Pada tanggal 28 Agustus 2015 Kerja Bahkti jajaran PNS Kecamatan
Rogojampi yang bertempat di Wilayah Desa Kedaleman yang rencana untuk
garis Finish Gerak Jalan Tradisional yang menempuh jarak baik 17
kilometer maupun 45 kilometer dalam rangka Hari Ulang Tahun ke.70
Kemedekaan Rerpublik Indonesia Tahun 2015 Kabupaten Banyuwangi.
Panitia
Gerak Jalan Tradisional Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2015 menetapkan
garis Finish berada di wilayah Kecamatan Rogojampi. Gerak Jalan
Tradisonal yang menempuh jarak 45 Km mengambil garis Start di Lapangan
Desa Gambiran Kecamatan Gambiran dan Finish di depan Bank Rani Rogojampi
sedang Gerak Jalan Tradisional yang menempuh jarak 17 Km mengambil
garis Start di Lapangan Desa Benculok Kecamatan Cluring dan Finish di
depan Bank Rani Rogojampi.Jadi pada tahun 2015 kegiatan Gerak Jalan
Tradisional Tingkat Kabupaten Banyuwangi yang biasanya Finish di wilayah
Kota Banyuwangi pada Tahun 2015 dialihkan di wilayah kota Kecamatan
Rogojampi.
28 Agustus 2015
BAMBU CARNIVAL GINTANGAN
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke.70 Kemerdekaan Republik
Indonesia Tahun 2015 Panitia Peringatan Hari Ulang Tahun Republik
Indonesia Desa Gintangan Kecamatan Rogojampi pada tanggal 26 Agustus
2015 telah melaksanakan kegiatan Bambu Carnival Gintangan.
Kepala Desa Gintangan Rusdianah,AMd dalam kesempatan tersebut menjelaskan : peserta terdiri dari TK, SD, Mts, RT dan RW serta Dusun dan peserta sendiri mayoritas busanannya didominasi dari bahan bambu dimana Desa Gintangan merupakan centra industri anyaman bambu yang sudah dikenal di manca negara . Hadir dalam kegiatan tersebut : Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Forpimka Rogojampi, Kepala Desa Gintangan beserta perangkatnya serta warga masyarakat Desa Gintangan. Bambu Carnival Gintangan yang diberangkatkan oleh Camat Rogojampi yang didampingi Ka Polsek Rogojampi menempuh route perjalanan menyisiri jalan-jalan kampung yang ada di seputar Desa Gintangan dengan jumlah peserta ada 18 peserta dengan rata-rata satu peserta terdiri antara 100 sampai 200 peseonil.
Kepala Desa Gintangan Rusdianah,AMd dalam kesempatan tersebut menjelaskan : peserta terdiri dari TK, SD, Mts, RT dan RW serta Dusun dan peserta sendiri mayoritas busanannya didominasi dari bahan bambu dimana Desa Gintangan merupakan centra industri anyaman bambu yang sudah dikenal di manca negara . Hadir dalam kegiatan tersebut : Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Forpimka Rogojampi, Kepala Desa Gintangan beserta perangkatnya serta warga masyarakat Desa Gintangan. Bambu Carnival Gintangan yang diberangkatkan oleh Camat Rogojampi yang didampingi Ka Polsek Rogojampi menempuh route perjalanan menyisiri jalan-jalan kampung yang ada di seputar Desa Gintangan dengan jumlah peserta ada 18 peserta dengan rata-rata satu peserta terdiri antara 100 sampai 200 peseonil.
26 Agustus 2015
Tuhan dari Banyuwangi
Percaya atau tidak, di Banyuwangi ada warga bernama Tuhan. Bapak
beranak dua warga RT 001 RW 002 Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan
Licin, Banyuwangi, Jawa Timur itu kini usianya 42 tahun. Sehari-hari
Toha, sapaan akrab Tuhan, menafkahi keluarga dengan menjadi tukang kayu.
"Nama itu merupakan pemberian orangtua sejak lahir," kata Toha kepada Antara, Jumat (21/8).
Toha berusaha menyakinkan kebenaran nama uniknya tersebut dengan menunjukkan dua identitas, KTP dan SIM C kepada wartawan.
Ketika diamati lebih lanjut, keterangan yang tertera di kedua kartu tersebut benar adanya. Cuma bedanya yang di KTP foto Tuhan sebelum memiliki kumis, sedangkan yang di SIM C fotonya yang telah berkumis seperti penampilannya sekarang.
Tuhan lahir tanggal 30 Juni 1973 di Banyuwangi, beragama Islam dan berstatus kawin istrinya bernama Husnul Hotimah.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Tuhan merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Orangtuanya bernama Jumrah dan Dawiyah. Di antara saudara-saudaranya, cuma Toha yang namanya unik berbeda dari lainnya.
Saat ditanya alasan orangtua memberikannya nama Tuhan, Bapak dari Novita Sari dan Dwi Lestari ini enggak tahu pasti. Bahkan saat kedua orangtua masih hidup, Toha juga enggak dijelaskan keunikan itu, salah satu alasannya memang selama ini Toha juga enggak merasa aneh dengan namanya tersebut.
Semua menjadi ramai setelah identitasnya diketahui publik akhir-akhir ini. Bahkan di media sosial, nama unik Tuhan menjadi perbincangan
"Nama itu merupakan pemberian orangtua sejak lahir," kata Toha kepada Antara, Jumat (21/8).
Toha berusaha menyakinkan kebenaran nama uniknya tersebut dengan menunjukkan dua identitas, KTP dan SIM C kepada wartawan.
Ketika diamati lebih lanjut, keterangan yang tertera di kedua kartu tersebut benar adanya. Cuma bedanya yang di KTP foto Tuhan sebelum memiliki kumis, sedangkan yang di SIM C fotonya yang telah berkumis seperti penampilannya sekarang.
Tuhan lahir tanggal 30 Juni 1973 di Banyuwangi, beragama Islam dan berstatus kawin istrinya bernama Husnul Hotimah.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Tuhan merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Orangtuanya bernama Jumrah dan Dawiyah. Di antara saudara-saudaranya, cuma Toha yang namanya unik berbeda dari lainnya.
Saat ditanya alasan orangtua memberikannya nama Tuhan, Bapak dari Novita Sari dan Dwi Lestari ini enggak tahu pasti. Bahkan saat kedua orangtua masih hidup, Toha juga enggak dijelaskan keunikan itu, salah satu alasannya memang selama ini Toha juga enggak merasa aneh dengan namanya tersebut.
Semua menjadi ramai setelah identitasnya diketahui publik akhir-akhir ini. Bahkan di media sosial, nama unik Tuhan menjadi perbincangan
25 Agustus 2015
Gandrung dan Barong Using Banyuwangi Tampil di Jerman,Wakili Indonesia
Kesenian daerah Banyuwangi
mendapatkan kesempatan istimewa untuk tampil pada ajang bergengsi di
luar negeri. Kesenian tersebut adalah Kesenian Gandrung dan Barong Using
yang diundang sebagai salah satu kesenian yang mewakili Indonesia di
Frankfurt, Jerman pada 28-30 Agustus 2015.
Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bramuda mengatakan Banyuwangi mendapatkan undangan untuk menampilkan Kesenian Gandrung dan Barong Using di Jerman sebagai salah satu pengisi perhelatan budaya Indonesia yang menjadi tamu kehormatan (Guest of Honour) pada Frankfurt Book Fair 2015. “Ini adalah sebuah kohormatan dan kebanggaan bagi daerah yang diundang khusus mewakili Indonesia dalam ajang seni budaya internasional,” kata Bramuda.
Selama di Jerman, kata Bramuda tim kesenian Gandrung dan Barong Using akan tampil tiga hari berturut-turut tepatnya di Museumsurferfest, Frankfurt bersama dengan penampilan beberapa musisi kenamaan tanah air. Seperti Djaduk Ferianto dan Kua Etnika, Dwiki Dharmawan dan J-Flow. “Ini memang momen spesial, kesenian Banyuwangi diberi jadwal untuk tampil selama tiga hari berturut-turut. Sedangkan ada ada dua kesenian daerah lain yang tampil hanya satu hari saja,” ujarnya.
Dalam penampilan di Jerman nanti, lanjut Bramuda tim kesenian Gandrung dan Barong Using akan membawakan sejumlah tarian, antara lain Barong using Prejeng, Barong Using Gandrung, Jakripah dan pitik-pitikan formasi arak-arakan, Barong-Jakripah dan Paman Iris, Gandrung Profesional (Jejer-Gedhong-Paju) serta Jaran Goyang-Jaranan Buto-Kuntulan Ngarak Manten-Paju.
Tim Banyuwangi yang berangkat terdiri atas 11 orang. Mereka antara lain Gandrung Profesional, seniman, budayawan, pelawak, penari, pengrawit dan pembaca lontar. Tim ini dipimpin oleh penggiat budaya Using Aekanu Hariyono yang ditunjuk langsung oleh wartawan senior dan kolumnis budaya Goenawan Mohamad selaku Ketua 1 Guest of Honour organizing commite FBF. “ Penari Gandrung senior Temu Mustari juga menjadi salah satu personel tim yang ikut berangkat ke Jerman,” imbuh Bramuda.
Sebagai persiapan, sebelumnya grup seni Gandrung dan Barong Using Banyuwangi telah melakukan latihan bersama dengan tim Djaduk ferianto, Dwiki Dharmawan dan pengisi aacara yang lain di Teater Salihara Jakarta. Latihan ini dipantau langsung oleh Slamet Raharjo dan etnomusikolog dan seniman tari Endo Suanda. Tim dari Banyuwangi akan berangkat pada 25 Agustus dan kembali ke tanah air pada 31 Agustus.
“Semua properti untuk tampil juga dibawa langsung dari Banyuwangi ke Jerman mulai Barong Using, Pitik-pitikan, jaranan buto, kendang, gong, kethuk, angklung paglak, patrol sampai jedhor pantus,” pungkas Bramuda. (Humas Protokol)
Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bramuda mengatakan Banyuwangi mendapatkan undangan untuk menampilkan Kesenian Gandrung dan Barong Using di Jerman sebagai salah satu pengisi perhelatan budaya Indonesia yang menjadi tamu kehormatan (Guest of Honour) pada Frankfurt Book Fair 2015. “Ini adalah sebuah kohormatan dan kebanggaan bagi daerah yang diundang khusus mewakili Indonesia dalam ajang seni budaya internasional,” kata Bramuda.
Selama di Jerman, kata Bramuda tim kesenian Gandrung dan Barong Using akan tampil tiga hari berturut-turut tepatnya di Museumsurferfest, Frankfurt bersama dengan penampilan beberapa musisi kenamaan tanah air. Seperti Djaduk Ferianto dan Kua Etnika, Dwiki Dharmawan dan J-Flow. “Ini memang momen spesial, kesenian Banyuwangi diberi jadwal untuk tampil selama tiga hari berturut-turut. Sedangkan ada ada dua kesenian daerah lain yang tampil hanya satu hari saja,” ujarnya.
Dalam penampilan di Jerman nanti, lanjut Bramuda tim kesenian Gandrung dan Barong Using akan membawakan sejumlah tarian, antara lain Barong using Prejeng, Barong Using Gandrung, Jakripah dan pitik-pitikan formasi arak-arakan, Barong-Jakripah dan Paman Iris, Gandrung Profesional (Jejer-Gedhong-Paju) serta Jaran Goyang-Jaranan Buto-Kuntulan Ngarak Manten-Paju.
Tim Banyuwangi yang berangkat terdiri atas 11 orang. Mereka antara lain Gandrung Profesional, seniman, budayawan, pelawak, penari, pengrawit dan pembaca lontar. Tim ini dipimpin oleh penggiat budaya Using Aekanu Hariyono yang ditunjuk langsung oleh wartawan senior dan kolumnis budaya Goenawan Mohamad selaku Ketua 1 Guest of Honour organizing commite FBF. “ Penari Gandrung senior Temu Mustari juga menjadi salah satu personel tim yang ikut berangkat ke Jerman,” imbuh Bramuda.
Sebagai persiapan, sebelumnya grup seni Gandrung dan Barong Using Banyuwangi telah melakukan latihan bersama dengan tim Djaduk ferianto, Dwiki Dharmawan dan pengisi aacara yang lain di Teater Salihara Jakarta. Latihan ini dipantau langsung oleh Slamet Raharjo dan etnomusikolog dan seniman tari Endo Suanda. Tim dari Banyuwangi akan berangkat pada 25 Agustus dan kembali ke tanah air pada 31 Agustus.
“Semua properti untuk tampil juga dibawa langsung dari Banyuwangi ke Jerman mulai Barong Using, Pitik-pitikan, jaranan buto, kendang, gong, kethuk, angklung paglak, patrol sampai jedhor pantus,” pungkas Bramuda. (Humas Protokol)
Penasaran Aksi Peserta Karnaval, Masyarakat Penuhi Sepanjang Rute
Ribuan warga masyarakat Banyuwangi
memadati sepanjang rute yang dilalui peserta karnaval, Selasa (25/8).
Jalanan seolah tenggelam dipadati warga yang penasaran melihat aksi
peserta karnaval mulai garis start di depan Pemkab Banyuwangi hingga
finish di Taman Blambangan.
Saat melepas pawai tersebut, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan apresiasinya atas upaya, kerja keras dan kreatifitas para peserta karnaval. “Mudah-mudahan apa yang kita lakukan ini semakin menambah kecintaan kita kepada pejuang, tanah air dan membuktikan semangat kita dalam membangun Banyuwangi,” ujarnya. Bupati Anas juga berpesan agar kaum muda Banyuwangi tak berhenti berkreatifitas serta menjauhi narkoba dan terus bersemangat untuk mencetak prestasi.
Moment karnaval memang menjadi salah satu event yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat setiap bulan Agustus tiba.Tak heran jika masyarakat Banyuwangi begitu menantikan pawai tersebut. Sebab di dalamnya tersaji lengkap beragam performance art yang disuguhkan oleh masing-masing sekolah yang menjadi peserta. Apalagi karnaval kali ini diikuti oleh 24 kontingen yang berasal dari SMP/MTs, SMA/SMK dari Kecamatan Kota Banyuwangi, Giri, Glagah dan Kalipuro serta beberapa Perguruan Tinggi di Banyuwangi.
Karnaval ini diawali dengan penampilan barisan pengibar bendera merah putih dari SMAK Hikmah Mandala dan drumcorps Gema Alun Samudra dari Akademi Kelautan Banyuwangi (AKABA). Kemudian secara berturut-turut diikuti barisan di belakangnya. Beberapa sekolah terlihat tampil dengan membawakan drum band, diikuti penampilan kostum yang memvisualisasikan masa pra kemerdekaan, proklamasi, orde baru dan era reformasi. Ada juga ragam pakaian adat dan budaya, perjuangan dan seni, serta profesi dan olah raga.
Selain menampilkan Indonesia dalam bentuk mini lewat kostum bhinneka tunggal ika yang dikenakan, keanekaragaman potensi seni budaya yang dimiliki Banyuwangi juga tersaji dengan apik lewat kostum gandrung, kebo-keboan, seblang dan barongan.
Alunan musik khas Banyuwangi yang rancak semakin membuat pawai yang diadakan dalam rangka memeriahkan peringatan HUT RI ke-70 tersebut terkesan atraktif dan tidak membosankan. Tari-tarian kreasi baru semakin melengkapi tampilan karnaval yang diikuti pelajar, mahasiswa dan umum ini. Ada atraksi jaranan buto yang diselipi dengan aksi gandrung sewu dan teatrikal ngopi sepuluh ewu. Ada pula tarian jedhing rijig yang menggambarkan bagaimana mereka dengan gembira dan bersemangat membersihkan toilet. Uniknya, tiap penari membawa serta propertinya berupa ember, alat pel, dan sikat kamar mandi.
Tidak ketinggalan, ditampilkan pula fragmen-fragmen yang menceritakan perjuangan pejuang asli Banyuwangi yang demikian gigih mempertahankan kemerdekaan. Diantaranya perjuangan srikandhi Bumi Blambangan, Sayu Wiwit dan Rempeg Jogopati, fragmen perang puputan bayu. Ada pula perjuangan para pemuda Banyuwangi yang dikepung tentara Belanda hingga akhirnya mereka diselamatkan oleh penduduk yang tinggal di areal seputar kebun kopi, serta drama perjuangan pasukan 0032.
Karnaval kali ini banyak pula mengusung produk-produk daur ulang (re-use, reduce dan recycle), dimana koran-koran bekas disulap menjadi pakaian pesta yang cantik. Gelas-gelas air mineral bekas pun menjelma menjadi aksesoris yang menawan saat mereka kenakan sebagai hiasan pemanis.
Di tengah-tengah barisan pawai yang begitu panjang, bahkan hingga pukul 17.00 WIB belum usai, Bupati Anas kemudian ikut berjalan hingga akhir rute, dengan didampingi Forum Pimpinan Daerah, Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko, dan pejabat komponen Pemkab Banyuwangi.
Kesempatan itu tak disia-siakan orang nomor satu di Banyuwangi itu untuk menyapa masyarakat dari dekat dan melayani permintaan masyarakat untuk foto bersama. Bahkan bupati juga memberi contoh pada masyarakat agar tak membuang sampah sembarangan. Dengan membawa tas plastik, bupati memunguti sampah di jalanan yang dia lalui dan memasukkannya ke dalam tas plastik yang dibawanya. (Humas & Protokol)
Saat melepas pawai tersebut, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan apresiasinya atas upaya, kerja keras dan kreatifitas para peserta karnaval. “Mudah-mudahan apa yang kita lakukan ini semakin menambah kecintaan kita kepada pejuang, tanah air dan membuktikan semangat kita dalam membangun Banyuwangi,” ujarnya. Bupati Anas juga berpesan agar kaum muda Banyuwangi tak berhenti berkreatifitas serta menjauhi narkoba dan terus bersemangat untuk mencetak prestasi.
Moment karnaval memang menjadi salah satu event yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat setiap bulan Agustus tiba.Tak heran jika masyarakat Banyuwangi begitu menantikan pawai tersebut. Sebab di dalamnya tersaji lengkap beragam performance art yang disuguhkan oleh masing-masing sekolah yang menjadi peserta. Apalagi karnaval kali ini diikuti oleh 24 kontingen yang berasal dari SMP/MTs, SMA/SMK dari Kecamatan Kota Banyuwangi, Giri, Glagah dan Kalipuro serta beberapa Perguruan Tinggi di Banyuwangi.
Karnaval ini diawali dengan penampilan barisan pengibar bendera merah putih dari SMAK Hikmah Mandala dan drumcorps Gema Alun Samudra dari Akademi Kelautan Banyuwangi (AKABA). Kemudian secara berturut-turut diikuti barisan di belakangnya. Beberapa sekolah terlihat tampil dengan membawakan drum band, diikuti penampilan kostum yang memvisualisasikan masa pra kemerdekaan, proklamasi, orde baru dan era reformasi. Ada juga ragam pakaian adat dan budaya, perjuangan dan seni, serta profesi dan olah raga.
Selain menampilkan Indonesia dalam bentuk mini lewat kostum bhinneka tunggal ika yang dikenakan, keanekaragaman potensi seni budaya yang dimiliki Banyuwangi juga tersaji dengan apik lewat kostum gandrung, kebo-keboan, seblang dan barongan.
Alunan musik khas Banyuwangi yang rancak semakin membuat pawai yang diadakan dalam rangka memeriahkan peringatan HUT RI ke-70 tersebut terkesan atraktif dan tidak membosankan. Tari-tarian kreasi baru semakin melengkapi tampilan karnaval yang diikuti pelajar, mahasiswa dan umum ini. Ada atraksi jaranan buto yang diselipi dengan aksi gandrung sewu dan teatrikal ngopi sepuluh ewu. Ada pula tarian jedhing rijig yang menggambarkan bagaimana mereka dengan gembira dan bersemangat membersihkan toilet. Uniknya, tiap penari membawa serta propertinya berupa ember, alat pel, dan sikat kamar mandi.
Tidak ketinggalan, ditampilkan pula fragmen-fragmen yang menceritakan perjuangan pejuang asli Banyuwangi yang demikian gigih mempertahankan kemerdekaan. Diantaranya perjuangan srikandhi Bumi Blambangan, Sayu Wiwit dan Rempeg Jogopati, fragmen perang puputan bayu. Ada pula perjuangan para pemuda Banyuwangi yang dikepung tentara Belanda hingga akhirnya mereka diselamatkan oleh penduduk yang tinggal di areal seputar kebun kopi, serta drama perjuangan pasukan 0032.
Karnaval kali ini banyak pula mengusung produk-produk daur ulang (re-use, reduce dan recycle), dimana koran-koran bekas disulap menjadi pakaian pesta yang cantik. Gelas-gelas air mineral bekas pun menjelma menjadi aksesoris yang menawan saat mereka kenakan sebagai hiasan pemanis.
Di tengah-tengah barisan pawai yang begitu panjang, bahkan hingga pukul 17.00 WIB belum usai, Bupati Anas kemudian ikut berjalan hingga akhir rute, dengan didampingi Forum Pimpinan Daerah, Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko, dan pejabat komponen Pemkab Banyuwangi.
Kesempatan itu tak disia-siakan orang nomor satu di Banyuwangi itu untuk menyapa masyarakat dari dekat dan melayani permintaan masyarakat untuk foto bersama. Bahkan bupati juga memberi contoh pada masyarakat agar tak membuang sampah sembarangan. Dengan membawa tas plastik, bupati memunguti sampah di jalanan yang dia lalui dan memasukkannya ke dalam tas plastik yang dibawanya. (Humas & Protokol)
Banyuwangi Akan Jadi Lokasi Suting Film Tiongkok
Eksotisme Banyuwangi memikat hati
sineas Tiongkok. Para pembuat film Tiongkok itu berencana akan
menjadikan Banyuwangi sebagai lokasi suting film Twin Flower. Sebuah
film bertajuk drama komedi yang disutradarai Shujuan Liu.
Rombongan sineas yang tergabung dalam National Theatre of China itu berkunjung selama dua hari di Banyuwangi. Kedatangan mereka ke Banyuwangi ini difasilitasi langsung oleh Kementrian Pariwisata RI. Turut dalam rombongan tersebut Dajun Luo, playwright film director NTC Pictures Television, dan sutradara Sujuan Liu. Juga sejumlah produser dan perwakilan dari kementrian Tiongkok.
Dikatakan pemerhati budaya Indonesia - Tiongkok Hardinata Chung yang turut dalam rombongan, bahwa selama kunjungan para sineas tersebut merasa "surprise". Menurut mereka, Banyuwangi berbeda dengan Bali.
"Mereka kaget ternyata ada daerah yang bertetangga dengan Bali yang sama-sama indahnya, namun masih punya kelebihan lain. Budaya serta hubungan sosial antar masyarakatnya masih terasa kental. Ini yang bikin mereka ingin bikin lokasi suting di sini," ujar Hardy saat bertemu dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Pendopo, beberapa waktu lalu.
Selain itu, lanjut Hardy, alasan lain yang membuat mereka ingin membuat film di Banyuwangi lantaran kedekatan historis antara Tiongkok dan Banyuwangi. "Konon Kaisar Ming II diperkirakan pernah berkunjung ke Banyuwangi, bahkan ada yang bilang juga dimakamkan di sini," terang Hardy.
Beberapa bukti yang mereka lihat selama berkunjung di sini sangat mendukung dugaan mereka. "Model bangunan klentengnya, hingga corak kuno batik Banyuwangi memperkuat dugaan tersebut. Ada corak batiknya yang menyiratkan simbol-simbol kekaisaran," kata Hardy.
Selama ke Banyuwangi, rombongan sineas itu mengunjungi Klenteng Hoo Tong Bio, desa adat Kemiren, dan pusat kerajinan batik di daerah Cluring. Mereka juga sempat menyaksikan helatan Jazz Ijen 2015.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut gembira rencana itu. Bagi Anas, ini merupakan kesempatan bagi Banyuwangi untuk dikenal luas di seluruh daratan Tiongkok.
