Kementerian Pariwisata menggelontorkan dana Rp 1,5 miliar untuk
membantu pengembangan infrastruktur pariwisata di Grand Watu Dodol,
Banyuwangi. Dana itu akan digunakan untuk membangun sejumlah area
penunjang wisata pantai di Grand Watu Dodol, seperti fasilitas
pertunjukan (amphitheatre) dan penataan lansekap.
"Prospek pariwisata Banyuwangi sangat bagus, dan perlu terus
dikembangkan. Keberadaan destinasi wisata baru sangat penting agar
pilihan wisatawan juga semakin beragam. Oleh karena itu, kami membantu
pengembangan Grand Watu Dodol yang diproyeksikan menjadi salah satu
destinasi baru yang lebih menarik," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya
seusai melakukan pemberian secara simbolis dana dari Kemenpar ke Pemkab
Banyuwangi pada acara Diaspora Banyuwangi, Senin (20/7).
Arief mengatakan, salah satu kunci untuk mengembangkan pariwisata
adalah adanya atraksi/destinasi wisata yang mempunyai nilai jual. Hal
itu juga harus ditopang oleh amenitas alias infrastruktur penunjang
seperti restoran, kafe, hotel, money changer, dan sebagainya.
"Semoga apa yang bisa dibantu oleh Kementerian Pariwisata ini ikut
mempercepat pengembangan di Banyuwangi," ujar Arief. Selain dana untuk
pengembangan infrastruktur pariwisata, Kemenpar sebelumnya juga membantu
dana promosi pariwisata Banyuwangi sebesar Rp1,5 miliar.
Grand Watu Dodol yang mendapat bantuan dari Kemenpar adalah salah
satu destinasi anyar dalam bentuk rest area terintegrasi yang sedang
dibangun oleh Pemkab Banyuwangi. Destinasi ini langsung menghadap ke
laut dengan arsitektur unik lengkap dengan kafe, area pantai, area
bermain, dan gerai produk kreatif dari usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) Banyuwangi.
Terletak tak jauh dari jalur penyeberangan yang menghubungkan Banyuwangi
dan Bali, Grand Watu Dodol diikhtiarkan untuk "mencegat" wisatawan yang
hendak ke Bali melalui jalur penyeberangan Banyuwangi.
"Letak yang berdekatan dengan Bali adalah keunggulan komparatif
Banyuwangi dibanding daerah lain. Ada jutaan orang yang menyeberang ke
Bali lewat Banyuwangi, nah mereka itu kami ”tahan” dulu barang satu-dua
hari dengan berbagai strategi. Grand Watu Dodol bisa menjadi andalan.
Mereka yang mau ke Bali akan tertarik mampir ke sana. Spend uang
katakanlah Rp 500.000 per orang di sana, tinggal dikalikan berapa juta
orang yang akan menyeberang ke Bali dalam setahun. Ada perputaran uang
besar yang bakal meningkatkan ekonomi lokal kami," ujar Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Anas menambahkan, Grand Watu Dodol juga akan menjadi pendorong
pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Banyuwangi sebelah utara karena
masyarakat sekitar terutama UMKM dilibatkan untuk berjualan di lokasi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan M.
Yanuar Bramudya mengatakan, dana dari Kemenpar akan digunakan untuk
pembangunan amphitheatre atau stage pertunjukan guna memfasilitasi
pentas seni dan budaya dari sanggar-sanggar seni Banyuwangi. "Siapa pun
nanti bisa tampil disana. Amphitheatre dibangun senatural mungkin, di
antaranya dari pemilihan bahan dan desainnya,” kata Bramuda.
Dana bantuan dari Kemenpar juga akan digunakan untuk memasang
fasilitas lampu penerangan di Grand Watu Dodol. “Lampu penerangan akan
dipasang tidak hanya untuk menerangi wilayah pantai, tapi juga untuk
mempercantik landscape pantai. Akan kita sesuaian dengan karakter
pantainya,” jelasnya.
Saat ini, Grand Watu Dodol masih dalam tahap pengerjaan. Pemkab
Banyuwangi pada tahun ini telah menganggarkan dana Rp700 juta untuk
menata lansekap, membangun toilet, areal parkir, food court, memasang
tempat duduk di pinggir pantai dan memasang ornamen-ornamen pantai.
"Kita sudah memiliki grand design pengembangan Watu Dodol. Dengan
bantuan Kemenpar, bisa mempercepat pengerjaannya. Kami optimistis Grand
Watu Dodol akan bisa menjadi destinasi baru yang menarik wisatawan,”
ujar Bramuda. (Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar