Arsitektur Bandara Blimbingsari yang sedang dalam proses pembangunan
mengundang apresiasi Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI.
Konsep green architectur (arsitektur hijau) yang diusung
Bandara Blimbingsari dinilai sebagai bentuk dari pembangunan
berkelanjutan. BKSAP sengaja datang ke Banyuwangi untuk melihat program
pemerintah daerah yang sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030 yang dicanangkan
PBB.
Ditemani Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, rombongan BKSAP
terjun langsung memantau progres pembangunan terminal VIP Bandara
Blimbingsari. Bangunan rancangan arsitek Andra Matin tersebut,
mengedepankan penggunaan energi sehemat mungkin. Menurut Anas, bandara
ini ke depannya akan meminimalisir penggunaan AC dan lampu di siang
hari. "Sengaja kami memakai kayu ulin sebagai sekat sehingga angin dan
cahaya bisa masuk. Jadi, bisa menghemat penggunaan AC dan lampu.
Kira-kira begitu," papar Anas.
Bandara Blimbingsari nantinya akan dihiasi dengan tumbuhan hijau dan
kolam-kolam ikan. Tumbuhan hijaunya tidak hanya berada dibagian dalam
saja, namun atap yang berbentuk setengah atap rumah adat Osing, juga
dihiasi dengan rumput-rumput hijau.
Inovasi infrastruktur yang hijau dan hemat energi pada pembangunan
Bandara Blimbingsari, menurut Sarwo Budi Wuryanti, salah satu anggota
BKSAP, telah sesuai dengan tujuan dari pembangunan berkelanjutan.
"Konsep bandara yang hijau dan hemat energi seperti ini, telah sesuai
dengan 17 tujuan SDGs. Yang mana salah satunya adalah inovasi
infrastruktur," tuturnya.
Pembangunan Bandara Blimbingsari tidak hanya mengusung konsep hijau
dan hemat energi namun juga menghemat biaya. Anas menuturkan bahwa
pembangunan bandara andalan masyarakat Banyuwangi tersebut hanya menelan
Rp 45 M. "Kita membangun ini hanya menggunakan dana APBD sebesar Rp 45
M. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan pembangunan bandara-bandara di
kota lain yang sampai ratusan milyar," beber Anas. (Humas &
Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar