Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pariwisata dikembangkan karena efektif dalam menggerakkan ekonomi. ”Bulan ini promosi dan bikin event, bulan depan sudah ada wisatawan yang berkunjung. Otomatis kalau berkunjung pasti keluarkan uang di Banyuwangi, mulai penginapan, makan, transportasi, oleh-oleh, dan sebagainya,” ujar Anas.
Sektor pariwisata digenjot karena terbukti ikut mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan per kapita Banyuwangi melonjak 62 persen dari Rp 20,8 juta (2010) menjadi Rp33,6 juta (2014), dan pada 2015 diprediksi bisa menembus Rp 38 juta. Pendapatan per kapita Banyuwangi sudah berhasil melampaui sejumlah kabupaten/kota di Jatim yang sebelumnya selalu di atas Banyuwangi.
”Sektor wisata juga menjadi pengungkit sektor lain seperti infrastruktur. Tahun ini target pembangunan dan perbaikan jalan kami sepanjang 800 kilometer. Beberapa destinasi wisata harus bagus aksesnya, kecuali yang memang dikonsep adventure. Di beberapa destinasi wisata, tahun ini kami bangun dan perbaiki aksesnya seperti di Pantai Bangsring,” ujarnya.
Geliat bisnis dan pariwisata tecermin dari lonjakan penumpang di Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang mencapai 1.308 persen dari hanya 7.826 penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015).
Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung di Banyuwangi pada tahun ini ditargetkan mencapai 50.000 orang, naik dibanding tahun lalu yang sekitar 40.000 orang. Adapun wisatawan domestik ditargetkan bisa menembus 2 juta orang dari posisi tahun lalu sebesar 1,7 juta. Jumlah wisatawan ini diverifikasi dari data hotel dan pengelola destinasi wisata.
Sektor-sektor yang berkaitan dengan pariwisata di Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga tumbuh pesat. Berdasarkan data BPS, nilai akomodasi dan makan-minum yang berkaitan dengan hotel dan bisnis kuliner meningkat sekitar 80 persen dari Rp 666 miliar (2010) menjadi Rp 1,19 triliun (2014). Total PDRB melonjak dari Rp 32,46 triliun menjadi Rp 53,37 triliun.
”Indikator ekonomi menunjukkan tren membaik. Gini ratio atau indikator kesenjangan di Banyuwangi sudah turun menjadi 0,29; semakin mendekati 0 semakin baik, sudah lebih baik dari rata-rata nasional maupun provinsi. Tapi tentu masih ada problem yang harus terus diperbaiki. Kami berharap sektor pariwisata melalui Banyuwangi Festival menjadi pengungkit bagi perbaikan di berbagai sektor,” kata Anas.
Contoh lain, lanjut Anas, adalah pengembangan SDM yang dijalankan mengiringi geliat pariwisata. Misalnya, Banyuwangi menggelar kursus bahasa asing gratis bagi warga di seluruh desa. Sukses berjalan tahun lalu, kursus itu bakal kembali digelar tahun ini. Demikian pula pendidikan formal di mana tahun ini mulai dibangun SMKN 2 Tegalsari dengan jurusan pariwisata dan batik. SMK baru ini hadir melengkapi SMK yang telah ada seperti SMKN 1 yang punya jurusan akomodasi perhotelan. ”Anak-anak SMKN 1 itu yang kini banyak membantu pengelolaan hotel-hotel di Banyuwangi. Ini bagian dari pengembangan SDM seiring dengan peningkatan sektor wisata,” kata Anas. (humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar