Sabtu siang, langit biru di kawasan Pantai Boom terlihat menarik.
Mulai dari Gandrung, Seblang, hingga kebo-keboan tampak mengangkasa
dengan indahnya dalam bentuk layang-layang. Layang-layang cantik
berukuran besar tersebut memeriahkan Banyuwangi Kite Festival yang
digelar di bibir pantai Boom, Sabtu (15/8).
VIDEO= https://www.youtube.com/watch?v=S7yRCe0OEm0
Festival ini memang tergolong istimewa, kali pertama digelar antusias
warga yang mengikuti lomba ini sangat besar. Ratusan peserta dari
segala usia turut memeriahkan lomba layangan ini. Bahkan, ada penyanyi
lagu Using “Layangan”, Catur Arum turut menerbangkan layangan hias.
"Wah saya senang sekali ada lomba seperti ini. Malah saya berharap
setiap tahun lomba semacam ini tetap diadakan. Saya bersama 10 orang
membuat layangan ini selama 10 hari,” kata Catur. Catur yang mewakili
kecamatan Banyuwangi ini menampilkan layang berbentuk omprok (mahkota)
Gandrung dengan diameter mencapai 2 meter.
Ragam corak layang-layang unik bermotif budaya khas Banyuwangi
ditampilkan dalam lomba layangan hias ini. Mulai dari Barong Banyuwangi,
Demit (setan) Alas Purwo, bentuk perahu layar hias, hingga
Gandrung. Bentuknya yang besar, sedikit membuat kerepotan peserta saat
akan menerbangkan layangannya.
“Butuh 5 orang untuk menerbangkan layang Seblang ini karena berat.
Untung angin di Pantai Boom ini kencang, sangat membantu layangan
terbang di udara,” kata Bambang Agus, salah satu peserta.
Kite Festival yang masuk rangkaian Banyuwangi Festival 2015 ini ada
tiga kategori yang dilombakan. Pertama, menerbangkan layangan ke udara.
Kedua, bendhetan (adu layangan di udara). Ketiga, adu sowangan (dengung
suara layangan-red). Layangan sowangan adalah layangan hias yang
berpendar di angkasa yang mengeluarkan bunyi atau suara yang didapatkan
dari tiupan angin
Bukan hanya peserta yang tampak gembira mengikuti permainan
tradisional khas Indonesia ini. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas
dan Wakilnya Yusuf Widyatmoko juga turut menerbangkan layangan hias.
“Sulit juga ya ternyata. Tidak semudah yang kita lihat. Apalagi saya
terakhir memainkannya saat SD dulu. Menyenangkan bisa memainkannya
lagi,” kata Anas.
Bupati Anas mengatakan, tujuan festival ini untuk menjadi pengingat
pada masyarakat terutama anak-anak yang kini mulai melupakan permainan
tradisional dan beralih pada gadget. Banyak filosofi yang didapat dari permainan ini. Mulai dari semangat kebersamaan dan mengasah kreativitas.
“Ini sebagai ruang alternatif bagi anak-anak, biar nggak main games
terus. Bermain layangan ini, otomatis juga meningkatkan adrenalin dalam
tubuh kita, sehingga mampu memicu tumbuhnya spirit dan kreativitas,"
kata Anas sesaat setelah menerbangkan layang-layang miliknya di Pantai
Boom.
Ragam khas corak budaya dalam layang-layang, kata Anas, merupakan
corak budaya hasil kreasi warga yang kelak bisa dijadikan cinderamata
khas Pantai Boom Banyuwangi. Melihat antusias warga yang terlibat dalam
acara ini, Bupati akan menjadikan festival ini sebagai agenda tahunan.
"Ini sudah menjadi tradisi masyarakat, karena tradisi maka
kegiatannya tidak mahal, tapi melibatkan banyak orang. Selain itu,
sesuai potensi geografis Banyuwangi yang garis pantainya sangat panjang,
cocok untuk festival semacam ini. Tinggal dikreasikan, jadinya menarik
kan?" imbuhnya.
Hingga sore menjelang, antusiasme peserta dan penonton menikmati
festival layang-layang masih tinggi. Meski terik matahari menyengat
mereka tetap menengadahkan wajahnya ke atas melihat aneka ragam layangan
yang sedang mengangkasa.
“Main layangan mengingatkan kebhinnekaan Indonesia, karena layangan
dihiasai beraneka bentuk dan warna. Namun satu jangan dilupakan, Pedhote Layangan seng dadi paran, tapi ojok sampe pedhot seduluran (Putusnya
layangan tak jadi masalah, namun jangan sampai putus
persaudaraan-red),” dendang Catur melantunkan sebait dalam lagu
Layangan-nya. (Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar