Banyuwangi sekarang miliki tradisi
baru setiap libur Lebaran. Namanya Diaspora Banyuwangi, yakni
memfasilitasi pertemuan para perantau asal Banyuwangi di pendopo
kabupaten. Tradisi ini selalu sukses mengundang ratusan diaspora untuk
hadir. Mulai perantau yang datang dari dari Kalimantan, Jakarta,
Bandung, Batam, Bali hingga Taiwan. Tak ketinggalan, Menteri Pariwisata
RI Arief Yahya yang merupakan putra asli Banyuwangi ini hadir di
Pendopo Kabupaten, Senin (20/7).
Para diaspora Banyuwangi itu bersilaturahim bersama sekaligus
menikmati kuliner lokal seperti rujak soto, ayam kesrut, pecel pitik,
dan sego cawuk. Bukan hanya disuguhi masakan tradisional Banyuwangi,
para perantau juga diajak bernyanyi bersama lagu lawas Banyuwangi, Tanah
Kelahiran.
"Saya sangat terharu menyanyikan lagu ini. Benar-benar teringat masa
kecil kita dulu. Apalagi yang membawakan lagu itu Danang dengan suaranya
yang merdu," ujar Tri Agung, perantau asal Jakarta. Danang adalah
pemenang acara kompetisi musik Dangdut Akademi 2 salah satu televisi
nasional.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, forum diaspora
adalah bagian dari upaya mengonsolidasikan kekuatan dan potensi warga
Banyuwangi yang tinggal di luar kota. Berbagai latar belakang profesi
warga Banyuwangi dioptimalkan untuk membantu perkembangan daerah
berjuluk "The Sunrise of Java" tersebut.
"Forum diaspora Banyuwangi sudah tiga tahun terakhir ini kami
selenggarakan. Ini jadi ajang melepas kangen sekaligus menjaring masukan
untuk pembangunan daerah. Kami ingin, di mana pun para warga Banyuwangi
berada, di berbagai kota atau di luar negeri, mereka tetap bisa
berpikir dan berkontribusi untuk Banyuwangi," ujar Anas.
Anas menambahkan, diaspora Banyuwangi adalah jembatan untuk
memasarkan potensi produk dan wisata daerah. Para warga Banyuwangi di
berbagai daerah tetap bisa berkontribusi untuk pengembangan daerah.
Misalnya, yang berprofesi sebagai pengusaha, bisa membangun jejaring
pemasaran dengan pengusaha yang ada di Banyuwangi.
"Mereka juga diharapkan menjadi duta untuk memasarkan dan
mempromosikan produk UMKM serta destinasi wisata Banyuwangi," tutur
Bupati Anas.
Anas berharap, jamuan untuk para diaspora bisa ikut membangun cerita
positif tentang Banyuwangi. Daerahnya kini memang sedang giat berbenah
untuk menjadi destinasi wisata dan investasi. "Membangun perbincangan
positif di kalangan publik luas sangat penting untuk menarik minat
wisatawan dan investor," ujarnya.
Sementara itu, para diaspora yang datang ke pendopo mengaku senang
dengan gelaran acara ini. Karena selain bisa beramah tamah dan bertemu
sesama peratau, mereka menyatakan bisa melihat perkembangan Banyuwangi
dari sini.
Seperti yang dikatakan Dian Riftiana (51), perantau yang kini menjadi
wirausahawati asal Bali ini merasa terkesan dengan acara ini. “Dengan
berkumpul disini kita jadi tahu perkembangan Banyuwangi secara
menyeluruh. Ternyata Banyuwangi sangat kaya dan maju. Kita ada tambang
emas, wisatanya juga maju di luar dugaan saya. Dan yang terpenting isu
negatif pun mulai hilang,” kata Dian.
Selain para perantau, diaspora juga dihadri para perwakilan tokoh
lintas agama. Di antaranya, Romo Sabbas Sudiyono. Menurut pastur Gereja
Kaholik, Genteng ini pertemuan dengan dispora adalah agenda cerdas.
Artinya di acara ini semua yang hadir diajak berkontribusi memajukan
Banyuwangi.
“Ini acara sangat cerdas, bukan sekedar bertemu dan saling melepas
kangen. Tetapi memiliki visi misi yang jelas dengan tujuannya sangat
mengena bagi siapapun. Saya dua kali ikut diaspora, kemasannya bagus,
tidak membosankan. Apalagi kulinernya,” kata Romo asal Tulungagung ini.
(Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar