Video = https://www.youtube.com/watch?v=TqlucustSGI
Ikhwan
Arif, perintis Bangsring Underwater, memaparkan pengembangan kawasan di
Bangsring fini mengedepankan pelestarian alam. Dituturkannya, awalnya
terumbu karang di pesisir Pantai Bangsring sering kali di bom oleh
nelayan untuk mencari ikan.
Kondisi
terumbu yang rusak parah ini akhirnya menggugah para nelayan. Sejumlah
nelayan yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Samudera Bhakti mulai
menanam ulang terumbu karang. Mereka mulai sadar, terumbu yang rusak
otomatis merusak habitat ikan sehingga ikan pun menjadi jarang.
Terumbu
karang yang mulai tumbuh ini ternyata menjadi inspirasi bagi mereka
untuk dijadikan sebagai daya tarik wisatawan. Lantas, kelompok nelayan
tadi mendirikan Bangsring Underwater sebagai brand tempat wisata
tersebut. Awalnya Bangsring Underwater hanya menyediakan alat snorkeling
dan rumah apung.
Mengalami
perkembangan pesat, Bangsring Underwater pun melibatkan anggota yang
lebih luas dengan membuka penyewaan perahu ke Pulau Tabuhan serta
beberapa wahana permainan air, seperti kano, warung, parkir dan kamar
mandi juga disiapkan. "Di sini para wisatawan juga bisa berenang dengan
hiu-hiu kecil yang senagaja kami tangkarkan. Menambah nikmatya berwisata
ke Banyuwangi. Ke depannya, kita akan mengembangankan pengenipan dan
wisata khusus yang lebih privat," paparnya.
Sementara
itu, Sareh Wiyono, anggota rombongan BKSAP, mengapresiasi keberadaan
Bangsring Underwater. "Saya kira, tempat ini potensial. Mengelola alam
sebagai dsetinasi wisata," ungkapnya.
Terkait
dengan misi SDGs, Sareh menilai pola pengembangan pariwisata di
Banyuwangi pada umumnya, sudah sesuai dengan konsep SDGs. "Keterlibatan
masyarakat secara langsung dan mengedepankan pelestarian lingkungan ini
penting. Sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan," tukasnya.
(Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar