Aktivitas peringatan PSN itu diawali dari Minggu (21/2) pagi dengan
menggelar upacara di halaman Gelanggang Olah Raga (GOR). Upacara yang
diikuti ribuan petugas kebersihan itu dipimpin langsung Kepala DKP,
Arief Setyawan.
Dalam apel tersebut Arief mengatakan agar momen peringatan PSN ini
dijadikan acuan oleh seluruh masyarakat untuk lebih peduli kepada
lingkungan. Saat ini, lanjut dia, sampah menjadi masalah serius bagi
negara mana pun di belahan bumi ini. Kesadaran membuang sampah pada
tempatnya serta mengelola sampah dengan tepat sangat dibutuhkan untuk
mensolusi permasalahan tersebut.
“Saya harap kepedulian terhadap sampah bisa menjadi gerakan yang
masif. Kegiatan kerja bakti yang kita agendakan hari ini harus dijadikan
kebiasaan, dan dilakukan secara terus menerus. Tidak hanya saat
peringatan ini saja kita peduli, tapi besoknya sudah acuh lagi,” kata
Arief.
PSN tidak hanya diperingati oleh DKP saja, namun sejumlah komunitas
Merdeka Dari Sampah (MDS) turut menggelar upacara peringatan tersebut di
Taman Blambangan, yang dilanjutkan dengan aktivitas memungut sampah di
sepanjang jalanan kota. Sehari sebelumnya, Sabtu (20/2), DKP menggelar
upacara hari PSN di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bulusan Banyuwangi
bersama petugas kebersihan dan puluhan pemungut sampah.
Usai upacara langsung digelar kerja bakti akbar dengan menggandeng
beberapa instansi serta lembaga lainnya dan berbaur dengan masyarakat.
"Tadi pagi digelar kerja bakti massal dengan melibatkan seluruh
kecamatan di kota ini. Para camat memimpin warganya untuk kerja bakti di
wilayahnya masing-masing," jelas Arief.
Arief mengatakan, masyarakat perlu diajak berpikir bahwa perkara
sampah bukan sekedar tugas petugas kebersihan. Perubahan paradigma
masyarakat sangat penting dilakukan agar dalam kesehariannya itu bisa
mengakar budaya hidup bersih.
"Jangan berpikir Adipura sudah kita raih 3 kali, maka pekerjaan kita
selesai. Berapa pun banyaknya adipura yang kita koleksi, tidak akan
punya arti jika masih banyak warga kita yang tidak peduli sampah. Budaya
bersih dan bertekad untuk mereduksi sampah setiap harinya harus
tercipta di kota kita ini," katanya.
Arief mengatakan, saat ini di Banyuwangi masing-masing keluarga
membuang sampah setidaknya 2 kilogram tiap harinya. Praktis, TPA
Bulusan di Banyuwangi yang luasnya 1,5 hektar menerima kiriman sampah
sebanyak 600 ton perhari dari separuh (13) kecamatan di Banyuwangi.
Untuk mengedukasi masyarakat tentang pengurangan sampah, DKP pada
tahun ini menganggarkan pembelian 20 tungku Salikun. Incinerator
sederhana ini, kata Arief, akan di-drop di sejumlah desa sebagai contoh
bagi masyarakat lainnya.
"Tungku sederhana akan kami bagi ke desa-desa, dengan harapan warga
sekitar desa lainnya bisa membuat tungku semacam ini untuk mengurangi
dan mengelola sampahnya secara swadaya. Sehari bisa berkurang sampah 0,5
kg saja per keluarga sudah sangat berarti bagi lingkungan," jelas
Arief.
Sejak empat tahun terakhir, pemkab Banyuwangi juga telah melaksanakan
sejumlah program terkait pengurangan, penggunaan ulang hingga mendaur
ulang sampah. Seperti setiap minggu di sejumlah sekolah dasar secara
aktif siswanya membawa sampah rumahnya untuk disetorkan ke bank sampah,
di Banyuwangi juga sudah berdiri komunitas Merdeka dari Sampah yang
terus menunjukkan eksistensinya.
"Kami juga memiliki event Green dan Recycle Fashion. Sebuah ajang
fashion yang menampilkan busana-busana dari bahan daur ulang. Acara itu
juga sebagai wadah menampilkan beragam kerajianan dari material sampah
dari para ibu-ibu dasa wisma yang peduli lingkungan dan juga kreativitas
anak muda yang mampu mendesain sampah menjad bahan-bahan yang menarik,"
punkas Arief. (Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar