Hari Sabtu siang, ribuan masyarakat
mulai berbondong-bondong memadati Desa Kemiren. Tak hanya warga lokal,
namun masyarakat dari berbagai daerah dan beberapa wisatawan manca
negara juga ikut berjubel. Mereka berderet menyemut sambil bercengkerama
dan menikmati camilan yang dibawa dari rumah. Tak sedikit yang
menggunakan handphone dan kamera untuk berfoto-foto. Senyum ceria dan
raut muka sumringah menghiasi wajah mereka.
Pemandangan tersebut terlihat pada saat kegiatan ritual adat Barong
Ider Bumi digelar di desa Kemiren, Sabtu siang(18/7). Barong Ider Bumi
adalah upacara adat Suku Osing, suku asli Banyuwangi, yang dilaksanakan
setiap hari kedua bulan Syawal sesuai penanggalan Islam.
Ritual ini telah dilakukan masyarakat Desa Kemiren sejak ratusan tahun yang lalu. Konon, saat itu Desa Kemiren terkena pageblug (wabah
penyakit) dan bencana. Banyak orang yang pagi hari sakit sorenya
meninggal, atau malam sakit paginya sudah meninggal. Tidak hanya wabah
kematian yang menyerang warga, ratusan hektare sawah juga diserang hama
sehingga menyebabkan gagal panen.
Warga pun mengadakan tirakatan dan berdoa memohon petunjuk dari Yang
Maha Kuasa. Akhirnya salah seorang tetua adat Desa Kemiren yang bernama
Mbah Buyut Cili mendapatkan wangsit melalui mimpinya. Dalam mimpinya
disebutkan bahwa untuk mengusir penyakit dan hama yang melanda desa,
penduduk harus mengadakan selamatan kampung dengan menggelar ritual
arak-arakan barong untuk menolak datangnya bencana. Dan terbukti benar,
usai arak-arakan barong dilakukan, desa menjadi damai dan sejahtera.
Sejak saat itulah, ritual arak barong yang akhirnya di sebut Barong
Ider Bumi ini menjadi tradisi yang hanya bisa dijumpai di Desa Kemiren,
sebuah desa adat yang menjadi basis Suku Osing. Dalam ritual nya, barong
wajib diarak keliling desa dengan diiringi pembacaan macapat (tembang
Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan dan nenek moyang untuk
menolak bahaya yang mengancam keselamatan penduduk desa.
Barong adalah kostum dengan topeng dan asesoris yang merupakan
penggambaran hewan yang menakutkan. Barong ini dipercaya oleh masyarakat
Osing memiliki kemampuan untuk mengusir roh-roh jahat. Sehingga, dengan
melakukan ritual ini, mereka berharap mendapatkan keselamatan,
penyembuhan, kesuburan, dan pembersihan diri dari semua kesalahan yang
pernah mereka lakukan pada tahun sebelumnya.
Pada tanggal dua Syawal 1436 Hijriyah ini, tepat pukul 14.00 WIB
barong ider bumi dimulai. Acara tersebut diawali dengan ritual sembur otik-otik,
yakni ritual menyemburkan (menyebarkan ) uang receh yang dicampur
dengan beras kuning dan bunga yang melambangkan wujud syukur masyarakat
Desa Kemiren atas rejeki yang telah diterimanya.
Selepas ritual sembur otik-otik, seluruh warga langsung mengarak tiga
barong Osing yang diawali dari pusaran (gerbang masuk) desa ke arah
barat menuju tempat mangku barong sejauh dua kilometer. Selain warga,
para sesepuh juga ikut berjalan mengarak barong-barong tersebut sambil
membawa dupa dan melafalkan doa-doa untuk keselamatan seluruh warga. Tak
lupa, tabuhan musik khas Osing juga mengiringi. Sangat meriah namun
tetap sakral.
Setelah diarak sejauh dua kilometer, para Barong digiring kembali ke
pusaran untuk selamatan bersama. Nah di sinilah puncak acaranya, yakni
selamatan dengan menggunakan tumpeng pecel pitik (ayam kampung yang
dibakar dengan ditaburi kelapa) sebagai wujud rasa bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan keberkahan.
Tumpeng pecel pitik ditata rapi berjajar disepanjang jalan.
Masyarakat dan pengunjung yang menyaksikan langsung ritual sakral ini
langsung merapat tertip menglilingi tumpeng-tumpeng yang menggugah
selera itu. Setelah berdoa bersama, barulah mereka bisa menyantap
tumpeng pecel pitik bersama-sama.
Tokoh adat yang sekaligus ketua panitia event ini, Suhaimin,
mengatakan ritual ini akan tetap dilestarikan. Selain untuk memohon
keselamatan desa, juga agar dapat menjadi kekayaan budaya lokal
Banyuwangi. “Ritual ini merupakan penyelenggaraan yang ke 114. Terima
kasih atas dukungan pemda untuk melestarikan ritual adat desa kami.
Bahkan, kegiatan ini sudah dimasukkan dalam agenda Banyuwangi Festival,”
kata Suhaimi.
Setali tiga uang dengan Suhaimin, Plt Dinas Pariwisata, MY Bramuda
mengatakan pemdaakan terus mendukung pelestarian budaya lokal, salah
satunya Barong Ider Bumi ini. “Kami membantu agar pelaksanaannya bisa
tertib, aman dan lancar. Agar tidak ada kendaraan yang masih lalu lalang
saat ritual sudah dimulai, sehingga upacara adat ini bisa lebih
sakral,”ujar Bramuda yang juga menjelaskan bahwa meskipun pemda ikut
mendukung, namun pembiayaan dan kepanitiaan tetap dilakukan oleh
masyarakat desa setempat karena upacara adat ini adalah acara syukuran
mereka. (Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar