dua pemenang yang berhak mendapatkan hadiah berlibur gratis ke daerah berjuluk The Sunrise of Java ini.
”Lomba ini merupakan bagian dari strategi promosi pariwisata daerah. Segmen pengguna media sosial menjadi salah satu yang diincar karena memang jumlahnya sangat besar. Dengan penetrasi internet yang kian tinggi, pemasaran seperti ini menjadi lebih tepat dibanding cara-cara konvensional,” kata Djuang.
Media sosial Instagram dipilih karena selain tepat untuk sarana membagikan pengalaman dengan foto, juga karena jumlah penggunannya terus meningkat. Berdasarkan data terbaru, 89 persen pengguna Instagram adalah anak muda berusia 18-34 tahun. Sekitar 69 persen Instagrammers alias pengguna Instagram bergelar sarjana dan memiliki pendapatan 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pengguna smartphonedi Indonesia secara umum. ”Profil seperti itu sesuai dengan segmen pasar yang dibidik oleh pariwisata Banyuwangi,: kata Djuang.
Djuang menambahkan, pengalaman berlibur gratis ke Banyuwangi bakal membuat pemenang lomba terkesan dan bisa membagikan pengalamannya tersebut ke koleganya secara langsung maupun melalui media sosial. Pada hari pertama, Jumat (29/1), para pemenang akan berkunjung Pantai Pulau Merah untuk menikmati terbenamnya matahari sambil menikmati kuliner dan kelapa muda segar di bibir pantai.
Pada hari kedua, Sabtu (30/1) mereka akan diajak ber-snorkling di Pantai Bangsring dan bersantai di Rumah Apung (rumah yang terbuat dari kayu, dan terapung di tengah laut) sambil menikmati tempat penyelamatan hiu. Di sana mereka juga bisa menikmati wahana permainan air seperti banana boat dan bola air.
Puas ber-snorkling, mereka diajak menyeberang ke Pulau Tabuhan. Sebuah pulau yang berada di utara Bansring Underwater. Pulau ini sangat cantik dan masih natural. Memiliki pasir putih yang bening dan bisa melihat terumbu karang jelas. Pulau ini menjadi salah satu spot favorit untuk bermain selancar layang dan selancar angin.
Dari Pulau Tabuhan, para pemenang diajak mengunjungi destinasi Air Terjun Kembar. Menariknya, selama perjalanan menuju lokasi air terjun, mereka akan disuguhi pemandangan yang menarik dikanan kirinya. Lokasi air terjun ini memang berada di kaki Gunung Ijen. Tentunya, akan melewati jalan-jalan yang penuh kesan. Mulai Desa Wisata Using, perkebunan Kalibendo yang penuh dengan tanaman cengkeh, kopi yang aromanya sangat khas hingga sampai di lokasi.
Masih di hari yang sama, perjalanan dari Air Terjun Kembar dilanjutkan menuju Pendopo Shaba Swagata Blambanganyang berkonsep green building. Pendopo kabupaten Banyuwangi ini memiliki bangunan gaya dan arsitektur yang istimewa. Sejumlah tokoh ternama dari menteri sampai Duta Besar Amerika Serikat pernah mengunjungi tempat ini.(Humas Protokol)
”Untuk kulinernya, mereka akan diajak menikmati rujak soto, nasi tempong, dan ikan bakar. Tak lupa, kopi khas Banyuwangi juga akan mereka nikmati,” kata Kepala Bagian Humas Pemkab Banyuwangi Djuang Pribadi.
Djuang menambahkan, dua pemenang itu akan menginap di Hotel Blambangan, sebuah hotel dengan arsitektur unik milik Pemkab Banyuwangi yang kini dikelola oleh 25 anak muda lulusan SMK jurusan perhotelan di Banyuwangi. Dulu, hotel tersebut kumuh tak terawat. Setelah direvitalisasi, kini menjadi salah satu hotel dengan okupansi tertinggi di Banyuwangi.
Lomba foto ini, kata Djuang, digelar setiap bulan, pada 2015 dimulai bulan Mei. Ada tema yang berbeda-beda tiap bulannya, mulai dari pesona wisata alam hingga budaya Banyuwangi. Setiap bulan dipilih dua pemenang untuk mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing Rp 1 juta. Dari semua pemenang, dipilih dua pemenang yang berhak mendapatkan hadiah berlibur gratis ke daerah berjuluk The Sunrise of Java ini.
”Lomba ini merupakan bagian dari strategi promosi pariwisata daerah. Segmen pengguna media sosial menjadi salah satu yang diincar karena memang jumlahnya sangat besar. Dengan penetrasi internet yang kian tinggi, pemasaran seperti ini menjadi lebih tepat dibanding cara-cara konvensional,” kata Djuang.
Media sosial Instagram dipilih karena selain tepat untuk sarana membagikan pengalaman dengan foto, juga karena jumlah penggunannya terus meningkat. Berdasarkan data terbaru, 89 persen pengguna Instagram adalah anak muda berusia 18-34 tahun. Sekitar 69 persen Instagrammers alias pengguna Instagram bergelar sarjana dan memiliki pendapatan 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pengguna smartphonedi Indonesia secara umum. ”Profil seperti itu sesuai dengan segmen pasar yang dibidik oleh pariwisata Banyuwangi,: kata Djuang.
Djuang menambahkan, pengalaman berlibur gratis ke Banyuwangi bakal membuat pemenang lomba terkesan dan bisa membagikan pengalamannya tersebut ke koleganya secara langsung maupun melalui media sosial. Pada hari pertama, Jumat (29/1), para pemenang akan berkunjung Pantai Pulau Merah untuk menikmati terbenamnya matahari sambil menikmati kuliner dan kelapa muda segar di bibir pantai.
Pada hari kedua, Sabtu (30/1) mereka akan diajak ber-snorkling di Pantai Bangsring dan bersantai di Rumah Apung (rumah yang terbuat dari kayu, dan terapung di tengah laut) sambil menikmati tempat penyelamatan hiu. Di sana mereka juga bisa menikmati wahana permainan air seperti banana boat dan bola air.
Puas ber-snorkling, mereka diajak menyeberang ke Pulau Tabuhan. Sebuah pulau yang berada di utara Bansring Underwater. Pulau ini sangat cantik dan masih natural. Memiliki pasir putih yang bening dan bisa melihat terumbu karang jelas. Pulau ini menjadi salah satu spot favorit untuk bermain selancar layang dan selancar angin.
Dari Pulau Tabuhan, para pemenang diajak mengunjungi destinasi Air Terjun Kembar. Menariknya, selama perjalanan menuju lokasi air terjun, mereka akan disuguhi pemandangan yang menarik dikanan kirinya. Lokasi air terjun ini memang berada di kaki Gunung Ijen. Tentunya, akan melewati jalan-jalan yang penuh kesan. Mulai Desa Wisata Using, perkebunan Kalibendo yang penuh dengan tanaman cengkeh, kopi yang aromanya sangat khas hingga sampai di lokasi.
Masih di hari yang sama, perjalanan dari Air Terjun Kembar dilanjutkan menuju Pendopo Shaba Swagata Blambanganyang berkonsep green building. Pendopo kabupaten Banyuwangi ini memiliki bangunan gaya dan arsitektur yang istimewa. Sejumlah tokoh ternama dari menteri sampai Duta Besar Amerika Serikat pernah mengunjungi tempat ini.(Humas Protokol)
DPRD Gelar Paripurna Umumkan Bupati terpilih 2016-2021 dan Akhir Masa Jabatan Bupati 2010-2015
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyuwangi menggelar Rapat
Paripurna Istimewa, Rabu (27/1). Agenda yang diusung adalah pengumuman
hasil penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati terpilih
Banyuwangi masa jabatan 2016-2021 dan pengumuman akhir masa jabatan
bupati dan wakil bupati Banyuwangi periode 2010-2015.
Rapat paripurna istimewa tersebut dipimpin wakil ketua DPRD Banyuwangi dari fraksi PKB, Joni Subagyo, di dampingi ketua DPRD Banyuwangi, I Made Cahyana N, serta wakil ketua DPRD Ismoko dan Sri Utami Faktuningsih. Tampak hadir pula PJ Bupati, Zarkasi, jajaran Forum Pimpinan Daerah dan pejabat teras di lingkungan Pemkab Banyuwangi.
I Made cahyana mengatakan paripurna istimewa ini untuk menindaklanjuti Surat Edaran (SE) Mendagri Nomor: 100/140/SJ tanggal 19 Januari 2016 tentang pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota.
Salah satu poin dalam SE Mendagri itu menyebutkan, lanjut Made, bahwa DPRD Kabupaten/Kota mengumumkan dalam rapat paripurna istimewa hasil penetapan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati serta Calon Walikota dan wakil Walikota terpilh oleh KPU Kabupaten/Kota sebelum disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
“Jadi paripurna istimewa ini mutlak dilaksanakan, karena berita acara nya akan menjadi salah satu syarat kelengkapan berkas pelantikan Cabup-Cawabup terpilih. Setelah menggelar paripurna ini, kita akan segera mengirimkan berkasnya kepada Mendagri melalui Gubernur Jawa Timur,” kata Made, saat ditemui usai rapat paripurna istimewa di Kantor DPRD Banyuwangi.
Dalam paripurna istimewa itu, telah ditetapkan pasangan Dahsyat (H. Abdullah Azwar Anas , M.Si – Yusuf Widiyatmoko, S.Sos) sebagai calon bupati dan wakil bupati Banyuwangi periode 2016-2021. Penetapan ini sesuai SK KPU Banyuwangi Nomor: 414/Kpts/KPU.KAB 014.329662/XII/2015 tertanggal 22 Desember 2015.
Rapat paripurna ditutup dengan penandatanganan berita acara pengumuman penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati terpilih Banyuwangi masa jabatan 2016-2021 dan pengumuman akhir masa jabatan bupati dan wakil bupati Banyuwangi periode 2010-2015 oleh Ketua DPRD Banyuwangi, I Made Cahyana N dengan disaksikan PJ Bupati, Zarkasi. (Humas Protokol).
Rapat paripurna istimewa tersebut dipimpin wakil ketua DPRD Banyuwangi dari fraksi PKB, Joni Subagyo, di dampingi ketua DPRD Banyuwangi, I Made Cahyana N, serta wakil ketua DPRD Ismoko dan Sri Utami Faktuningsih. Tampak hadir pula PJ Bupati, Zarkasi, jajaran Forum Pimpinan Daerah dan pejabat teras di lingkungan Pemkab Banyuwangi.
I Made cahyana mengatakan paripurna istimewa ini untuk menindaklanjuti Surat Edaran (SE) Mendagri Nomor: 100/140/SJ tanggal 19 Januari 2016 tentang pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota.
Salah satu poin dalam SE Mendagri itu menyebutkan, lanjut Made, bahwa DPRD Kabupaten/Kota mengumumkan dalam rapat paripurna istimewa hasil penetapan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati serta Calon Walikota dan wakil Walikota terpilh oleh KPU Kabupaten/Kota sebelum disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
“Jadi paripurna istimewa ini mutlak dilaksanakan, karena berita acara nya akan menjadi salah satu syarat kelengkapan berkas pelantikan Cabup-Cawabup terpilih. Setelah menggelar paripurna ini, kita akan segera mengirimkan berkasnya kepada Mendagri melalui Gubernur Jawa Timur,” kata Made, saat ditemui usai rapat paripurna istimewa di Kantor DPRD Banyuwangi.
Dalam paripurna istimewa itu, telah ditetapkan pasangan Dahsyat (H. Abdullah Azwar Anas , M.Si – Yusuf Widiyatmoko, S.Sos) sebagai calon bupati dan wakil bupati Banyuwangi periode 2016-2021. Penetapan ini sesuai SK KPU Banyuwangi Nomor: 414/Kpts/KPU.KAB 014.329662/XII/2015 tertanggal 22 Desember 2015.
Rapat paripurna ditutup dengan penandatanganan berita acara pengumuman penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati terpilih Banyuwangi masa jabatan 2016-2021 dan pengumuman akhir masa jabatan bupati dan wakil bupati Banyuwangi periode 2010-2015 oleh Ketua DPRD Banyuwangi, I Made Cahyana N dengan disaksikan PJ Bupati, Zarkasi. (Humas Protokol).
Dubes RI untuk Swedia Jajaki Produk Ekspor Banyuwangi
Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Swedia dan
Republik Latvia, Bagas Hapsoro, melakukan kunjungan kerja ke Banyuwangi,
Rabu (27/1). Kedatangan Dubes RI ini untuk menjajaki potensi ekspor
produk Banyuwangi ke Swedia.
Dikatakan Bagas, sejak tahun 2011 Indonesia dengan Swedia telah memiliki hubungan yang erat dalam bidang ekspor impor. Sejumlah produk asal Indonesia yang telah diekspor ke Swedia antara lain, kopi, teh, minyak kelapa, CPO (minyak kelapa sawit,red), karet, alas kaki, pakaian, elektronik dan alat permainan.
Perdagangan Indonesia dengan Swedia, kata dia, tercatat nilai ekspor Indonesia ke Swedia mencapai sekitar USD 177 Juta.
"Dari keseluruhan produk ekspor Indonesia ini, kayu lapis Banyuwangi menjadi salah satu penyumbang ekspor ke Swedia. Pada 2015 lalu, Banyuwangi telah melakukan ekspor kayu lapis ke Swedia dengan volume 78.833 M3 senilai USD 129.329 ribu," ujar Dubes Bagas.
Import RI dari Swedia berupa hitech yang berwawasan lingkungan seperti, teknologi panas bumi dan hydro power. Swedia pun, imbuhnya, menjadi salah satu investor terbesar ke Indonesia dengan nilai investasi Rp. 23,8 Miliar.
Selain kayu lapis, Dubes Bagas juga melihat kopi Banyuwangi memiliki pangsa pasar yang bagus untuk dikembangkan di Swedia. “Ini sangat potensial sekali. Tentunya kopi ini harus di-package yang menarik dan bagus supaya bisa menembus pasar internasional,” ujar Dubes Bagas.
Berdasarkan penilaian Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, kopi Banyuwangi dikenal bermutu tinggi, bahkan kualitasnya dinilai di peringkat ke 4 setelah Jamaica, Hawai, dan Toraja. Produksi kopi Banyuwangi mencapai 7,8 ribu ton dengan luas panen 8,19 ribu hektar.
Selain produk eskpor, Dubes Bagas juga berkeinginan terus meningkatkan hubungan ‘spesial’ antara Banyuwangi dan Swedia. Salah satunya mendatangkan turis asing ke Banyuwangi. Dari total wisatawan Swedia yang ke Indonesia, yakni 27.600 wisatawan selama ini banyak berkunjung ke Yogyakarta, Bali dan Sumatra.
“Selama 2 hari kami di sini, saya lihat potensi wisata yang dimiliki Banyuwangi juga bisa menjadi daya tarik wisatawan Swedia. Alamnya yang sejuk serta kotanya yang bersih, menjadi poin alasan kedatangan turis Swedia ke mari. Akan kita intensifkan promosi pariwisata Banyuwangi di Swedia,” pungkas Dubes Bagas.
Dalam lawatannya, Dubes Bagas juga mengunjungi salah satu industri galangan kapal termoderen dan tercanggih yang ada di Banyuwangi, yaitu PT Lundin Industry Invest. Perusahaan ini mempunyai ahli desain kapal dari berbagai negara, seperti Inggris dan Australia. Sementara ownernya, John Lundin adalah warga negara Swedia yang kini menetap di Banyuwangi.
Perusahaan ini dianggap memiliki teknologi canggih yang tidak banyak dimiliki oleh industri serupa di negara-negara lain dimana bahan kapal diproduksi menggunakan serat fiber yang kuat dan tahan korosi, seperti di Eropa. Saat ini Lundin tengah menggarap 10 unit kapal cepat berteknologi tinggi, berkecepatan 75 knot yang dipesan oleh Swedia. (Humas Protokol)
Dikatakan Bagas, sejak tahun 2011 Indonesia dengan Swedia telah memiliki hubungan yang erat dalam bidang ekspor impor. Sejumlah produk asal Indonesia yang telah diekspor ke Swedia antara lain, kopi, teh, minyak kelapa, CPO (minyak kelapa sawit,red), karet, alas kaki, pakaian, elektronik dan alat permainan.
Perdagangan Indonesia dengan Swedia, kata dia, tercatat nilai ekspor Indonesia ke Swedia mencapai sekitar USD 177 Juta.
"Dari keseluruhan produk ekspor Indonesia ini, kayu lapis Banyuwangi menjadi salah satu penyumbang ekspor ke Swedia. Pada 2015 lalu, Banyuwangi telah melakukan ekspor kayu lapis ke Swedia dengan volume 78.833 M3 senilai USD 129.329 ribu," ujar Dubes Bagas.
Import RI dari Swedia berupa hitech yang berwawasan lingkungan seperti, teknologi panas bumi dan hydro power. Swedia pun, imbuhnya, menjadi salah satu investor terbesar ke Indonesia dengan nilai investasi Rp. 23,8 Miliar.
Selain kayu lapis, Dubes Bagas juga melihat kopi Banyuwangi memiliki pangsa pasar yang bagus untuk dikembangkan di Swedia. “Ini sangat potensial sekali. Tentunya kopi ini harus di-package yang menarik dan bagus supaya bisa menembus pasar internasional,” ujar Dubes Bagas.
Berdasarkan penilaian Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, kopi Banyuwangi dikenal bermutu tinggi, bahkan kualitasnya dinilai di peringkat ke 4 setelah Jamaica, Hawai, dan Toraja. Produksi kopi Banyuwangi mencapai 7,8 ribu ton dengan luas panen 8,19 ribu hektar.
Selain produk eskpor, Dubes Bagas juga berkeinginan terus meningkatkan hubungan ‘spesial’ antara Banyuwangi dan Swedia. Salah satunya mendatangkan turis asing ke Banyuwangi. Dari total wisatawan Swedia yang ke Indonesia, yakni 27.600 wisatawan selama ini banyak berkunjung ke Yogyakarta, Bali dan Sumatra.
“Selama 2 hari kami di sini, saya lihat potensi wisata yang dimiliki Banyuwangi juga bisa menjadi daya tarik wisatawan Swedia. Alamnya yang sejuk serta kotanya yang bersih, menjadi poin alasan kedatangan turis Swedia ke mari. Akan kita intensifkan promosi pariwisata Banyuwangi di Swedia,” pungkas Dubes Bagas.
Dalam lawatannya, Dubes Bagas juga mengunjungi salah satu industri galangan kapal termoderen dan tercanggih yang ada di Banyuwangi, yaitu PT Lundin Industry Invest. Perusahaan ini mempunyai ahli desain kapal dari berbagai negara, seperti Inggris dan Australia. Sementara ownernya, John Lundin adalah warga negara Swedia yang kini menetap di Banyuwangi.
Perusahaan ini dianggap memiliki teknologi canggih yang tidak banyak dimiliki oleh industri serupa di negara-negara lain dimana bahan kapal diproduksi menggunakan serat fiber yang kuat dan tahan korosi, seperti di Eropa. Saat ini Lundin tengah menggarap 10 unit kapal cepat berteknologi tinggi, berkecepatan 75 knot yang dipesan oleh Swedia. (Humas Protokol)
26 Januari 2016
Eks Gafatar Asal Banyuwangi,Pemkab Jemput Pulangkan 18 Warganya
Sebanyak 18 warga eks pengikut Gerakan Fajar
Nusantara (Gafatar) asal Banyuwangi siang ini, Selasa (26/1) dipulangkan
ke daerah asalnya. Mereka dijemput langsung di asrama transito milik
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Pemrov Jatim, Surabaya
oleh Gabungan tim Pemkab Banyuwangi.
“Setelah mendapat informasi dari Pemprov tentang kepastian pemulangan eks Gafatar, kami segera berkoordinasi untuk penjemputan mereka. Kami tiba di Surabaya subuh tadi (Selasa pagi-red) dan langsung menyelesaikan segala administrasi. Siang ini juga kami langsung membawa mereka pulang ke Banyuwangi,” terang Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Saiful Alam S saat dihubungi via telepon.
Dituturkan Alam, sekitar pukul 10.15 WIB mereka dijemput langsung dari lokasi penampungannya oleh tim gabungan yang terdiri dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kesehatan, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Kodim dan Polres Banyuwangi. Mereka dibawa pulang ke Banyuwangi menggunakan mobil jenis station wagon.
Para eks gafatar ini yang berjumlah 18 orang ini terdiri dari 3 KK. Rinciannya 6 orang dewasa dan sisanya anak-anak. Mereka ini berasal dari Kecamatan Muncar dan Kecamataan Pesanggaran.
Dikatakan lebih lanjut oleh Alam, eks gafatar ini tiba di Surabaya dalam dua gelombang. Gelombang pertama Minggu (24/1) satu KK dan Senin (25/1) dua KK. Selama di Surabaya mereka ditempatkan di asrama transito Disnaker Pemprov. Mereka dipulangkan langsung dari Pontianak dengan menggunakan pesawat Lion Air.
Selama perjalanan menuju Banyuwangi, lanjut Alam, mereka dikawal patwal khusus dari pihak Polres Banyuwangi. "Dijadwalkan akan tiba di Banyuwangi sekitar pukul 17.00 WIB dan langsung akan ditempatkan di Rumah Aman Loka Bina Karya (LBK) Banyuwangi," ujar Alam.
Rumah aman adalah tempat yang akan digunakan menampung mereka sementara sebelum dikembalikan ke keluarganya. Di rumah aman ini mereka juga akan mendapatkan pendampingan dari Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Banyuwangi untuk memulihkan kondisi psikisnya.
“Selama di rumah ini mereka akan dibina dan diberi pemahaman bahwa ideologi yang mereka anut selama ini menyimpang. Setelah mereka merasa benar-benar siap untuk pulang ke keluarga kami akan antar dan dampingi mereka pulang ke keluarganya. Tentunya kami pun juga menjalin komunikasi dengan keluarganya terkait kedatangan keluarganya yang pernah gabung dengan gafatar agar mereka bersedia menerima kembali keluarganya,” ujar Alam. (Humas Protokol)
“Setelah mendapat informasi dari Pemprov tentang kepastian pemulangan eks Gafatar, kami segera berkoordinasi untuk penjemputan mereka. Kami tiba di Surabaya subuh tadi (Selasa pagi-red) dan langsung menyelesaikan segala administrasi. Siang ini juga kami langsung membawa mereka pulang ke Banyuwangi,” terang Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Saiful Alam S saat dihubungi via telepon.
Dituturkan Alam, sekitar pukul 10.15 WIB mereka dijemput langsung dari lokasi penampungannya oleh tim gabungan yang terdiri dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kesehatan, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Kodim dan Polres Banyuwangi. Mereka dibawa pulang ke Banyuwangi menggunakan mobil jenis station wagon.
Para eks gafatar ini yang berjumlah 18 orang ini terdiri dari 3 KK. Rinciannya 6 orang dewasa dan sisanya anak-anak. Mereka ini berasal dari Kecamatan Muncar dan Kecamataan Pesanggaran.
Dikatakan lebih lanjut oleh Alam, eks gafatar ini tiba di Surabaya dalam dua gelombang. Gelombang pertama Minggu (24/1) satu KK dan Senin (25/1) dua KK. Selama di Surabaya mereka ditempatkan di asrama transito Disnaker Pemprov. Mereka dipulangkan langsung dari Pontianak dengan menggunakan pesawat Lion Air.
Selama perjalanan menuju Banyuwangi, lanjut Alam, mereka dikawal patwal khusus dari pihak Polres Banyuwangi. "Dijadwalkan akan tiba di Banyuwangi sekitar pukul 17.00 WIB dan langsung akan ditempatkan di Rumah Aman Loka Bina Karya (LBK) Banyuwangi," ujar Alam.
Rumah aman adalah tempat yang akan digunakan menampung mereka sementara sebelum dikembalikan ke keluarganya. Di rumah aman ini mereka juga akan mendapatkan pendampingan dari Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Banyuwangi untuk memulihkan kondisi psikisnya.
“Selama di rumah ini mereka akan dibina dan diberi pemahaman bahwa ideologi yang mereka anut selama ini menyimpang. Setelah mereka merasa benar-benar siap untuk pulang ke keluarga kami akan antar dan dampingi mereka pulang ke keluarganya. Tentunya kami pun juga menjalin komunikasi dengan keluarganya terkait kedatangan keluarganya yang pernah gabung dengan gafatar agar mereka bersedia menerima kembali keluarganya,” ujar Alam. (Humas Protokol)
24 Januari 2016
Kostum BEC Jadi Pusat Perhatian Pengunjung Booth Indonesia dalam FITUR
Kebahagiaan mewakili Indonesia di Madrid, Spanyol
tak hanya dirasakan oleh tim Banyuwangi yang mempresentasikan pariwisata
Banyuwangi dalam ajang United Nations World Tourism Organization
(UNWTO) Awards ke 12. Anak-anak muda Banyuwangi yang dipercaya untuk
menampilkan kostum Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) dalam pameran
internasional (Madrid International Trade Fair / FITUR pun juga tak
kalah gembira. Keterlibatan mereka dalam event tersebut begitu
mengundang antusiasme pengunjung yang datang ke booth Indonesia.
“Antusiasme pengunjung sangat tinggi. Disini kami jadi pusat perhatian. Tadinya tidak ada yang menyangka kalau di balik kostum itu adalah manusia. Mereka mengira kostum itu dikenakan oleh patung,” beber Budi Ramadhan (21) sambil tersenyum. Budi merupakan salah satu lare Banyuwangi yang dalam pameran tersebut mengenakan kostum BEC dengan tema ‘Mupus Braen Blambangan’.
Pengunjung pun, imbuh Budi, sampai berjubel dan rela antre untuk berfoto bareng mereka. Tak hanya melayani foto bareng, mereka juga mendapat lontaran banyak pertanyaan terkait filosofi pakaian yang mereka kenakan. Budi yang tampil bersama dua rekannya Olivia Gunawan dan Niluh Ratih dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan didampingi petugas dari Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Spanyol.
Budi bersama dua rekannya bahkan juga mendapat apresiasi langsung dari Duta Besar Indonesia untuk Spanyol, Yuli Mumpuni Widarso. “Ibu Dubes bilang, berkat BEC, booth Banyuwangi langsung ramai dan tidak sepi peminat. BEC langsung jadi icon,” terang Budi.
Budi dan Olivia yang membawakan kostum BEC bertema Mupus Braen Blambangan, dan Niluh Ratih dengan tema Sembur Kemuning sudah mulai tampil sejak Selasa (19/1). Setiap harinya mereka akan terus ditampilkan hingga Minggu (24/1) mendatang. (Humas & Protokol)
“Antusiasme pengunjung sangat tinggi. Disini kami jadi pusat perhatian. Tadinya tidak ada yang menyangka kalau di balik kostum itu adalah manusia. Mereka mengira kostum itu dikenakan oleh patung,” beber Budi Ramadhan (21) sambil tersenyum. Budi merupakan salah satu lare Banyuwangi yang dalam pameran tersebut mengenakan kostum BEC dengan tema ‘Mupus Braen Blambangan’.
Pengunjung pun, imbuh Budi, sampai berjubel dan rela antre untuk berfoto bareng mereka. Tak hanya melayani foto bareng, mereka juga mendapat lontaran banyak pertanyaan terkait filosofi pakaian yang mereka kenakan. Budi yang tampil bersama dua rekannya Olivia Gunawan dan Niluh Ratih dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan didampingi petugas dari Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Spanyol.
Budi bersama dua rekannya bahkan juga mendapat apresiasi langsung dari Duta Besar Indonesia untuk Spanyol, Yuli Mumpuni Widarso. “Ibu Dubes bilang, berkat BEC, booth Banyuwangi langsung ramai dan tidak sepi peminat. BEC langsung jadi icon,” terang Budi.
Budi dan Olivia yang membawakan kostum BEC bertema Mupus Braen Blambangan, dan Niluh Ratih dengan tema Sembur Kemuning sudah mulai tampil sejak Selasa (19/1). Setiap harinya mereka akan terus ditampilkan hingga Minggu (24/1) mendatang. (Humas & Protokol)
Indonesia Borong UNWTO Awards 2016
Indonesia memborong UNWTO Awards 2016 dalam ajang the 12th United
Nations World Tourism Organization (UNWTO) di Madrid, Spanyol, Rabu
malam (20/1). Indonesia adalah satu-satunya negara dengan tiga nominasi
sekaligus yang siap bersaing dengan 109 proyek lainnya yang digagas oleh
negara Kolombia, Kenya, Puerto Rico, Lithuania, Spanyol, Swiss,
Kamboja, Nepal, Afrika Selatan, Kroasia dan Korea Selatan.
UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism ke-12 ini memiliki 4 nominasi, yaitu UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance, UNWTO Award for Innovation in Enterprises, UNWTO Award for Innovation in Non-Governmental Organizations dan UNWTO Award for Innovation in Research and Technology. Indonesia berhasil masuk dalam 3 kategori sekaligus.
Hasilnya tidak tanggung-tanggung. Ketiganya memborong posisi juara dalam ajang tersebut. Banyuwangi dinobatkan sebagai juara pertama the UNWTO Award dalam kategori Innovation in Public Policy and Governance. Garuda Indonesia dan Coca- Cola Amatil ‘Bali Beach Clean-Up’ di posisi first runner up UNWTO Award dalam kategori Innovation in Enterprises. Sedangkan Yayasan Karang Lestari - Coral Reef Reborn Pemuteran, Bali juga menjadi first runner up UNWTO Award dalam kategori Innovation in Non-Governmental Organizations.
Banyuwangi ditasbihkan menjadi juara dunia dalam ajang UNWTO Awards tersebut. Keberhasilan tersebut tak hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Banyuwangi saja, tapi juga seluruh bangsa Indonesia. Sebab Banyuwangi memang dikirim ke negeri matador tersebut untuk mewakili Indonesia.
Kabupaten berjuluk the Sunrise of Java ini dalam ajang tersebut mempresentasikan empat strategi kunci pariwisata yang diterapkan Banyuwangi. Kategori program inovatif Pemkab Banyuwangi tersebut berhasil mengalahkan beberapa wakil dari negara Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan, para juri ternyata tertarik dengan pelibatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk mempromosikan pariwisata, dan program program pemerintah melalui Banyuwangi Festival, menjadi daya tarik tersendiri, sekaligus menjadikan Banyuwangi sebagai pemenangnya.
"Alhamdulillah kita bisa menjadi juara di UNWTO Award, dan program - program kita ternyata menarik perhatian para juri," ungkap Muhammad Yanuar Bramuda.
Selain tertarik dengan keterlibatan PNS, para juri juga kagum dengan promosi wisata yang dilakukan oleh masyarakat yang aktif mengunakan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan media sosial lainnya dalam membantu mempromosikan daerahnya.
"Penilaian lain adalah keterlibatan masyarakat yang ikut mempromosikan Banyuwangi melalui media sosial yang memdapatan apresiassi yang luar biasa," kata Bramuda.
Dengan kemenangan tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi optimis, bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Banyuwangi dan Indonesia, karena dalam ajang tersebut juga diikuti beberapa travel agent internasional, yang secara tidak langsung melihat potensi wisata di Banyuwangi yang diperlihatkan dalam slide presentasi yang dilakukan dalam ajang internasional tersebut.
Di kategori berikutnya, Garuda Indonesia berhasil menjadi Juara II untuk kategori Innovation in Enterprises dengan programnya ‘Bali Beach Clean Up’. Program ini mempunyai semangat untuk mengembalikan keindahan Bali yang kini mulai dipenuhi sampah akibat banyaknya wisatawan yang datang dan tidak menjaga kebersihan. Garuda Indonesia menyumbangkan dua mesin pembersih pantai, yakni Barber Surf Rake untuk menyapu berbagai jenis sampah dari atas pasir dengan instan. Kedua unit mesin itu digunakan untuk membersihkan garis pantai sejauh 9,6 km dari pantai Kuta, Seminyak, Jimbaran, Legian, dan Kedonganan.
Program ‘Bali Beach Clean Up’ ini berhadapan dengan Projeto Fartura - Plentifulnes Project milik Brasil, AnykšÄiai Regional Park Direction - Treetop Walking Path milik Lithuania, Meliá Hotels International - First Professional Project milik Spanyol, dan Switzerland Explorer Tours - World's 1st 100% electric tourbus milik Swiss.
Hasilnya, Tim juri pun menetapkan Juara I diraih oleh Lithuania, Juara II Indonesia (Garuda) dan Juara III Switzerland.
Sementara kategori selanjutnya yang berhasil didapatkan Indonesia dalam UNWTO Award adalah Innovation in Non-Governmental Organizations. Yayasan Karang Lestari melalui program Coral Reef Reborn dinilai sebagai salah satu inovasi terbaik. Program tersebut memiliki tujuan untuk mengembalikan ekosistem laut yang sempat rusak dan kemudian melindunginya dari kerusakan.
Coral Reef Reborn dari Yayasan Karang Lestari berhadapan dengan program Friends-International - The ChildSafe Movement dari Kamboja, Samrakshak Samuha Nepal (SASANE) Sisterhood of Survivors (SOS) Program dari Nepal, dan Children in the Wilderness yang merupakan program milik Afrika Selatan.
Juri pun kemudian menentukan peringkat pertama diduduki oleh Nepal, posisi kedua Indonesia (Bali), dan posisi ketiga Kamboja.
UNWTO Awards diselenggarakan untuk mengapresiasi inovasi di bidang pariwisata dan berusaha menyoroti efeknya terhadap pemerintahan serta masyarakat. UNWTO sendiri adalah organisasi pariwisata dunia yang merupakan bagian dari PBB. Sebagai organisasi internasional terkemuka di bidang pariwisata, UNWTO bertugas mempromosikan pariwisata sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan yang inklusif dan kelestarian lingkungan. Di samping itu, UNWTO juga menawarkan dukungan dalam memajukan pengetahuan tentang kebijakan pariwisata di seluruh dunia.
Sejauh ini, UNWTO Awards telah diakui oleh 70 akademisi, visioner dan lembaga lain karena telah menjadi inspirasi untuk pengembangan pariwisata yang kompetitif serta berkelanjutan sesuai dengan nilai kode etik pariwisata global dari UNWTO. (Humas & Protokol)
UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism ke-12 ini memiliki 4 nominasi, yaitu UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance, UNWTO Award for Innovation in Enterprises, UNWTO Award for Innovation in Non-Governmental Organizations dan UNWTO Award for Innovation in Research and Technology. Indonesia berhasil masuk dalam 3 kategori sekaligus.
Hasilnya tidak tanggung-tanggung. Ketiganya memborong posisi juara dalam ajang tersebut. Banyuwangi dinobatkan sebagai juara pertama the UNWTO Award dalam kategori Innovation in Public Policy and Governance. Garuda Indonesia dan Coca- Cola Amatil ‘Bali Beach Clean-Up’ di posisi first runner up UNWTO Award dalam kategori Innovation in Enterprises. Sedangkan Yayasan Karang Lestari - Coral Reef Reborn Pemuteran, Bali juga menjadi first runner up UNWTO Award dalam kategori Innovation in Non-Governmental Organizations.
Banyuwangi ditasbihkan menjadi juara dunia dalam ajang UNWTO Awards tersebut. Keberhasilan tersebut tak hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Banyuwangi saja, tapi juga seluruh bangsa Indonesia. Sebab Banyuwangi memang dikirim ke negeri matador tersebut untuk mewakili Indonesia.
Kabupaten berjuluk the Sunrise of Java ini dalam ajang tersebut mempresentasikan empat strategi kunci pariwisata yang diterapkan Banyuwangi. Kategori program inovatif Pemkab Banyuwangi tersebut berhasil mengalahkan beberapa wakil dari negara Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan, para juri ternyata tertarik dengan pelibatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk mempromosikan pariwisata, dan program program pemerintah melalui Banyuwangi Festival, menjadi daya tarik tersendiri, sekaligus menjadikan Banyuwangi sebagai pemenangnya.
"Alhamdulillah kita bisa menjadi juara di UNWTO Award, dan program - program kita ternyata menarik perhatian para juri," ungkap Muhammad Yanuar Bramuda.
Selain tertarik dengan keterlibatan PNS, para juri juga kagum dengan promosi wisata yang dilakukan oleh masyarakat yang aktif mengunakan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan media sosial lainnya dalam membantu mempromosikan daerahnya.
"Penilaian lain adalah keterlibatan masyarakat yang ikut mempromosikan Banyuwangi melalui media sosial yang memdapatan apresiassi yang luar biasa," kata Bramuda.
Dengan kemenangan tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi optimis, bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Banyuwangi dan Indonesia, karena dalam ajang tersebut juga diikuti beberapa travel agent internasional, yang secara tidak langsung melihat potensi wisata di Banyuwangi yang diperlihatkan dalam slide presentasi yang dilakukan dalam ajang internasional tersebut.
Di kategori berikutnya, Garuda Indonesia berhasil menjadi Juara II untuk kategori Innovation in Enterprises dengan programnya ‘Bali Beach Clean Up’. Program ini mempunyai semangat untuk mengembalikan keindahan Bali yang kini mulai dipenuhi sampah akibat banyaknya wisatawan yang datang dan tidak menjaga kebersihan. Garuda Indonesia menyumbangkan dua mesin pembersih pantai, yakni Barber Surf Rake untuk menyapu berbagai jenis sampah dari atas pasir dengan instan. Kedua unit mesin itu digunakan untuk membersihkan garis pantai sejauh 9,6 km dari pantai Kuta, Seminyak, Jimbaran, Legian, dan Kedonganan.
Program ‘Bali Beach Clean Up’ ini berhadapan dengan Projeto Fartura - Plentifulnes Project milik Brasil, AnykšÄiai Regional Park Direction - Treetop Walking Path milik Lithuania, Meliá Hotels International - First Professional Project milik Spanyol, dan Switzerland Explorer Tours - World's 1st 100% electric tourbus milik Swiss.
Hasilnya, Tim juri pun menetapkan Juara I diraih oleh Lithuania, Juara II Indonesia (Garuda) dan Juara III Switzerland.
Sementara kategori selanjutnya yang berhasil didapatkan Indonesia dalam UNWTO Award adalah Innovation in Non-Governmental Organizations. Yayasan Karang Lestari melalui program Coral Reef Reborn dinilai sebagai salah satu inovasi terbaik. Program tersebut memiliki tujuan untuk mengembalikan ekosistem laut yang sempat rusak dan kemudian melindunginya dari kerusakan.
Coral Reef Reborn dari Yayasan Karang Lestari berhadapan dengan program Friends-International - The ChildSafe Movement dari Kamboja, Samrakshak Samuha Nepal (SASANE) Sisterhood of Survivors (SOS) Program dari Nepal, dan Children in the Wilderness yang merupakan program milik Afrika Selatan.
Juri pun kemudian menentukan peringkat pertama diduduki oleh Nepal, posisi kedua Indonesia (Bali), dan posisi ketiga Kamboja.
UNWTO Awards diselenggarakan untuk mengapresiasi inovasi di bidang pariwisata dan berusaha menyoroti efeknya terhadap pemerintahan serta masyarakat. UNWTO sendiri adalah organisasi pariwisata dunia yang merupakan bagian dari PBB. Sebagai organisasi internasional terkemuka di bidang pariwisata, UNWTO bertugas mempromosikan pariwisata sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan yang inklusif dan kelestarian lingkungan. Di samping itu, UNWTO juga menawarkan dukungan dalam memajukan pengetahuan tentang kebijakan pariwisata di seluruh dunia.
Sejauh ini, UNWTO Awards telah diakui oleh 70 akademisi, visioner dan lembaga lain karena telah menjadi inspirasi untuk pengembangan pariwisata yang kompetitif serta berkelanjutan sesuai dengan nilai kode etik pariwisata global dari UNWTO. (Humas & Protokol)
Banyuwangi Raih Penghargaan Pariwisata dari Badan PBB
Badan Pariwisata Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations World
Tourism Organization/UNWTO) memberikan penghargaan kepada Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur, dalam 12th UNWTO Awards Forum di Madrid,
Spanyol, Rabu malam (20/1/2016) waktu setempat.
Banyuwangi menyabet UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori ”Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola” dengan mengalahkan nominator lainnya dari Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico.
Selain Banyuwangi, juara lainnya datang dari Lithuania untuk kategori ”Inovasi Dunia Usaha”, Nepal untuk ”Inovasi Organisasi Non-Pemerintah”, dan Brazil untuk kategori ”Inovasi Riset dan Teknologi Pariwisata”. Para juara itu menyisihkan 109 program lainnya dari negara-negara anggota UNWTO di seluruh dunia.
”Penghargaan ini sangat berarti, bukan hanya bagi Banyuwangi, tapi juga bagi Indonesia. Apalagi setelah adanya aksi terorisme belum lama ini. Kita bersama-sama menjaga pariwisata Indonesia di mata dunia,” kata Sekretaris Daerah Banyuwangi Slamet Kariyono saat dihubungi.
Slamet menjelaskan, dalam lima tahun terakhir, sektor pariwisata di Banyuwangi memang terus menggeliat. Kunjungan wisatawan nusantara melonjak 161 persen dari 651.500 orang (2010) menjadi 1.701.230 orang (2015). Adapun wisatawan mancanegara meningkat 210% dari kisaran 13.200 (2010) menjadi 41.000 (2015). Data wisatawan ini diverifikasi dari hotel dan pengelola destinasi wisata.
Geliat bisnis dan pariwisata juga ditunjukkan lewat lonjakan jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang mencapai 1.308 persen dari hanya 7.826 penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015). Pariwisata juga ikut menggerakkan ekonomi warga. Pendapatan per kapita Banyuwangi menurut Badan Pusat Statistik (BPS) melonjak 62 persen dari Rp20,8 juta (2010) menjadi Rp33,6 juta per kapita per tahun (2014).
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwsisata MY Bramuda menambahkan, Banyuwangi mendapat penghargaan UNWTO karena pemerintah daerah dinilai berhasil menggerakkan pariwisata. Pemkab Banyuwangi menjalankan empat strategi kunci pariwisata. Pertama, menjadikan daerah sebagai ”produk” yang mesti dipasarkan potensi wisatanya. ”Birokrasi tidak hanya menjadi pelayan publik dalam keseharian, tapi juga bersama-sama stakeholder yang lain ikut mempromosikan wisata,” kata Bramuda.
Kedua, memilih strategi pemasaran yang tepat. Banyuwangi menawarkan adventure dan experience yang berbeda dengan daerah lain. Adventure untuk wisata alam. Adapun experience untuk wisata budaya dan wisata event lewat Banyuwangi Festival. Ada tiga segmentasi wisatawan yang dibidik, yaitu kaum perempuan, anak muda, dan pengguna internet (netizen). Tiga segmen konsumen itu punya pasar yang sangat besar. Jumlah perempuan di Indonesia ada 120 juta jiwa. Jumlah anak muda (16-30 tahun) hingga 62 juta jiwa. Pengguna internet 82 juta. Ketiga segmen pasar tersebut saling beririsan. Namun, ketiganya tetap memerlukan pendekatan pemasaran yang spesifik.
”Karena itu, dalam Banyuwangi Festival setiap tahun ada acara yang sesuai segmentasi wisatawan. Ada festival musik jazz, batik, olahraga, dan sebagainya, yang mendekati masing-masing segmen secara spesifik,” kata Bramuda.
Ketiga, inovasi berkelanjutan, seperti membuat ikon dan destinasi baru, di antaranya pembangunan bandara berkonsep hijau yang tahun ini tuntas, pengembangan Grand Watudodol dan rumah apung di kawasan Bangsring, sinergi dengan BUMN membangun dermaga kapal pesiar di Pantai Boom, dan sebagainya. Inovasi juga dilakukan dengan pemasaran menggunakan aplikasi di smartphone.
Keempat, pengelolaan pariwisata event (event tourism) lewat Banyuwangi Festival yang memperkenalkan potensi lokal kepada publik luar sekaligus menarik kunjungan wisatawan. ”Banyuwangi Festival digelar sejak 2012. Ini ajang festival berbasis wisata alam, budaya, dan olahraga yang berlangsung setahun penuh. Dalam setahun ada sekitar 35 event wisata,” kata Bramuda. (Humas Protokol)
Banyuwangi menyabet UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori ”Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola” dengan mengalahkan nominator lainnya dari Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico.
Selain Banyuwangi, juara lainnya datang dari Lithuania untuk kategori ”Inovasi Dunia Usaha”, Nepal untuk ”Inovasi Organisasi Non-Pemerintah”, dan Brazil untuk kategori ”Inovasi Riset dan Teknologi Pariwisata”. Para juara itu menyisihkan 109 program lainnya dari negara-negara anggota UNWTO di seluruh dunia.
”Penghargaan ini sangat berarti, bukan hanya bagi Banyuwangi, tapi juga bagi Indonesia. Apalagi setelah adanya aksi terorisme belum lama ini. Kita bersama-sama menjaga pariwisata Indonesia di mata dunia,” kata Sekretaris Daerah Banyuwangi Slamet Kariyono saat dihubungi.
Slamet menjelaskan, dalam lima tahun terakhir, sektor pariwisata di Banyuwangi memang terus menggeliat. Kunjungan wisatawan nusantara melonjak 161 persen dari 651.500 orang (2010) menjadi 1.701.230 orang (2015). Adapun wisatawan mancanegara meningkat 210% dari kisaran 13.200 (2010) menjadi 41.000 (2015). Data wisatawan ini diverifikasi dari hotel dan pengelola destinasi wisata.
Geliat bisnis dan pariwisata juga ditunjukkan lewat lonjakan jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang mencapai 1.308 persen dari hanya 7.826 penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015). Pariwisata juga ikut menggerakkan ekonomi warga. Pendapatan per kapita Banyuwangi menurut Badan Pusat Statistik (BPS) melonjak 62 persen dari Rp20,8 juta (2010) menjadi Rp33,6 juta per kapita per tahun (2014).
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwsisata MY Bramuda menambahkan, Banyuwangi mendapat penghargaan UNWTO karena pemerintah daerah dinilai berhasil menggerakkan pariwisata. Pemkab Banyuwangi menjalankan empat strategi kunci pariwisata. Pertama, menjadikan daerah sebagai ”produk” yang mesti dipasarkan potensi wisatanya. ”Birokrasi tidak hanya menjadi pelayan publik dalam keseharian, tapi juga bersama-sama stakeholder yang lain ikut mempromosikan wisata,” kata Bramuda.
Kedua, memilih strategi pemasaran yang tepat. Banyuwangi menawarkan adventure dan experience yang berbeda dengan daerah lain. Adventure untuk wisata alam. Adapun experience untuk wisata budaya dan wisata event lewat Banyuwangi Festival. Ada tiga segmentasi wisatawan yang dibidik, yaitu kaum perempuan, anak muda, dan pengguna internet (netizen). Tiga segmen konsumen itu punya pasar yang sangat besar. Jumlah perempuan di Indonesia ada 120 juta jiwa. Jumlah anak muda (16-30 tahun) hingga 62 juta jiwa. Pengguna internet 82 juta. Ketiga segmen pasar tersebut saling beririsan. Namun, ketiganya tetap memerlukan pendekatan pemasaran yang spesifik.
”Karena itu, dalam Banyuwangi Festival setiap tahun ada acara yang sesuai segmentasi wisatawan. Ada festival musik jazz, batik, olahraga, dan sebagainya, yang mendekati masing-masing segmen secara spesifik,” kata Bramuda.
Ketiga, inovasi berkelanjutan, seperti membuat ikon dan destinasi baru, di antaranya pembangunan bandara berkonsep hijau yang tahun ini tuntas, pengembangan Grand Watudodol dan rumah apung di kawasan Bangsring, sinergi dengan BUMN membangun dermaga kapal pesiar di Pantai Boom, dan sebagainya. Inovasi juga dilakukan dengan pemasaran menggunakan aplikasi di smartphone.
Keempat, pengelolaan pariwisata event (event tourism) lewat Banyuwangi Festival yang memperkenalkan potensi lokal kepada publik luar sekaligus menarik kunjungan wisatawan. ”Banyuwangi Festival digelar sejak 2012. Ini ajang festival berbasis wisata alam, budaya, dan olahraga yang berlangsung setahun penuh. Dalam setahun ada sekitar 35 event wisata,” kata Bramuda. (Humas Protokol)
20 Januari 2016
3.900 Penduduk Miskin Berhasil Dientas
Data kemiskinan tahun 2013 dan 2014 tersebut disampaikan secara resmi perwakilan BPS kepada Penjabat (Pj) Bupati Zarkasi di lounge pelayanan
publik kantor Pemkab Banyuwangi kemarin (14/1). Bukan hanya dari sisi
persentase penduduk miskin, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di
kabupaten berjuluk The Sunrise of Java, ini juga mengalami
penurunan.<span 1.6em;"="">
Kepala Seksi (Kasi) Statistik Sosial BPS Banyuwangi, Benny Kushariadi, mengatakan jumlah penduduk miskin di Banyuwangi pada tahun 2013 mencapai 151.600 orang atau 9,57 persen di antara total penduduk Bumi Blambangan. Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami penurunan menjadi sebanyak 147.700 jiwa atau 9,29 persen pada tahun 2014.
Dikatakan, cutting point garis kemiskinan di Banyuwangi pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 276.648 per kapita per bulan. Indikator garis kemiskinan pada tahun 2014 sebesar Rp 285.004 per kapita per bulan. “Ini adalah garis. Mereka yang pendapatan per kapitanya di bawah garis kemiskinan tersebut, berarti dikatakan miskin. Sedangkan yang di atas angka itu berarti sudah bukan kategori miskin,” ujarnya.
Menurut Benny, selain dari segi jumlah penduduk miskin, indeks kedalaman kemiskinan di Banyuwangi juga mengalami penurunan signifikan. Kedalaman kemiskinan yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan di tahun 2013 sebesar 1,54 turun menjadi 1,38 di tahun 2014
Pun demikian dengan indeks keparahan kemiskinan. Benny menuturkan, indeks keparahan kemiskinan di Banyuwangi semakin baik, yakni dari sebesar 0,37 pada 2013 menjadi 0,33 pada 2014. Indeks keparahan kemiskinan tersebiut memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tingi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Benny menambahkan, salah satu indikator penurunan angka kemiskinan itu bisa dilihat dari konsumsi masyarakat yang semakin baik. “Pendapatan masyarakat yang meningkat juga menjadi salah satu faktor penurunan angka kemiskinan tersebut,” kata dia. (Humas Protokol)
Kepala Seksi (Kasi) Statistik Sosial BPS Banyuwangi, Benny Kushariadi, mengatakan jumlah penduduk miskin di Banyuwangi pada tahun 2013 mencapai 151.600 orang atau 9,57 persen di antara total penduduk Bumi Blambangan. Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami penurunan menjadi sebanyak 147.700 jiwa atau 9,29 persen pada tahun 2014.
Dikatakan, cutting point garis kemiskinan di Banyuwangi pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 276.648 per kapita per bulan. Indikator garis kemiskinan pada tahun 2014 sebesar Rp 285.004 per kapita per bulan. “Ini adalah garis. Mereka yang pendapatan per kapitanya di bawah garis kemiskinan tersebut, berarti dikatakan miskin. Sedangkan yang di atas angka itu berarti sudah bukan kategori miskin,” ujarnya.
Menurut Benny, selain dari segi jumlah penduduk miskin, indeks kedalaman kemiskinan di Banyuwangi juga mengalami penurunan signifikan. Kedalaman kemiskinan yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan di tahun 2013 sebesar 1,54 turun menjadi 1,38 di tahun 2014
Pun demikian dengan indeks keparahan kemiskinan. Benny menuturkan, indeks keparahan kemiskinan di Banyuwangi semakin baik, yakni dari sebesar 0,37 pada 2013 menjadi 0,33 pada 2014. Indeks keparahan kemiskinan tersebiut memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tingi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Benny menambahkan, salah satu indikator penurunan angka kemiskinan itu bisa dilihat dari konsumsi masyarakat yang semakin baik. “Pendapatan masyarakat yang meningkat juga menjadi salah satu faktor penurunan angka kemiskinan tersebut,” kata dia. (Humas Protokol)
Festival Endhog-endhogan, Ribuan Telur Ayam Diarak dan Disantap Bersama Masyarakat
Endhog-endhogan
adalah tradisi mengarak telur yang ditancapkan pada jodang pohon pisang
dan ancak. Tradisi ini dilakukan hampir di setiap kampung dan desa di
seluruh Banyuwangi untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, kata Wiyono, acara ini juga untuk menumbuhkan kembali semangat kebersamaan membangun Banyuwangi. “Dengan tema “Menebar Sholawat, Mengunduh Cinta Nabi Muhammad, Banyuwangi Penuh Rahmat “ ini diharapkan Banyuwangi akan penuh dengan rahmat sesuai tema yang kita usung kali ini,” ujarnya.
Selain itu, kata Wiyono, acara ini juga untuk menumbuhkan kembali semangat kebersamaan membangun Banyuwangi. “Dengan tema “Menebar Sholawat, Mengunduh Cinta Nabi Muhammad, Banyuwangi Penuh Rahmat “ ini diharapkan Banyuwangi akan penuh dengan rahmat sesuai tema yang kita usung kali ini,” ujarnya.
Sembari
berpawai, mereka menggemakan bacaan sholawat Nabi. Sehingga yang terasa
bukanlah sekedar pawai arak-arakan, melainkan pawai yang menghidupkan
gema sholawat nabi. Sambil diiringi tarian Islam, salah satunya Rodat
Siiran.
Sementara itu, Kepala Bagian Humas & Protokol Juang Pribadi mengatakan tradisi endhog-endhogan ini biasa digelar di Banyuwangi sejak puluhan tahun yang lalu setiap Maulid Nabi Muhammad SAW tiba. Mengapa endhog? Ini terkait dengan filosofi telur sendiri, di mana dalam telur memiliki tiga lapisan. Yakni, kulit (cangkang, Red), putih dan kuning yang ketiganya simbolisasi dari nilai-nilai Islam. Kulit bermakna Iman, Putih telur adalah Islam, dan Kuning diartikan Ihsan. (Humas & Protokol)
Sementara itu, Kepala Bagian Humas & Protokol Juang Pribadi mengatakan tradisi endhog-endhogan ini biasa digelar di Banyuwangi sejak puluhan tahun yang lalu setiap Maulid Nabi Muhammad SAW tiba. Mengapa endhog? Ini terkait dengan filosofi telur sendiri, di mana dalam telur memiliki tiga lapisan. Yakni, kulit (cangkang, Red), putih dan kuning yang ketiganya simbolisasi dari nilai-nilai Islam. Kulit bermakna Iman, Putih telur adalah Islam, dan Kuning diartikan Ihsan. (Humas & Protokol)
Persiapkan Temenggungan Go International, Festival Kampong Temenggungan Digelar
Banyuwangi kaya akan adat istiadat, seni budaya dan destinasi
pariwisata. Banyuwangi bahkan punya beberapa desa dengan potensinya yang
komplet, tiga diantaranya Desa Kemiren di Kecamatan Glagah, Desa
Gintangan, Rogojampi dan Pulau Merah, Pesanggaran. Kini muncul lagi
sebuah kampung wisata baru dengan konsep yang tak kalah lengkap. Kampong
Wisata Temenggungan (KAWITAN), yakni sebuah kampung di tengah Kota
Banyuwangi yang punya berbagai potensi. Mulai dari potensi wisata
sejarah dan heritage (cagar budaya), potensi wisata spiritual, seni
budaya, hingga kuliner.
Kini Kampung Temenggungan mulai diperkenalkan secara luas. Warga Kampung Temenggungan disupport aparat desa, CSR perbankan dan para pemerhati serta pelaku seni menggelar Festival Kampong Temenggungan. Digelar selama dua hari berturut-turut, Sabtu -Minggu (16 - 17/1), Festival Kampong Temenggungan ini diisi dengan berbagai kesenian menarik. Antara lain musik tradisional, musik kontemporer, world music, performance art, pentas sastra, diskusi budaya, pasar kuliner, dan pameran foto, lukisan serta batik.
Pengisi acaranya pun tak main-main. Sejumlah seniman asing turut ambil bagian. Seperti Gilles Saissi (Prancis), Sarka Bartuskova (Republik Ceko), Matilda Minibrook (fire dancer dari Australia), Lucas (Lithuania), Marios Manelou (Cyprus), Isis Wolf-Light (Inggris) dan Tengsou Tjahjono (Korea). Sementara seniman lokal Indonesia juga tak mau kalah. Ada Tebo Aumbara (Denpasar), Putut Prabu -Tabubu Etnik (Yogyakarta), Miyoshi Masato (Ubud), Rindhing Unen-unen (Tuban), Redy Eko Prastyo ( Malang), dan beberapa seniman lainnya asal Bandung, NTT, Kalimantan Timur, Solo dan Situbondo. Di samping kesenian asli Banyuwangi yang juga ditampilkan seperti musik patrol, kuntulan dan pencak silat.
Uniknya, para pengisi acara ini datang ke Temenggungan atas biaya pribadi, dan mereka tidak dibayar. Mereka yang rela tampil dengan sukarela tersebut tergabung dalam Jaringan Festival Kampung Nusantara, sebuah jaringan yang berbasis seniman-seniman kampung yang mempunyai motivasi bagaimana kampung-kampung di pelosok nusantara punya pertahanan budaya, mau mengembangkan seni dan budaya asli kampungnya, dan bisa saling support antar kampung.
"Ini adalah sarana berlatih bagi warga kampung untuk mempersiapkan diri menerima, memfasilitasi dan melayani tamu-tamu, sekaligus sarana berlatih untuk mempersiapkan event sederhana namun berdampak luas," kata Lurah Temenggungan, Suko Priyanto.
Dijelaskan oleh Suko Priyanto, kampung Temenggungan ini dulunya merupakan kampung pertama yang dibangun saat dipindahkannya pusat pemerintahan Kadipaten Blambangan dari Ulupampang, Muncar ke daerah hutan Tirtaganda, yang saat ini menjadi wilayah kota Banyuwangi, pada era Bupati Mas Alit tahun 1774. Pendopo kabupaten Banyuwangi dulunya merupakan keraton Kadipaten Blambangan. Dan kampung Temenggungan merupakan area pendukung sebagai tempat bermukim bagi para pejabat pemerintahan maupun pengurus rumah tangga pendopo kabupaten.
Potensi wisata spiritual di Temenggungan berupa sumur Sri Tanjung yang dipercaya menjadi cikal bakal munculnya nama Banyuwangi. Potensi seni budaya yang ada seperti pusat kerajinan batik bermotif Gajah Oling juga menjadi ciri khas, di samping kesenian tradisional seperti gamelan, barong Osing, kuntulan, musik patrol dan lain-lain. Sedangkan potensi kulinernya berupa rujak soto, pecel rawon, nasi cawuk, jajanan pasar, dan lain-lain.
Kampung wisata atau desa wisata adalah sebuah kawasan kampung yang memiliki karakteristik khusus yang menarik untuk menjadi tujuan wisata. Pariwisata berbasis pengelolaan oleh masyarakat desa akan membuat masyarakat menjadi pelaku aktif pariwisata dan tak hanya menjadi penonton saat pariwisata di suatu daerah berkembang. Biasanya ketika sebuah daerah mulai berkembang menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, maka banyak pelaku bisnis yang berminat untuk berinvestasi di daerah tersebut.
Dengan diterapkannya pariwisata berbasis pengelolaan oleh masyarakat kampung, keuntungan yang didapat bisa dinikmati langsung oleh masyarakat lokal. Contohnya, akan ada banyak homestay yang dikelola masyarakat. Akan banyak wisatawan yang menginap di kampung tersebut. Akan banyak wisatawan yang membelanjakan uangnya untuk membeli kebutuhan seperti makanan, peralatan mandi, sewa mobil atau sepeda motor, laundry maupun souvenir. Jika itu semua bisa disediakan oleh warga kampung, maka perekonomian akan berputar dengan pesat di kampung itu sendiri dan hasilnya bisa dinikmati langsung oleh warga. (Humas & Protokol)
Kini Kampung Temenggungan mulai diperkenalkan secara luas. Warga Kampung Temenggungan disupport aparat desa, CSR perbankan dan para pemerhati serta pelaku seni menggelar Festival Kampong Temenggungan. Digelar selama dua hari berturut-turut, Sabtu -Minggu (16 - 17/1), Festival Kampong Temenggungan ini diisi dengan berbagai kesenian menarik. Antara lain musik tradisional, musik kontemporer, world music, performance art, pentas sastra, diskusi budaya, pasar kuliner, dan pameran foto, lukisan serta batik.
Pengisi acaranya pun tak main-main. Sejumlah seniman asing turut ambil bagian. Seperti Gilles Saissi (Prancis), Sarka Bartuskova (Republik Ceko), Matilda Minibrook (fire dancer dari Australia), Lucas (Lithuania), Marios Manelou (Cyprus), Isis Wolf-Light (Inggris) dan Tengsou Tjahjono (Korea). Sementara seniman lokal Indonesia juga tak mau kalah. Ada Tebo Aumbara (Denpasar), Putut Prabu -Tabubu Etnik (Yogyakarta), Miyoshi Masato (Ubud), Rindhing Unen-unen (Tuban), Redy Eko Prastyo ( Malang), dan beberapa seniman lainnya asal Bandung, NTT, Kalimantan Timur, Solo dan Situbondo. Di samping kesenian asli Banyuwangi yang juga ditampilkan seperti musik patrol, kuntulan dan pencak silat.
Uniknya, para pengisi acara ini datang ke Temenggungan atas biaya pribadi, dan mereka tidak dibayar. Mereka yang rela tampil dengan sukarela tersebut tergabung dalam Jaringan Festival Kampung Nusantara, sebuah jaringan yang berbasis seniman-seniman kampung yang mempunyai motivasi bagaimana kampung-kampung di pelosok nusantara punya pertahanan budaya, mau mengembangkan seni dan budaya asli kampungnya, dan bisa saling support antar kampung.
"Ini adalah sarana berlatih bagi warga kampung untuk mempersiapkan diri menerima, memfasilitasi dan melayani tamu-tamu, sekaligus sarana berlatih untuk mempersiapkan event sederhana namun berdampak luas," kata Lurah Temenggungan, Suko Priyanto.
Dijelaskan oleh Suko Priyanto, kampung Temenggungan ini dulunya merupakan kampung pertama yang dibangun saat dipindahkannya pusat pemerintahan Kadipaten Blambangan dari Ulupampang, Muncar ke daerah hutan Tirtaganda, yang saat ini menjadi wilayah kota Banyuwangi, pada era Bupati Mas Alit tahun 1774. Pendopo kabupaten Banyuwangi dulunya merupakan keraton Kadipaten Blambangan. Dan kampung Temenggungan merupakan area pendukung sebagai tempat bermukim bagi para pejabat pemerintahan maupun pengurus rumah tangga pendopo kabupaten.
Potensi wisata spiritual di Temenggungan berupa sumur Sri Tanjung yang dipercaya menjadi cikal bakal munculnya nama Banyuwangi. Potensi seni budaya yang ada seperti pusat kerajinan batik bermotif Gajah Oling juga menjadi ciri khas, di samping kesenian tradisional seperti gamelan, barong Osing, kuntulan, musik patrol dan lain-lain. Sedangkan potensi kulinernya berupa rujak soto, pecel rawon, nasi cawuk, jajanan pasar, dan lain-lain.
Kampung wisata atau desa wisata adalah sebuah kawasan kampung yang memiliki karakteristik khusus yang menarik untuk menjadi tujuan wisata. Pariwisata berbasis pengelolaan oleh masyarakat desa akan membuat masyarakat menjadi pelaku aktif pariwisata dan tak hanya menjadi penonton saat pariwisata di suatu daerah berkembang. Biasanya ketika sebuah daerah mulai berkembang menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, maka banyak pelaku bisnis yang berminat untuk berinvestasi di daerah tersebut.
Dengan diterapkannya pariwisata berbasis pengelolaan oleh masyarakat kampung, keuntungan yang didapat bisa dinikmati langsung oleh masyarakat lokal. Contohnya, akan ada banyak homestay yang dikelola masyarakat. Akan banyak wisatawan yang menginap di kampung tersebut. Akan banyak wisatawan yang membelanjakan uangnya untuk membeli kebutuhan seperti makanan, peralatan mandi, sewa mobil atau sepeda motor, laundry maupun souvenir. Jika itu semua bisa disediakan oleh warga kampung, maka perekonomian akan berputar dengan pesat di kampung itu sendiri dan hasilnya bisa dinikmati langsung oleh warga. (Humas & Protokol)
Tim Kesenian Banyuwangi Tampil di HUT ke- 6 IKAWANGI Dewata
Tim kesenian Banyuwangi diundang untuk tampil di HUT ke-6 Ikatan
Keluarga Banyuwangi (IKAWANGI) Dewata. Acara yang dirangkai dengan
Festival Endog-Endogan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW itu
diselenggarakan di Lapangan Pegok, Bali, Minggu (17/1), mulai pukul
08.00 - 17.30 WITA.
Banyuwangi mengirimkan para pelaku seni andalan dari sanggar Pak Sucipto, Desa Kemiren dengan total personil yang terlibat sebanyak 45 orang. Sejumlah kesenian akan ditampilkan, diantaranya Barong Lanceng Kemiren, Kebo-Keboan Alas Malang, dan tari Dewi Sri Alas Malang.
Mereka akan tampil memeriahkan event tersebut bersama beberapa kesenian lain yang disiapkan IKAWANGI Dewata, seperti Belganjur, angklung caruk, kucing-kucingan rudat, kuntulan, gandrung, jaranan dan kendang kempul.
Dijelaskan oleh Kepala Bidang Pemasaran, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Alfin Kurniawan, kesenian Banyuwangi memang sering diundang untuk tampil di berbagai acara. Karenanya, agar kesenian Banyuwangi tetap hidup di seluruh penjuru Bumi Blambangan ini, tak hanya sanggar seni yang itu-itu saja yang tampil, melainkan dibuat bergiliran.
"Supaya kesenian Banyuwangi tetap lestari, secara bergiliran kami menugaskan sanggar-sanggar binaan kami untuk bisa tampil di berbagai tempat, baik di dalam dan luar kota Banyuwangi maupun ke luar negeri. Selain nguri-uri budaya asli kita, anak cucu kita sebagai generasi berikutnya pun akan mengenali budaya leluhurnya " kata Alfin. (HUMAS & PROTOKOL)
Banyuwangi mengirimkan para pelaku seni andalan dari sanggar Pak Sucipto, Desa Kemiren dengan total personil yang terlibat sebanyak 45 orang. Sejumlah kesenian akan ditampilkan, diantaranya Barong Lanceng Kemiren, Kebo-Keboan Alas Malang, dan tari Dewi Sri Alas Malang.
Mereka akan tampil memeriahkan event tersebut bersama beberapa kesenian lain yang disiapkan IKAWANGI Dewata, seperti Belganjur, angklung caruk, kucing-kucingan rudat, kuntulan, gandrung, jaranan dan kendang kempul.
Dijelaskan oleh Kepala Bidang Pemasaran, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Alfin Kurniawan, kesenian Banyuwangi memang sering diundang untuk tampil di berbagai acara. Karenanya, agar kesenian Banyuwangi tetap hidup di seluruh penjuru Bumi Blambangan ini, tak hanya sanggar seni yang itu-itu saja yang tampil, melainkan dibuat bergiliran.
"Supaya kesenian Banyuwangi tetap lestari, secara bergiliran kami menugaskan sanggar-sanggar binaan kami untuk bisa tampil di berbagai tempat, baik di dalam dan luar kota Banyuwangi maupun ke luar negeri. Selain nguri-uri budaya asli kita, anak cucu kita sebagai generasi berikutnya pun akan mengenali budaya leluhurnya " kata Alfin. (HUMAS & PROTOKOL)
Banyuwangi Meriahkan Madrid International Trade Fair (FITUR) 2016 di Spanyol
Banyuwangi kembali dipercaya unjuk kebolehan dalam event bertaraf
internasional. Setelah beberapa waktu lalu tim kesenian Banyuwangi
tampil di Milan, Italia dan Frankfurt, Jerman, kali ini kostum
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) ditampilkan dalam pameran internasional
(Madrid International Trade Fair / FITUR) yang dilangsungkan di Madrid,
Spanyol.
Tiga orang anak muda Banyuwangi terpilih untuk tampil dengan kostum BEC di negeri matador tersebut. Mereka adalah Niluh Ratih (16), Olivia Gunawan (17), dan Budi Ramadhan (21) yang akan berada di Spanyol mulai 18 - 26 Januari 2016.
Tidak main-main, keikutsertaan Banyuwangi dalam ajang tersebut atas rekomendasi Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Karena itulah, seleksi ketat dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi bekerjasama dengan Paguyuban BEC untuk memilih talent yang benar-benar tepat dan bisa membawa nama Banyuwangi dan Indonesia di kancah internasional. Hingga akhirnya terpilih tiga orang generasi muda Banyuwangi yang namanya tersebut di atas.
Mereka berangkat menuju Jakarta, Sabtu pagi (16/1), untuk bersama-sama berangkat ke Madrid dengan tim asal Indonesia lainnya pada Sabtu dini hari. Olivia Gunawan, salah satu peserta asal Banyuwangi yang beruntung menjadi duta Banyuwangi dalam event ini mengungkapkan rasa bahagianya bisa terpilih setelah menyisihkan beberapa peserta seleksi yang lain. "Ya saya senang banget. Saya nggak nyangka bisa lolos seleksi yang meliputi lenggak-lenggok di catwalk, dance dan mampu me-make up diri sendiri. Sebab semua peserta hebat-hebat," kata siswi kelas XII IPA 1 SMAN 1 Kota Banyuwangi itu.
Olive, sapaan akrabnya, akan tampil dengan kostum BEC 'Mupus Braen Blambangan', salah satu jenis kostum pengantin Osing yang identik dengan warna merah, emas dan hitam. Olive bahkan juga akan membawakan tari Gandrung, tarian khas Banyuwangi yang merupakan welcome dance bagi para tamu yang datang ke Banyuwangi. Sementara rekannya, Niluh Ratih akan tampil dengan kostum pengantin 'Sembur Kemuning' dan Budi Ramadhan dengan kostum pengantin laki-laki 'Mupus Braen Blambangan'.
Menariknya, kostum milik ketiganya yang rata-rata berdimensi besar dan beratnya mencapai 8 kilogram tersebut langsung mereka bawa dari Banyuwangi untuk ditampilkan di Madrid.
Untuk diketahui, tahun ini Banyuwangi tak hanya dipercaya untuk mewakili nama Indonesia dalam ajang tersebut. Di tempat yang sama, Banyuwangi juga masuk sebagai nominator dalam UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori 'Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola Pemerintahan'. Itu merupakan bentuk apresiasi dari Badan Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Pariwisata (The United Nations World Tourism Organization /UNWTO), terhadap berbagai inovasi yang dilakukan di sektor pariwisata dengan melihat efeknya terhadap pemerintahan serta masyarakat. Banyuwangi menjadi nominator bersama Medellin (Kolombia), Kenya, dan Puerto Rico.
Dengan mengangkat tema besar strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan, Banyuwangi akan diberikan kesempatan memaparkan kebijakannya pada 18 Januari 2016 dalam event 12th UNWTO Awards Forum di Madrid, Spanyol.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan, Banyuwangi masuk dalam kategori inovasi kebijakan publik dan pemerintahan. “Kita diberi kesempatan untuk mempresentasikan bagaimana Banyuwangi mengembangkan konsep pariwisata berkelanjutan. Para pemenang dan runner-up masing-masing kategori akan diumumkan pada 20 Januari mendatang bersamaan dengan pelaksanaan Madrid International Tourism Trade Fair,” ujar Bramuda.
Di Madrid nanti, lanjut Bramuda, akan dipaparkan sejumlah strategi pemkab dan kunci sukses membangun pariwisata. Mulai dari bagaimana daerah mengidentifikasi potensi wisata yang dimilikinya, menjaga kearifan lokalnya, hingga bagaimana seluruh stakeholder bergandengan tangan mengembangkan dan mempromosikan pariwisata Banyuwangi.
Selain Banyuwangi, dalam ajang ini, ada dua wakil Indonesia yang turut menjadi finalis di 2 kategori lain. Garuda Indonesia berhasil mendapatkan nominasi Innovation in Enterprises dengan program Bali Beach Clean Up, dan Yayasan Karang Lestari melalui program Coral Reef Reborn yang akan bertanding dalam katregori Innovation in Non-Governmental Organizations. Nominator lainnya datang dari Brazil, Lithuania, Spanyol, Swiss, Kamboja, Nepal, Afrika Selatan, Kroasia, dan Korea Selatan.
Para finalis ini disaring dari 109 program lainnya yang digagas oleh negara-negara anggota UNWTO. UNWTO saat ini beranggotakan 157 negara, 6 anggota asosiasi, dan 480 anggota afiliasi dari sektor swasta, lembaga pendidikan, dan otoritas pariwisata. (Humas & Protokol)
Tiga orang anak muda Banyuwangi terpilih untuk tampil dengan kostum BEC di negeri matador tersebut. Mereka adalah Niluh Ratih (16), Olivia Gunawan (17), dan Budi Ramadhan (21) yang akan berada di Spanyol mulai 18 - 26 Januari 2016.
Tidak main-main, keikutsertaan Banyuwangi dalam ajang tersebut atas rekomendasi Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Karena itulah, seleksi ketat dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi bekerjasama dengan Paguyuban BEC untuk memilih talent yang benar-benar tepat dan bisa membawa nama Banyuwangi dan Indonesia di kancah internasional. Hingga akhirnya terpilih tiga orang generasi muda Banyuwangi yang namanya tersebut di atas.
Mereka berangkat menuju Jakarta, Sabtu pagi (16/1), untuk bersama-sama berangkat ke Madrid dengan tim asal Indonesia lainnya pada Sabtu dini hari. Olivia Gunawan, salah satu peserta asal Banyuwangi yang beruntung menjadi duta Banyuwangi dalam event ini mengungkapkan rasa bahagianya bisa terpilih setelah menyisihkan beberapa peserta seleksi yang lain. "Ya saya senang banget. Saya nggak nyangka bisa lolos seleksi yang meliputi lenggak-lenggok di catwalk, dance dan mampu me-make up diri sendiri. Sebab semua peserta hebat-hebat," kata siswi kelas XII IPA 1 SMAN 1 Kota Banyuwangi itu.
Olive, sapaan akrabnya, akan tampil dengan kostum BEC 'Mupus Braen Blambangan', salah satu jenis kostum pengantin Osing yang identik dengan warna merah, emas dan hitam. Olive bahkan juga akan membawakan tari Gandrung, tarian khas Banyuwangi yang merupakan welcome dance bagi para tamu yang datang ke Banyuwangi. Sementara rekannya, Niluh Ratih akan tampil dengan kostum pengantin 'Sembur Kemuning' dan Budi Ramadhan dengan kostum pengantin laki-laki 'Mupus Braen Blambangan'.
Menariknya, kostum milik ketiganya yang rata-rata berdimensi besar dan beratnya mencapai 8 kilogram tersebut langsung mereka bawa dari Banyuwangi untuk ditampilkan di Madrid.
Untuk diketahui, tahun ini Banyuwangi tak hanya dipercaya untuk mewakili nama Indonesia dalam ajang tersebut. Di tempat yang sama, Banyuwangi juga masuk sebagai nominator dalam UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori 'Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola Pemerintahan'. Itu merupakan bentuk apresiasi dari Badan Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Pariwisata (The United Nations World Tourism Organization /UNWTO), terhadap berbagai inovasi yang dilakukan di sektor pariwisata dengan melihat efeknya terhadap pemerintahan serta masyarakat. Banyuwangi menjadi nominator bersama Medellin (Kolombia), Kenya, dan Puerto Rico.
Dengan mengangkat tema besar strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan, Banyuwangi akan diberikan kesempatan memaparkan kebijakannya pada 18 Januari 2016 dalam event 12th UNWTO Awards Forum di Madrid, Spanyol.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan, Banyuwangi masuk dalam kategori inovasi kebijakan publik dan pemerintahan. “Kita diberi kesempatan untuk mempresentasikan bagaimana Banyuwangi mengembangkan konsep pariwisata berkelanjutan. Para pemenang dan runner-up masing-masing kategori akan diumumkan pada 20 Januari mendatang bersamaan dengan pelaksanaan Madrid International Tourism Trade Fair,” ujar Bramuda.
Di Madrid nanti, lanjut Bramuda, akan dipaparkan sejumlah strategi pemkab dan kunci sukses membangun pariwisata. Mulai dari bagaimana daerah mengidentifikasi potensi wisata yang dimilikinya, menjaga kearifan lokalnya, hingga bagaimana seluruh stakeholder bergandengan tangan mengembangkan dan mempromosikan pariwisata Banyuwangi.
Selain Banyuwangi, dalam ajang ini, ada dua wakil Indonesia yang turut menjadi finalis di 2 kategori lain. Garuda Indonesia berhasil mendapatkan nominasi Innovation in Enterprises dengan program Bali Beach Clean Up, dan Yayasan Karang Lestari melalui program Coral Reef Reborn yang akan bertanding dalam katregori Innovation in Non-Governmental Organizations. Nominator lainnya datang dari Brazil, Lithuania, Spanyol, Swiss, Kamboja, Nepal, Afrika Selatan, Kroasia, dan Korea Selatan.
Para finalis ini disaring dari 109 program lainnya yang digagas oleh negara-negara anggota UNWTO. UNWTO saat ini beranggotakan 157 negara, 6 anggota asosiasi, dan 480 anggota afiliasi dari sektor swasta, lembaga pendidikan, dan otoritas pariwisata. (Humas & Protokol)
Antisipasi Terorisme, Lanal Banyuwangi Siagakan Personilnya di Pelabuhan Ketapang
Sejumlah ledakan dan baku tembak yang terjadi di
Jakarta, Kamis (14/1), membuat seluruh aparat keamanan bersiaga. Tak
hanya aparat keamanan yang berada di ibukota saja, tapi juga di berbagai
daerah yang punya potensi kerawanan. Salah satunya Kabupaten
Banyuwangi.
Banyuwangi merupakan pintu keluar dari Pulau Jawa menuju Pulau Bali dan pintu masuk dari Bali menuju ke Jawa yang dihubungkan dengan pelabuhan penyeberangan. Karena rawan terjadi potensi gangguan kamtibmas, Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Banyuwangi tak mau tinggal diam. Lanal menyiagakan seluruh kekuatannya.
Dikatakan oleh Danlanal Kolonel Laut (P) Wahyu Endriawan usai upacara tabur bunga dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera di Pantai Boom, Banyuwangi, Jumat (15/1), pihaknya betul-betul menaruh perhatian pada wilayah penyeberangan (hinterland) Ketapang. Ini sebagai bentuk bahu-membahu seluruh aparat keamanan yang ada di Banyuwangi.
“Kami melakukan pengetatan penjagaan di Pelabuhan Ketapang untuk menghindari terjadinya rentetan terorisme dan radikalisme. Jangan sampai terulang kejadian Bom Bali tahun 2002 dan 2005 silam atau seperti di Jakarta kemarin. Semua kendaraan dan orang yang menyeberang kami perketat pemeriksaannya,” kata Danlanal Wahyu.
Patroli laut, imbuh Danlanal, juga rutin dilakukan dengan menurunkan beberapa personelnya secara bergantian. Sementara di pelabuhan – pelabuhan rakyat dan pelabuhan perikanan yang ada di Banyuwangi, patroli juga diintensifkan. “Lanal Banyuwangi punya 12 pos di pelabuhan-pelabuhan rakyat yang ada. Di 12 pos itu juga terus dilakukan penjagaan ekstra ketat, di samping juga dilakukan patroli oleh anggota kami yang bertugas di 12 titik tersebut,” pungkasnya. (Humas & Protokol)
Banyuwangi merupakan pintu keluar dari Pulau Jawa menuju Pulau Bali dan pintu masuk dari Bali menuju ke Jawa yang dihubungkan dengan pelabuhan penyeberangan. Karena rawan terjadi potensi gangguan kamtibmas, Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Banyuwangi tak mau tinggal diam. Lanal menyiagakan seluruh kekuatannya.
Dikatakan oleh Danlanal Kolonel Laut (P) Wahyu Endriawan usai upacara tabur bunga dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera di Pantai Boom, Banyuwangi, Jumat (15/1), pihaknya betul-betul menaruh perhatian pada wilayah penyeberangan (hinterland) Ketapang. Ini sebagai bentuk bahu-membahu seluruh aparat keamanan yang ada di Banyuwangi.
“Kami melakukan pengetatan penjagaan di Pelabuhan Ketapang untuk menghindari terjadinya rentetan terorisme dan radikalisme. Jangan sampai terulang kejadian Bom Bali tahun 2002 dan 2005 silam atau seperti di Jakarta kemarin. Semua kendaraan dan orang yang menyeberang kami perketat pemeriksaannya,” kata Danlanal Wahyu.
Patroli laut, imbuh Danlanal, juga rutin dilakukan dengan menurunkan beberapa personelnya secara bergantian. Sementara di pelabuhan – pelabuhan rakyat dan pelabuhan perikanan yang ada di Banyuwangi, patroli juga diintensifkan. “Lanal Banyuwangi punya 12 pos di pelabuhan-pelabuhan rakyat yang ada. Di 12 pos itu juga terus dilakukan penjagaan ekstra ketat, di samping juga dilakukan patroli oleh anggota kami yang bertugas di 12 titik tersebut,” pungkasnya. (Humas & Protokol)
Banyuwangi Akan Segera Miliki Monumen Lintas Laut
Monumen Lintas Laut Jawa – Bali akan
segera dibangun di kawasan Pantai Boom, Banyuwangi. Sebuah monumen untuk
mendongkrak semangat heroisme masyarakat sekaligus mengenang perjuangan
pasukan Kapten Markadi, pasukan asal Banyuwangi yang berhasil mengusir
Belanda dalam Operasi lintas laut Banyuwangi-Bali tahun 1946 silam.
Rencana pembangunan ini disampaikan Komandan Pangkalan Angkatan Laut (DanLanal) Banyuwangi, Letkol Laut (P) Wahyu Endriawan, usai peletakan batu pertama pembangunan Monumen Lintas Laut Jawa-Bali (Pasukan Markadi) di Pantai Boom, Jumat pagi (15/1).
Bangunan monumen yang akan dikerjakan PT Pelindo Properti Indonesia ini, kata Danlanal, akan dibuat mirip bentuk perahu nelayan Banyuwangi atau persis kapal yang digunakan Kapten Markadi. Kapten Markadi adalah seorang kapten laut yang berhasil membakar kapal Belanda di perairan Banyuwangi menuju Bali.
Monumen lintas laut Jawa – Bali ini, sudah ada ada di Bali dengan bentuk yang menonjolkan khas angkatan laut. Untuk Banyuwangi, kata Danlanal rencamya, akan dibuat seperti kapal kapten Markadi atau mirip kapal nelayan Banyuwangi. “Sehingga saat monumen ini jadi bisa merefleksikan sejarah tanpa mengurangi nilai bangunan yang masih mempertahankan kearifan lokal bukan menonjolkan angkatan lautnya,” ujar Danlanal.
Pembangunan monumen ini, lanjut Danlanal, juga minta masukan dari keluarga Kapten Markadi tentang sejarah kapal tersebut. Sehingga bangunan monumen yang dibangun bisa persis dan sesuai sejarah yang sesungguhnya.
“Kami ingin monumen ini dibangun yang benar-benar mirip kapal Kapten Makardi. Kalau untuk pembangunan seperti ini yang pas bisa dikerjakan Pak Gunadi. Seorang perupa profesional dari Yogyakarta. Karena beberapa kali perupa ini sudah mengerjakan proyek yang sama di Bali,” kata Dewangkara salah seorang perwakilan keluarga.
Sebelum peletakan batu pertama monumen, di Pantai Boom juga telah dilakukan upacara tabur bunga dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudra 2016. Acara untuk mengenang pertempuran Komodor Yos Sudarso di Laut Aru itu, diikuti PJ Bupati Banyuwangi, Zarkasi, Forum Pimpinan Daerah (Forpimda), TNI Angkatan Laut, TNI AD/Polri dan Satpol PP. (Humas Protokol)
Rencana pembangunan ini disampaikan Komandan Pangkalan Angkatan Laut (DanLanal) Banyuwangi, Letkol Laut (P) Wahyu Endriawan, usai peletakan batu pertama pembangunan Monumen Lintas Laut Jawa-Bali (Pasukan Markadi) di Pantai Boom, Jumat pagi (15/1).
Bangunan monumen yang akan dikerjakan PT Pelindo Properti Indonesia ini, kata Danlanal, akan dibuat mirip bentuk perahu nelayan Banyuwangi atau persis kapal yang digunakan Kapten Markadi. Kapten Markadi adalah seorang kapten laut yang berhasil membakar kapal Belanda di perairan Banyuwangi menuju Bali.
Monumen lintas laut Jawa – Bali ini, sudah ada ada di Bali dengan bentuk yang menonjolkan khas angkatan laut. Untuk Banyuwangi, kata Danlanal rencamya, akan dibuat seperti kapal kapten Markadi atau mirip kapal nelayan Banyuwangi. “Sehingga saat monumen ini jadi bisa merefleksikan sejarah tanpa mengurangi nilai bangunan yang masih mempertahankan kearifan lokal bukan menonjolkan angkatan lautnya,” ujar Danlanal.
Pembangunan monumen ini, lanjut Danlanal, juga minta masukan dari keluarga Kapten Markadi tentang sejarah kapal tersebut. Sehingga bangunan monumen yang dibangun bisa persis dan sesuai sejarah yang sesungguhnya.
“Kami ingin monumen ini dibangun yang benar-benar mirip kapal Kapten Makardi. Kalau untuk pembangunan seperti ini yang pas bisa dikerjakan Pak Gunadi. Seorang perupa profesional dari Yogyakarta. Karena beberapa kali perupa ini sudah mengerjakan proyek yang sama di Bali,” kata Dewangkara salah seorang perwakilan keluarga.
Sebelum peletakan batu pertama monumen, di Pantai Boom juga telah dilakukan upacara tabur bunga dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudra 2016. Acara untuk mengenang pertempuran Komodor Yos Sudarso di Laut Aru itu, diikuti PJ Bupati Banyuwangi, Zarkasi, Forum Pimpinan Daerah (Forpimda), TNI Angkatan Laut, TNI AD/Polri dan Satpol PP. (Humas Protokol)
14 Januari 2016
Tiket Wisata Bedul 2016 Terkesan Mahal Dan Tanpa Porporasi,Banyuwangi
Banyuwangi beritalima.com - tiket masuk Tempat wisata Taman Nasional
Alas Purwo (TNAP) Blok Bedul dikeluhkan pengujung sebut saja Budi
setiawan salah satu pengunjung dari Benculuk mengatakan " mungkin tempat
wisata paling mahal ,Th 2016 tembus 37.500 rupiah.untuk karcis tanda masuknya di bandikan tempat
wisata yang ada di Banyuwangi dengan pasilitas sarana dan prasarana yang
di Sediakan " keluhnya.
menurutnya, tarif karcis masuk terkesan mahal dan membingungkan, karena ada dua jenis karcis yang satu bertuliskan Taman Nasional Alas Purwo dengan harga tanda masuk sebesar Rp 7500 berdasarkan PP NO 12 Tahun 2014 dan yang satunya lagi Rp 5000,dan bertuliskan Eko wisata Mangrove blok Bedul yang di keluarkan oleh Desa Sumberasri Kecamatan Purwoharjo dan belum lagi umtuk tiket Jasa Transportasi menuju Taman Nasional Alas Purwo hingga pantai selatan dengan tiket Rp 7500,per orangnya dan di tambah lagi parkir kendaraan roda empat Rp 5000,
Dan ironisnya lagi setelah di teliti semua karcis tanda masuk tersebut tidak ada yang di Porporasi artinya tidak bayar pajak restribusi ke Dinas Pendapapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Banyuwangi.
Di lain pihak kepala desa sumberasri ( sukat ) ketika di konfirmasi masih belum berkomentar - bersambung (Abi/ir/puji)
menurutnya, tarif karcis masuk terkesan mahal dan membingungkan, karena ada dua jenis karcis yang satu bertuliskan Taman Nasional Alas Purwo dengan harga tanda masuk sebesar Rp 7500 berdasarkan PP NO 12 Tahun 2014 dan yang satunya lagi Rp 5000,dan bertuliskan Eko wisata Mangrove blok Bedul yang di keluarkan oleh Desa Sumberasri Kecamatan Purwoharjo dan belum lagi umtuk tiket Jasa Transportasi menuju Taman Nasional Alas Purwo hingga pantai selatan dengan tiket Rp 7500,per orangnya dan di tambah lagi parkir kendaraan roda empat Rp 5000,
Video =https://www.youtube.com/watch?v=R6jrqZ0a3cM
Dan ironisnya lagi setelah di teliti semua karcis tanda masuk tersebut tidak ada yang di Porporasi artinya tidak bayar pajak restribusi ke Dinas Pendapapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Banyuwangi.
Di lain pihak kepala desa sumberasri ( sukat ) ketika di konfirmasi masih belum berkomentar - bersambung (Abi/ir/puji)
Menpan Yuddy Minta Polres Banyuwangi Galakkan Layanan Pengaduan Masyarakat
Saat melakukan kunjungan kerja ke
Banyuwangi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Menpan-RB) Yuddy Chrisnandi menyempatkan diri berkunjung ke
Mapolres Banyuwangi, Kamis, (14/1).
Dalam kunjungannya, Menpan Yuddy meminta Polres Banyuwangi lebih gencar menyosialisasikan layanan pengaduan masyarakat untuk meningkatkan pelayanan publiknya.
“Layanan pengaduan ini bagi saya penting, karena masyarakat yang merasa membutuhkan rasa aman dan melihat sesuatu yang ganjil, dia bisa langsung menghubungi petugas untuk mengadukan hal itu. Sehingga kita dapat menekan angka kriminalitas serendah mungkin,” kata Yuddy di hadapan anggota Polres Banyuwangi.
Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Bali, ujar Yuddy, potensi kerawanan di Banyuwangi harus ditekan seminimal mungkin. Karena posisi Banyuwangi yang hinterland (tempat penyeberangan), kata Yuddy, beragam potensi kerawanan bisa saja muncul.
"Perlu perkuat kerjasama dengan semua pihak, mulai dari kepolisian, TNI, Intelijen, pemkab dan juga masyarakat. Kalau Banyuwangi secure, maka Bali yang merupakan pusat pariwisata Indonesia juga akan aman,”tegasnya.
Menpan Yuddy saat itu juga menyempatkan diri melihat langsung pelayanan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM). Menurut dia, pelayanannya sudah tertib, berjalan cepat, dan ruang tunggunya dinilai nyaman untuk masyarakat yang mengantri SIM.
Selain mengunjungi Mapolres, Menpan Yuddy sebelumnya melihat lounge layanan publik milik Pemkab Banyuwangi. Ruang tunggu yang terkoneksi dengan internet tersebut, menurut Yuddy menunjukkan bahwa Banyuwangi merupakan daerah dengan akuntabilitas yang baik. Selain ke Banyuwangi, Yuddy sebelumnya juga mengunjungi Kabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo, dan akan berlanjut ke Jembrana, Bali. (Humas & Protokol)
Dalam kunjungannya, Menpan Yuddy meminta Polres Banyuwangi lebih gencar menyosialisasikan layanan pengaduan masyarakat untuk meningkatkan pelayanan publiknya.
“Layanan pengaduan ini bagi saya penting, karena masyarakat yang merasa membutuhkan rasa aman dan melihat sesuatu yang ganjil, dia bisa langsung menghubungi petugas untuk mengadukan hal itu. Sehingga kita dapat menekan angka kriminalitas serendah mungkin,” kata Yuddy di hadapan anggota Polres Banyuwangi.
Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Bali, ujar Yuddy, potensi kerawanan di Banyuwangi harus ditekan seminimal mungkin. Karena posisi Banyuwangi yang hinterland (tempat penyeberangan), kata Yuddy, beragam potensi kerawanan bisa saja muncul.
"Perlu perkuat kerjasama dengan semua pihak, mulai dari kepolisian, TNI, Intelijen, pemkab dan juga masyarakat. Kalau Banyuwangi secure, maka Bali yang merupakan pusat pariwisata Indonesia juga akan aman,”tegasnya.
Menpan Yuddy saat itu juga menyempatkan diri melihat langsung pelayanan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM). Menurut dia, pelayanannya sudah tertib, berjalan cepat, dan ruang tunggunya dinilai nyaman untuk masyarakat yang mengantri SIM.
Selain mengunjungi Mapolres, Menpan Yuddy sebelumnya melihat lounge layanan publik milik Pemkab Banyuwangi. Ruang tunggu yang terkoneksi dengan internet tersebut, menurut Yuddy menunjukkan bahwa Banyuwangi merupakan daerah dengan akuntabilitas yang baik. Selain ke Banyuwangi, Yuddy sebelumnya juga mengunjungi Kabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo, dan akan berlanjut ke Jembrana, Bali. (Humas & Protokol)
Banyuwangi Sebagai Daerah Berakuntabilitas Baik,Menpan Nilai
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Menpan dan RB), Yuddy Chrisnandi, mengunjungi "lounge"
layanan publik di Banyuwangi, Kamis (14/1). Saat meninjau, Menpan
langsung menyatakan ruang tunggu layanan publik ini telah menunjukkan
sistem akuntabilitas kinerja Banyuwangi sangat bagus dan patut dicontoh
daerah lain.
Banyuwangi memiliki fasilitas khusus buat setiap tamu yang datang ke kantor Bupati Banyuwangi, yakni sebuah lounge atau ruang tunggu pelayanan publik yang eksklusif dan nyaman. Di sini semua pengunjung bisa mengakses berbagai data di semua SKPD di lingkungan Pemkab Banyuwangi.
Di dalam ruang lounge tersebut disediakan empat layar komputer besar yang tersambung dengan internet. Di dalamnya terdapat berbagai data seputar kinerja SKPD maupun laporan APBD daerah yang bisa diakses dengan mudah. Di situ juga terpasang kamera CCTV yang memantau sejumlah aktivitas di kantor pelayanan publik di seluruh Banyuwangi.
"Lounge Pelayanan Publik Pemkab Banyuwangi ini sangat bagus, ada front office-nya, ruangannya nyaman, interiornya moderen lengkap dengan IT yang bisa diakses oleh setiap tamu. Saya percaya Banyuwangi. Kalau kabupaten lain mencontoh Banyuwangi pasti pelayanan publiknya baik. Ini juga yang menjadi alasan saya untuk mampir ke sini," ujar Menpan.
Banyuwangi kata Menpan Yuddy, termasuk daerah di Indonesia yang kinerja pemerintahannya terus merangkak naik. “Sistem kerja yang dibangun di Banyuwangi ini saya nilai telah menunjukkan kinerja yang akuntabel. Dan ini penting, karena kalau sudah mampu menciptakan sistem akuntabiltas yang baik, maka siapapun kepala daerahnya pasti pemerintahan bisa jalan. Karena disitu telah disusun sebuah tata kelola, sehingga ada kepatuhan, ada regulasi. Jajaran birokrasi yang sudah baik ini harus tetap ditingkatkan,” urainya.
Sejumlah capaian kinerja terkait akuntabilitas pemerintahan telah dicapai Banyuwangi dalam kurun lima tahun terakhir. Antara lain Banyuwangi telah meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Murni atas laporan kinerja keuangan pemerintahannya selama tiga tahun berturut-turut, sistem pengelolaan keuangan daerah Banyuwangi telah dirancang bisa diakses secara real time.
"Perencanaan anggaran hingga pertanggungjawaban Pemkab Banyuwangi semuanya sudah online, dan bisa dipantau real time. Bahkan kami juga miliki sistem e-Village Budgeting alias penganggaran progras pemerintahan desa berbasis dalam jaringan (daring) alias online yang diterapkan sejak 2015," ujar Pj Bupati Banyuwangi, Zarkasi yang saat itu mendampingi Menteri Yuddy.
Selain itu, Menteri Yuddy juga memuji pelayanan publik di Banyuwangi yang sudah terintegrasi dengan IT. “Saya melihat disini pelayanan publiknya sudah baik. Semua informasi terkait pelayan publik di setiap satker Pemkab Banyuwangi bisa diakses melalui IT yang tersentral di lounge ini,” katanya. (Humas Protokol)
Banyuwangi memiliki fasilitas khusus buat setiap tamu yang datang ke kantor Bupati Banyuwangi, yakni sebuah lounge atau ruang tunggu pelayanan publik yang eksklusif dan nyaman. Di sini semua pengunjung bisa mengakses berbagai data di semua SKPD di lingkungan Pemkab Banyuwangi.
Di dalam ruang lounge tersebut disediakan empat layar komputer besar yang tersambung dengan internet. Di dalamnya terdapat berbagai data seputar kinerja SKPD maupun laporan APBD daerah yang bisa diakses dengan mudah. Di situ juga terpasang kamera CCTV yang memantau sejumlah aktivitas di kantor pelayanan publik di seluruh Banyuwangi.
"Lounge Pelayanan Publik Pemkab Banyuwangi ini sangat bagus, ada front office-nya, ruangannya nyaman, interiornya moderen lengkap dengan IT yang bisa diakses oleh setiap tamu. Saya percaya Banyuwangi. Kalau kabupaten lain mencontoh Banyuwangi pasti pelayanan publiknya baik. Ini juga yang menjadi alasan saya untuk mampir ke sini," ujar Menpan.
Banyuwangi kata Menpan Yuddy, termasuk daerah di Indonesia yang kinerja pemerintahannya terus merangkak naik. “Sistem kerja yang dibangun di Banyuwangi ini saya nilai telah menunjukkan kinerja yang akuntabel. Dan ini penting, karena kalau sudah mampu menciptakan sistem akuntabiltas yang baik, maka siapapun kepala daerahnya pasti pemerintahan bisa jalan. Karena disitu telah disusun sebuah tata kelola, sehingga ada kepatuhan, ada regulasi. Jajaran birokrasi yang sudah baik ini harus tetap ditingkatkan,” urainya.
Sejumlah capaian kinerja terkait akuntabilitas pemerintahan telah dicapai Banyuwangi dalam kurun lima tahun terakhir. Antara lain Banyuwangi telah meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Murni atas laporan kinerja keuangan pemerintahannya selama tiga tahun berturut-turut, sistem pengelolaan keuangan daerah Banyuwangi telah dirancang bisa diakses secara real time.
"Perencanaan anggaran hingga pertanggungjawaban Pemkab Banyuwangi semuanya sudah online, dan bisa dipantau real time. Bahkan kami juga miliki sistem e-Village Budgeting alias penganggaran progras pemerintahan desa berbasis dalam jaringan (daring) alias online yang diterapkan sejak 2015," ujar Pj Bupati Banyuwangi, Zarkasi yang saat itu mendampingi Menteri Yuddy.
Selain itu, Menteri Yuddy juga memuji pelayanan publik di Banyuwangi yang sudah terintegrasi dengan IT. “Saya melihat disini pelayanan publiknya sudah baik. Semua informasi terkait pelayan publik di setiap satker Pemkab Banyuwangi bisa diakses melalui IT yang tersentral di lounge ini,” katanya. (Humas Protokol)
Resmikan Waduk Sidodadi Banyuwangi, Menteri BUMN Diajak Selfie Pengunjung
Selain meninjau Pabrik Gula Glenmore (PGG), Menteri Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) Rini Soemarno juga meresmikan Waduk Sidodadi, Glenmore,
Banyuwangi, Kamis (13/1).
Waduk dengan kapasitas 50 ribu m2 ini dibangun untuk mengairi lahan tebu di sekitar PGG. Begitu tiba di waduk ini, Rini langsung menandatangani prasasti sebagai tanda diresmikannya waduk yang berada di sisi utara lokasi PGG. Dibangun di atas lahan 2 hektar dengan kedalaman 2,5 meter, Waduk Sidodadi ini bisa menampung air mencapai 50.000 m2. Usai meresmikan, Menteri Rini berkeliling untuk melihat kondisi waduk. Saat berkeliling inilah, sejumlah pengunjung waduk yang mengetahui kedatangan Rini langsung mendatanginya dan meminta selfie bersama. “Kapan lagi bisa foto bareng menteri. Mumpung ketemu gini saya tidak mau kehilangan moment selfie sama ibu mentri,” kata Zakariya, salah satu wisatawan yang nekat foto bareng dengan Mentri BUMN. Selain berfungsi sebagai irigasi, waduk ini juga menjadi salah satu lokasi wisata baru di Banyuwangi. Di waduk ini, pengunjung bahkan bisa menyewa sepeda air dan perahu yang dikelola penduduk setempat untuk berkeliling waduk. Usai meresmikan waduk, Menteri BUMN turut menyaksikan penandadatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PTPN XII dengan Bank BNI dan BRI. Kedua bank ini akan mengucurkan kredit usaha rakyat (KUR) kepada masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai petani tebu. Selain itu, di saat yang sama Menteri BUMN ini pun juga menyerahkan penghargaan kepada tiga perkebunan di kawasan Glenmore yang berhasil melakukan percobaan panen tebu. Ketiga perkebunan tersebut, Perkebunan Kendenglembu yang mampu memanen 133 ton/ha, Perkebunan Kalirejo, 122 ton/ha dan Perkebunan Kalisepanjang 120,5 ton/ha. (Humas Protokol)
Waduk dengan kapasitas 50 ribu m2 ini dibangun untuk mengairi lahan tebu di sekitar PGG. Begitu tiba di waduk ini, Rini langsung menandatangani prasasti sebagai tanda diresmikannya waduk yang berada di sisi utara lokasi PGG. Dibangun di atas lahan 2 hektar dengan kedalaman 2,5 meter, Waduk Sidodadi ini bisa menampung air mencapai 50.000 m2. Usai meresmikan, Menteri Rini berkeliling untuk melihat kondisi waduk. Saat berkeliling inilah, sejumlah pengunjung waduk yang mengetahui kedatangan Rini langsung mendatanginya dan meminta selfie bersama. “Kapan lagi bisa foto bareng menteri. Mumpung ketemu gini saya tidak mau kehilangan moment selfie sama ibu mentri,” kata Zakariya, salah satu wisatawan yang nekat foto bareng dengan Mentri BUMN. Selain berfungsi sebagai irigasi, waduk ini juga menjadi salah satu lokasi wisata baru di Banyuwangi. Di waduk ini, pengunjung bahkan bisa menyewa sepeda air dan perahu yang dikelola penduduk setempat untuk berkeliling waduk. Usai meresmikan waduk, Menteri BUMN turut menyaksikan penandadatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PTPN XII dengan Bank BNI dan BRI. Kedua bank ini akan mengucurkan kredit usaha rakyat (KUR) kepada masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai petani tebu. Selain itu, di saat yang sama Menteri BUMN ini pun juga menyerahkan penghargaan kepada tiga perkebunan di kawasan Glenmore yang berhasil melakukan percobaan panen tebu. Ketiga perkebunan tersebut, Perkebunan Kendenglembu yang mampu memanen 133 ton/ha, Perkebunan Kalirejo, 122 ton/ha dan Perkebunan Kalisepanjang 120,5 ton/ha. (Humas Protokol)
Event Banyuwangi Discovery Kembali Digelar, Edukasi Generasi Muda
Event Banyuwangi Discovery kembali akan digelar 30
Januari 2016 mendatang, setelah tahun lalu mendulang sukses yang luar
biasa. Event yang melibatkan pelajar sekolah dasar ini diselenggarakan
untuk mengedukasi generasi muda Banyuwangi pentingnya mengenal tanah
kelahirannya dengan berbagai potensi di dalamnya. Di samping juga
sebagai bentuk pendidikan karakter bagi anak-anak muda Banyuwangi.
Disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sulihtiono, Rabu kemarin (13/1), anak-anak perlu diajarkan cinta tanah air sejak dini. “Dengan begitu sense of belonging atau rasa memiliki mereka terhadap Banyuwangi akan tumbuh, dan menciptakan kebanggaan bagi mereka menjadi bagian dari masyarakat Banyuwangi. Apalagi saat ini Banyuwangi sudah menjadi jujugan pariwisata,” kata Sulihtiono.
Event yang diadakan di sepanjang jalan Ahmad Yani ini akan diikuti 12 ribu lebih pelajar SD kelas 4, 5, dan 6. Mereka ditantang untuk mengenal Banyuwangi secara mendalam lewat pertanyaan yang dikemas dalam bentuk teka-teki silang. Pertanyaan yang diajukan berkisar tentang destinasi pariwisata Banyuwangi, penghargaan-penghargaan yang pernah diraih Banyuwangi dan berbagai hal terkait Banyuwangi. “Pengetahuan mereka tentang Banyuwangi diuji disini,” ujarnya.
Menurut Sulihtiono, antusiasme pelajar sangat luar biasa menyambut event Banyuwangi Discovery 2016 ini. “Sejak kami buka pendaftarannya beberapa waktu lalu, banyak sekali yang mengajukan diri untuk menjadi peserta. Jika tidak kami batasi, jumlahnya bisa membludak menjadi ratusan ribu peserta. Karena itu, dari tiap-tiap kecamatan yang ada di Banyuwangi, kami ambil 200 hingga 300 siswa sebagai perwakilan,”terang Sulihtiono.
Kegiatan ini, imbuh Sulih, akan dilangsungkan mulai pukul 08.00 – 12.00 WIB. Saat peserta mengerjakan teka-teki tersebut, mereka juga bisa menikmati hiburan gratis yang ditampilkan oleh pelajar yang punya keterampilan khusus dari sekolah-sekolah di Banyuwangi. Mulai dari tari-tarian, lagu-lagu, dan masih banyak lagi. Selain itu juga ada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Dinas Kesehatan yang memberikan pemeriksaan gratis kepada pelajar yang datang. (Humas & Protokol)
Disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sulihtiono, Rabu kemarin (13/1), anak-anak perlu diajarkan cinta tanah air sejak dini. “Dengan begitu sense of belonging atau rasa memiliki mereka terhadap Banyuwangi akan tumbuh, dan menciptakan kebanggaan bagi mereka menjadi bagian dari masyarakat Banyuwangi. Apalagi saat ini Banyuwangi sudah menjadi jujugan pariwisata,” kata Sulihtiono.
Event yang diadakan di sepanjang jalan Ahmad Yani ini akan diikuti 12 ribu lebih pelajar SD kelas 4, 5, dan 6. Mereka ditantang untuk mengenal Banyuwangi secara mendalam lewat pertanyaan yang dikemas dalam bentuk teka-teki silang. Pertanyaan yang diajukan berkisar tentang destinasi pariwisata Banyuwangi, penghargaan-penghargaan yang pernah diraih Banyuwangi dan berbagai hal terkait Banyuwangi. “Pengetahuan mereka tentang Banyuwangi diuji disini,” ujarnya.
Menurut Sulihtiono, antusiasme pelajar sangat luar biasa menyambut event Banyuwangi Discovery 2016 ini. “Sejak kami buka pendaftarannya beberapa waktu lalu, banyak sekali yang mengajukan diri untuk menjadi peserta. Jika tidak kami batasi, jumlahnya bisa membludak menjadi ratusan ribu peserta. Karena itu, dari tiap-tiap kecamatan yang ada di Banyuwangi, kami ambil 200 hingga 300 siswa sebagai perwakilan,”terang Sulihtiono.
Kegiatan ini, imbuh Sulih, akan dilangsungkan mulai pukul 08.00 – 12.00 WIB. Saat peserta mengerjakan teka-teki tersebut, mereka juga bisa menikmati hiburan gratis yang ditampilkan oleh pelajar yang punya keterampilan khusus dari sekolah-sekolah di Banyuwangi. Mulai dari tari-tarian, lagu-lagu, dan masih banyak lagi. Selain itu juga ada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Dinas Kesehatan yang memberikan pemeriksaan gratis kepada pelajar yang datang. (Humas & Protokol)
08 Januari 2016
Danang Disambut Meriah Ribuan Warga Banyuwangi,saat Pulang Kampung
Meriah, kata itulah yang dapat tergambar dari sambutan warga Banyuwangi
untuk Danang. Juara pertama D'Academy Asia itu pun baru saja mengunjungi
tanah kelahirannya beberapa waktu lalu.
Meski berpeluh keringat, Danang tetap bersemangat menyapa para pendukungnya dari atas panggung. Ia turut bahagia melihat semangat para penonton yang begitu luar biasa.
Berbagai pujian juga diungkapkan para netizen yang menyaksikan video tersebut. Bahkan tak sedikit yang meminta Danang untuk mendatangi kota mereka masing-masing.
Kemenangan Danang adalah kemenangan Banyuwangi, dan kemenangan Indonesia. Keberhasilan Danang di D'Academy Asia akan menjadi penyemangat besarnya untuk membuat dangdut go international dan bisa diterima lingkup yang lebih luas lagi.
Video Danang DA Asia = https://www.youtube.com/channel/UC8a9uERwTNaAfH1SFm8JJ6w/videos
Sukses membawa nama Indonesia, khususnya Banyuwangi di kancah Asia, Danang begitu dielukan para warga. Terbukti saat pulang ke kampung halaman, ribuan warga turut hadir menyaksikan aksi Danang.Momen luar biasa itu diabadikan Danang lewat akun Instagramnya, @Da2_Danang. "Banyuwangi...Banyuwangi, apa kabar Banyuwangi!!! ucap Danang dalam video singkat tersebut.Meski berpeluh keringat, Danang tetap bersemangat menyapa para pendukungnya dari atas panggung. Ia turut bahagia melihat semangat para penonton yang begitu luar biasa.
Berbagai pujian juga diungkapkan para netizen yang menyaksikan video tersebut. Bahkan tak sedikit yang meminta Danang untuk mendatangi kota mereka masing-masing.
Kemenangan Danang adalah kemenangan Banyuwangi, dan kemenangan Indonesia. Keberhasilan Danang di D'Academy Asia akan menjadi penyemangat besarnya untuk membuat dangdut go international dan bisa diterima lingkup yang lebih luas lagi.
Pj Bupati Zarkasi Titip Pesan Jaga Kedamaian dan Kerukunan Umat
Pj Bupati Banyuwangi, Zarkasi menitipkan pesan
kepada umat kristiani untuk terus menjaga kedamaian dan kerukunan umat
di Banyuwangi. Hal itu disampaikan Zarkasi, saat menghadiri perayaan
Natal dan Tahun Baru bersama, di Hotel New Surya, Jajag Rabu malam
(6/1).
Pj Zarkasi menyatakan, saat ini kerukunan antar umat sudah terjaga dan terlaksana dengan baik. “Yang sudah baik ini bisa diteruskan, saya lihat seluruh elemen sudah ikut mengamankan perayaan natal tahun ini. Mari kita terus jaga kedamian dan kerukunan umat ini,” ujar Zarkasi.
Tahun Baru saat ini, kata Zarkasi, bisa dijadikan momentum menguatkan kembali persaudaraan antar umat beragama di Banyuwangi. Terima kasih selama ini umat kristiani telah ikut mendukung pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahannya. “Harapan kami, umat kristiani akan terus bahu membahu menjaga keamanan, agar Banyuwangi tetap kondusif,” ujar Zarkasi.
Tak lupa Zarkasi juga memberikan ucapan selamat Natal krpada umat kristiani. “Selamat merayakan Natal dan Tahun Baru 2016 bagi umat kristiani. Kami juga titip kepada gereja untuk memberikan pencerahan kepada umatnya untuk hidup lebih baik,” tutur Pj Bupati.
Sementara itu, Pdt Johanes Paulus AA. Winarko, menambahkan seiring dengan keberhasilan pembangunan pemerintah saat ini, baik dalam menjaga kerukunan antar umat bergama hingga insfrastruktur, seluruh umat kristiani akan selalu mendukung seluruh program pemerintah. “Bersama pemerintah daerah, kami seluruh umat kristiani akan ikut membangun Banyuwangi menjadi lebih baik lagi,” kata Pdt Johanes.
Perayaan Natal yang digelar malam itu, tampak meriah. Hampir seluruh umat kristiani di wilayah Banyuwangi ikut merayakan Natal bersama. Selain itu juga tampak Wakil Bupati Banyuwangi terpilih Yusuf Widiyatmoko, hadir bersama mereka.(Humas Protokol)
Pj Zarkasi menyatakan, saat ini kerukunan antar umat sudah terjaga dan terlaksana dengan baik. “Yang sudah baik ini bisa diteruskan, saya lihat seluruh elemen sudah ikut mengamankan perayaan natal tahun ini. Mari kita terus jaga kedamian dan kerukunan umat ini,” ujar Zarkasi.
Tahun Baru saat ini, kata Zarkasi, bisa dijadikan momentum menguatkan kembali persaudaraan antar umat beragama di Banyuwangi. Terima kasih selama ini umat kristiani telah ikut mendukung pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahannya. “Harapan kami, umat kristiani akan terus bahu membahu menjaga keamanan, agar Banyuwangi tetap kondusif,” ujar Zarkasi.
Tak lupa Zarkasi juga memberikan ucapan selamat Natal krpada umat kristiani. “Selamat merayakan Natal dan Tahun Baru 2016 bagi umat kristiani. Kami juga titip kepada gereja untuk memberikan pencerahan kepada umatnya untuk hidup lebih baik,” tutur Pj Bupati.
Sementara itu, Pdt Johanes Paulus AA. Winarko, menambahkan seiring dengan keberhasilan pembangunan pemerintah saat ini, baik dalam menjaga kerukunan antar umat bergama hingga insfrastruktur, seluruh umat kristiani akan selalu mendukung seluruh program pemerintah. “Bersama pemerintah daerah, kami seluruh umat kristiani akan ikut membangun Banyuwangi menjadi lebih baik lagi,” kata Pdt Johanes.
Perayaan Natal yang digelar malam itu, tampak meriah. Hampir seluruh umat kristiani di wilayah Banyuwangi ikut merayakan Natal bersama. Selain itu juga tampak Wakil Bupati Banyuwangi terpilih Yusuf Widiyatmoko, hadir bersama mereka.(Humas Protokol)
Bangun Rumah Kreatif di Banyuwangi,BNI Siapkan CSRnya
Banyaknya potensi yang dimiliki Banyuwangi, membuat
Bank BNI Pusat tertarik untuk memberikan Corporate Social Responsibility
(CSR) –nya untuk Kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa ini. Bahkan
secara khusus Pemimpin Divisi Solusi dan Keamanan Teknologinya, Anang
Fauzi beserta Project Manager Branchless Banking BNI Jakarta, Amirul
Wicaksono, hadir ke Banyuwangi, Rabu kemarin (6/1), dalam rangka
memaparkan programnya untuk Banyuwangi.
Di depan sejumlah pejabat Pemkab Banyuwangi , Anang Fauzi menyampaikan bentuk CRS-nya untuk Banyuwangi. Ada tiga CSR yang kesemuanya pemberdayaan masyarakat/ Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan pemasaran secara online, yakni UMKM Market Place,Kampoeng BNI dan Rumah Kreatif.
UMKM Market Place, sebuah program dari BNI yang siap melatih wirausahawan agar bisa memasarkan produknya secara online. “Kami nanti akan beri pelatihan kepada para pelaku UMKM hingga mereka bisa memasarkan produknya melalui IT,” ujar Anang.
Sekedar diketahui jumlah UMKM di Banyuwangi ada sekitar 296 ribu.
Sementara Kampoeng BNI, wilayah yang memiliki potensi tertentu akan mendapatkan perhatian dari BNI. Misalnya, daerah perikanan akan difasilitasi dengan pengembangan budi daya perikanan, ataujika membutuhkan infrastruktur, BNI akan membantu. “Setelah melakukan itu, kami membranding daerah itu dengan nama Kampoeng BNI. Di Banyuwangi sendiri sangat banyak tempat yang bisa di-branding menjadi Kampoeng BNI. Syaratnya, tentu saja ada potensi di tempat tersebut yang bisa dikembangkan,” ujarnya.
Untuk Kampoeng BNI ini, imbuh Anang, BNI akan mengajak sejumlah SKPD untuk menunjukkan wilayah mana yang punya potensi. “Besok kami akan survei daerah-daerah yang diajukan dinas-dinas tersebut sebagai Kampoeng BNI,” kata Anang.
Sedangkan CSR- Rumah Kreatif adalah rumah tempat melatih anak-anak muda agar kreatif. Rumah kreatif ini akan menjadi inisiator bagi yang lain, termasuk UMKM. “Kami akan bangun banyak Rumah Kreatif ini lengkap dengan infrastruktur dan instrukturnya. Dengan adanya rumah kreatif ini harapan kami, tidak hanya barang yang dijual, tapi jasa pun juga dijual. Kami akan beri berbagai inspirasi agar tak henti berinovasi,” ujarnya.
Mendengar paparan tersebut, Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesra, Wiyono, menyambut baik program BNI tersebut. “Kami akan mengawal program ini hingga berhasil terlaksana dengan baik. Karena semua sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat Banyuwangi ke depan. Pemkab juga rajin mengajak BUMN yang lain untuk memberikan CSR nya sesuai dengan kebutuhan masyarakat Banyuwangi” pungkas Wiyono. (Humas & Protokol)
Di depan sejumlah pejabat Pemkab Banyuwangi , Anang Fauzi menyampaikan bentuk CRS-nya untuk Banyuwangi. Ada tiga CSR yang kesemuanya pemberdayaan masyarakat/ Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan pemasaran secara online, yakni UMKM Market Place,Kampoeng BNI dan Rumah Kreatif.
UMKM Market Place, sebuah program dari BNI yang siap melatih wirausahawan agar bisa memasarkan produknya secara online. “Kami nanti akan beri pelatihan kepada para pelaku UMKM hingga mereka bisa memasarkan produknya melalui IT,” ujar Anang.
Sekedar diketahui jumlah UMKM di Banyuwangi ada sekitar 296 ribu.
Sementara Kampoeng BNI, wilayah yang memiliki potensi tertentu akan mendapatkan perhatian dari BNI. Misalnya, daerah perikanan akan difasilitasi dengan pengembangan budi daya perikanan, ataujika membutuhkan infrastruktur, BNI akan membantu. “Setelah melakukan itu, kami membranding daerah itu dengan nama Kampoeng BNI. Di Banyuwangi sendiri sangat banyak tempat yang bisa di-branding menjadi Kampoeng BNI. Syaratnya, tentu saja ada potensi di tempat tersebut yang bisa dikembangkan,” ujarnya.
Untuk Kampoeng BNI ini, imbuh Anang, BNI akan mengajak sejumlah SKPD untuk menunjukkan wilayah mana yang punya potensi. “Besok kami akan survei daerah-daerah yang diajukan dinas-dinas tersebut sebagai Kampoeng BNI,” kata Anang.
Sedangkan CSR- Rumah Kreatif adalah rumah tempat melatih anak-anak muda agar kreatif. Rumah kreatif ini akan menjadi inisiator bagi yang lain, termasuk UMKM. “Kami akan bangun banyak Rumah Kreatif ini lengkap dengan infrastruktur dan instrukturnya. Dengan adanya rumah kreatif ini harapan kami, tidak hanya barang yang dijual, tapi jasa pun juga dijual. Kami akan beri berbagai inspirasi agar tak henti berinovasi,” ujarnya.
Mendengar paparan tersebut, Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesra, Wiyono, menyambut baik program BNI tersebut. “Kami akan mengawal program ini hingga berhasil terlaksana dengan baik. Karena semua sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat Banyuwangi ke depan. Pemkab juga rajin mengajak BUMN yang lain untuk memberikan CSR nya sesuai dengan kebutuhan masyarakat Banyuwangi” pungkas Wiyono. (Humas & Protokol)
Banyuwangi Targetkan Kunjungan Wisman 50 Ribu wisatawan dan Lokal 2 Juta wisatawan
Pemkab Banyuwangi merevisi target kunjungan wisatawan mancanegara
(wisman) pada tahun 2016. Tahun lalu pemerintah daerah mentargetkan
kunjungan wisman hanya 25 ribu. Tahun ini target ini diniaikkan menjadi
50 ribu kunjungan wisatawan. Pemerintah daerah optimis bisa menggenjot
target wisman tahun 2016 sesuai target. Optimis tersebut diperkuat
capaian kunjungan wisatawan tahun lalu yang jauh melebihi target.
Bram menilai target yang dicanangkan tersebut cukup realistis melihat sepanjang tahun lalu ikon destinasi wisata Banyuwangi, yakni Gunung Ijen, terus dikunjungi wisatawan. “Kendala kita secara umum terletak pada low season sepanjang Oktober hingga Februari. Namun, kenyataannya, sepanjang tahun Ijen tidak pernah sepi,” beber Bram.
Strategi pemasaran yang dilakukan pemerintah daerah, kata Bram, sudah tepat. Meski demikian, penilaian tersebut belum selesai. “Jika kunjungan Januari hingga Maret di Ijen stabil, maka kita tinggal melanjutkan strategi pemasaran destinasi lain,” imbuh Bram.
Strategi untuk meningkatkan wisatawan masih sama dengan tahun lalu, yakni melakukan penguatan di bidang pemasaran. Tidak hanya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang memasarkan pariwisata, tapi seluruh bagian birokrasi berperan menjadi reinventing goverment .” Atau dengan kata lain pemerintah tidak hanya mengutamakan kinerja pelayanan umum, tapi juga membawa sifat wirausaha dengan mempromosikan dan mem-branding potensi yang dimiliki Banyuwangi,” ujar Bramuda.
Selain menggalakkan pemasaran, konsep wisata yang diusung pemerintah Banyuwangi, yakni ecotourism, mampu menjadi magnet bagi wisatawan. Ecotourism atau ekowisata adalah konsep wisata yang menyajikan potensi-potensi alam. “konsep tersebut dianggap sangan cocok dan diminati warga asing, terutama Eropa,” ucap Bram.
Saat ini warga negara Prancis dan China mendominasi kunjungan wisman di Banyuwangi. Tahun ini pemerintah akan menggarap sektor pariwisata di wilayah Banyuwangi Utara, yakni destinasi wisata Pulau Tabuhan. “Ada investor lokal yang akan mengelola Pulau Tabuhan. Tahun ini kita akan memaksimalkan sektor wilayah utara. Selama ini wisata kita hanya bertumpu di wilayah selatan, padahal potensinya sama besarnya,” katanya lagi.
Pemerintah juga masih mengandalkan even festival untuk menarik kunjungan wisatawan. Ada beberapa faktor yang menjadi daya tarik suatu daerah layak dijadikan tujuan berwisata. “Tahun ini kita juga menyiapkan sekitar 35 even. Itu untuk menarik orang agar tidak hanya melihat alam dan culture tapi juga festival,” pungkasnya. (Humas Protokol)
VIDEO Wisata2 Banyuwangi = https://www.youtube.com/channel/UC8a9uERwTNaAfH1SFm8JJ6w/videos
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), M Y Bramuda mengatakan, tahun lalu pemerintah daerah menetapkan target kunjungan wisman 25 ribu orang. Hingga akhir tahun realisasi kunjungan wisman mencapai 40 ribu lebih. Tidak hanya menaikkan target kunjungan wisman, tetapi juga wisatawan lokal menjadi 2 juta orang. “Tahun kemarin realisasi kunjungan wisatawan lokal melebihi target, yakni 1,7 juta. Tahun ini akan kita coba dua juta orang,”kata Bram.Bram menilai target yang dicanangkan tersebut cukup realistis melihat sepanjang tahun lalu ikon destinasi wisata Banyuwangi, yakni Gunung Ijen, terus dikunjungi wisatawan. “Kendala kita secara umum terletak pada low season sepanjang Oktober hingga Februari. Namun, kenyataannya, sepanjang tahun Ijen tidak pernah sepi,” beber Bram.
Strategi pemasaran yang dilakukan pemerintah daerah, kata Bram, sudah tepat. Meski demikian, penilaian tersebut belum selesai. “Jika kunjungan Januari hingga Maret di Ijen stabil, maka kita tinggal melanjutkan strategi pemasaran destinasi lain,” imbuh Bram.
Strategi untuk meningkatkan wisatawan masih sama dengan tahun lalu, yakni melakukan penguatan di bidang pemasaran. Tidak hanya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang memasarkan pariwisata, tapi seluruh bagian birokrasi berperan menjadi reinventing goverment .” Atau dengan kata lain pemerintah tidak hanya mengutamakan kinerja pelayanan umum, tapi juga membawa sifat wirausaha dengan mempromosikan dan mem-branding potensi yang dimiliki Banyuwangi,” ujar Bramuda.
Selain menggalakkan pemasaran, konsep wisata yang diusung pemerintah Banyuwangi, yakni ecotourism, mampu menjadi magnet bagi wisatawan. Ecotourism atau ekowisata adalah konsep wisata yang menyajikan potensi-potensi alam. “konsep tersebut dianggap sangan cocok dan diminati warga asing, terutama Eropa,” ucap Bram.
Saat ini warga negara Prancis dan China mendominasi kunjungan wisman di Banyuwangi. Tahun ini pemerintah akan menggarap sektor pariwisata di wilayah Banyuwangi Utara, yakni destinasi wisata Pulau Tabuhan. “Ada investor lokal yang akan mengelola Pulau Tabuhan. Tahun ini kita akan memaksimalkan sektor wilayah utara. Selama ini wisata kita hanya bertumpu di wilayah selatan, padahal potensinya sama besarnya,” katanya lagi.
Pemerintah juga masih mengandalkan even festival untuk menarik kunjungan wisatawan. Ada beberapa faktor yang menjadi daya tarik suatu daerah layak dijadikan tujuan berwisata. “Tahun ini kita juga menyiapkan sekitar 35 even. Itu untuk menarik orang agar tidak hanya melihat alam dan culture tapi juga festival,” pungkasnya. (Humas Protokol)
Mahasiswa Unmuh Jember Studi Manajemen Birokrasi Banyuwangi
Upaya Pemkab Banyuwangi dalam menerapkan manajemen
birokrasi dan reformasi birokrasi mampu menarik minat sejumlah pihak.
Puluhan mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Jember menjadikan
Banyuwangi sebagai obyek studi. Selama sehari penuh, Rabu (6/1)) mereka
khusus mencari tahu kiat dan strategi pemkab.
“Banyuwangi keren ya. Arsitektur kantor pemkabnya bagus banget, juga desain interior ruangan seperti Lounge Pelayanan Publik yang dilengkapi fasilitas IT ini,” kata Lusi, mahasiswa semester 3 FISIP Unmu Jember. Bukan hanya Lusi, mahasiswa yang lain pun nampak bergairah browsing berbagai informasi tentang Banyuwangi dan inovasi-inovasinya dari sejumlah layar yang memang disediakan di ruangan tersebut.
Bagi mereka, alasan pendirian lounge yang dimaksudkan untuk menghormati setiap tamu pemda dengan arsitektur ruangannya yang nyaman, sangat brilian. “Kami semua terkesima dengan interior lounge yang cozy. Enak sekali suasananya. Selain ada makanan khas yang bisa kita nikmati, kita juga bisa mengetahui seluruh informasi tentang Banyuwangi dari layanan publik online. Mana di depannya ada kolam ikan koi juga,” ujar Miftahul Jannah sambil berbinar.
Dikatakan dosen penanggung jawab mata kuliah Birokrasi Indonesia, Ria Angin, alasan memilih Banyuwangi sebagai obyek studi ini, karena takjub dengan keberhasilan Pemkab Banyuwangi dalam lima tahun terakhir. Hal itu terbukti dari beragam penghargaan yang berhasil diraih.
“Kami sudah terlalu sering mendengar kehebatan Banyuwangi melalui media. Makanya kami penasaran dan ingin membuktikan langsung dengan kuliah lapang di sini. Disini, para mahasiswa kami tugasi mencari tahu bagaimana Pemkab Banyuwangi menerapkan manajemen birokrasi dan reformasi birokrasinya . Setelah turun langsung dan melihat ini, memang Banyuwangi beda. Tidak ada ide “segila” ini dari daerah lain sepengetahuan saya,” ujar Ria.
Para mahasiswa yang diterima Kepala Badan Perencanaan Pembangunan daerah (BAPPEDA), Agus Siswanto tersebut juga mengikuti paparannya tentang berbagai capaian program pemkab dalam 5 tahun terakhir. (Humas Protokol)
“Banyuwangi keren ya. Arsitektur kantor pemkabnya bagus banget, juga desain interior ruangan seperti Lounge Pelayanan Publik yang dilengkapi fasilitas IT ini,” kata Lusi, mahasiswa semester 3 FISIP Unmu Jember. Bukan hanya Lusi, mahasiswa yang lain pun nampak bergairah browsing berbagai informasi tentang Banyuwangi dan inovasi-inovasinya dari sejumlah layar yang memang disediakan di ruangan tersebut.
Bagi mereka, alasan pendirian lounge yang dimaksudkan untuk menghormati setiap tamu pemda dengan arsitektur ruangannya yang nyaman, sangat brilian. “Kami semua terkesima dengan interior lounge yang cozy. Enak sekali suasananya. Selain ada makanan khas yang bisa kita nikmati, kita juga bisa mengetahui seluruh informasi tentang Banyuwangi dari layanan publik online. Mana di depannya ada kolam ikan koi juga,” ujar Miftahul Jannah sambil berbinar.
Dikatakan dosen penanggung jawab mata kuliah Birokrasi Indonesia, Ria Angin, alasan memilih Banyuwangi sebagai obyek studi ini, karena takjub dengan keberhasilan Pemkab Banyuwangi dalam lima tahun terakhir. Hal itu terbukti dari beragam penghargaan yang berhasil diraih.
“Kami sudah terlalu sering mendengar kehebatan Banyuwangi melalui media. Makanya kami penasaran dan ingin membuktikan langsung dengan kuliah lapang di sini. Disini, para mahasiswa kami tugasi mencari tahu bagaimana Pemkab Banyuwangi menerapkan manajemen birokrasi dan reformasi birokrasinya . Setelah turun langsung dan melihat ini, memang Banyuwangi beda. Tidak ada ide “segila” ini dari daerah lain sepengetahuan saya,” ujar Ria.
Para mahasiswa yang diterima Kepala Badan Perencanaan Pembangunan daerah (BAPPEDA), Agus Siswanto tersebut juga mengikuti paparannya tentang berbagai capaian program pemkab dalam 5 tahun terakhir. (Humas Protokol)
Banyuwangi Raih Jawara Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Sejumlah
program Banyuwangi yang berbasis transparansi publik Banyuwangi
mendapat apresiasi dari pemerintah pusat. Sejumlah inovasi pemkab
berhasil mengantarkannya menjadi jawara Nasional Rencana Aksi Daerah
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (RAD- PPK) 2014 dari Kementerian
Dalam Negeri.
Dikatakan
Agus, ada delapan rencana aksi dan dua inovasi Banyuwangi yang dinilai
Kemendagri sebagai upaya tindakan pencegahan & pemberantasan
korupsi. Di antaranya, pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP),
serta pelimpahan kewenangan penerbitan perizinan dan non perizinan di
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT).
Sedangkan
program inovasi yang dinilai sukses oleh Kemendagri mencegah upaya
korupsi adalah program drive thru Pajak Bumi dan Bangunan, sebuah sistem
yang memberikan kemudahan wajib pajak dalam melakukan pembayaran PBB.
Program yang kedua, kata dia, adalah pelaksanaan e-Advertising yaitu
memberikan kemudahan dalam pengendalian perizinan, pembayaran pajak,
maupun retribusi reklame.
“Mudah-mudahan
tahun ini Banyuwangi bisa mempertahankan prestasi bidang pencegahan
korupsi ini. Karena sejak Desember lalu, kita telah mengentry sejumlah
program yang disesuaikan dengan ukuran keberhasilan RAD- PPK, disertai
tiga inovasi baru," ujarnya.
Pemkab
juga menyertakan program penyediaan serta pemanfaatan Anjungan Layanan
Mandiri Pegawai. Sebuah layanan elektronik yang akan mengeluarkan
administrasi kepegawaian secara otomatis. (Humas Protokol)
Langganan:
Postingan (Atom)