"Dengan hadirnya film ini, saya yakin dapat menarik wisatawan Tiongkok untuk datang ke Banyuwangi. Apalagi tadi dikatakan setiap tahunnya terdapat 150 juta wisatawan asal Tiongkok. Ini potensi besar bagi kita," ujar Anas. (Humas Protokol)
Rombongan sineas yang tergabung dalam National Theatre of China itu berkunjung selama dua hari di Banyuwangi. Kedatangan mereka ke Banyuwangi ini difasilitasi langsung oleh Kementrian Pariwisata RI. Turut dalam rombongan tersebut Dajun Luo, playwright film director NTC Pictures Television, dan sutradara Sujuan Liu. Juga sejumlah produser dan perwakilan dari kementrian Tiongkok.
Dikatakan pemerhati budaya Indonesia - Tiongkok Hardinata Chung yang turut dalam rombongan, bahwa selama kunjungan para sineas tersebut merasa "surprise". Menurut mereka, Banyuwangi berbeda dengan Bali.
"Mereka kaget ternyata ada daerah yang bertetangga dengan Bali yang sama-sama indahnya, namun masih punya kelebihan lain. Budaya serta hubungan sosial antar masyarakatnya masih terasa kental. Ini yang bikin mereka ingin bikin lokasi suting di sini," ujar Hardy saat bertemu dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Pendopo, beberapa waktu lalu.
Selain itu, lanjut Hardy, alasan lain yang membuat mereka ingin membuat film di Banyuwangi lantaran kedekatan historis antara Tiongkok dan Banyuwangi. "Konon Kaisar Ming II diperkirakan pernah berkunjung ke Banyuwangi, bahkan ada yang bilang juga dimakamkan di sini," terang Hardy.
Beberapa bukti yang mereka lihat selama berkunjung di sini sangat mendukung dugaan mereka. "Model bangunan klentengnya, hingga corak kuno batik Banyuwangi memperkuat dugaan tersebut. Ada corak batiknya yang menyiratkan simbol-simbol kekaisaran," kata Hardy.
Selama ke Banyuwangi, rombongan sineas itu mengunjungi Klenteng Hoo Tong Bio, desa adat Kemiren, dan pusat kerajinan batik di daerah Cluring. Mereka juga sempat menyaksikan helatan Jazz Ijen 2015.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut gembira rencana itu. Bagi Anas, ini merupakan kesempatan bagi Banyuwangi untuk dikenal luas di seluruh daratan Tiongkok.
"Dengan hadirnya film ini, saya yakin dapat menarik wisatawan Tiongkok untuk datang ke Banyuwangi. Apalagi tadi dikatakan setiap tahunnya terdapat 150 juta wisatawan asal Tiongkok. Ini potensi besar bagi kita," ujar Anas. (Humas Protokol)
19 Agustus 2015
Jazz Ijen Banyuwangi Sajikan View Selat Bali dan Nuansa Perkebunan
Kabupaten Banyuwangi kembali
menggelar Jazz Ijen Banyuwangi pada Sabtu (22/8/2015) di area perkebunan
Tamansari, Desa Jambu, Kecamatan Licin, tak jauh dari kaki Gunung Ijen.
Ini merupakan perhelatan kedua setelah tahun yang lalu event serupa
juga digelar sebagai bagian dari promosi pariwisata kabupaten berjuluk
The Sunrise of Java tersebut.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi M. Yanuar Bramuda mengatakan, Jazz Ijen Banyuwangi dikemas sebagai aksi bermusik untuk kemanusiaan dan pariwisata. Event yang digelar gratis ini, selain bertujuan untuk memopulerkan Gunung Ijen sebagai destinasi wisata unggulan Banyuwangi, juga sebagai ajang untuk membantu sesama.
”Event ini memang sengaja digelar di kawasan Ijen karena tujuannya untuk meningkatkan pengenalan publik terhadap wisata Banyuwangi dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal. Selain itu, acara ini juga diisi dengan penggalangan dana untuk aksi kemanusiaan,” ujar Bramuda.
Bramuda mengatakan, acara semacam ini merupakan salah satu bentuk pariwisata event (event tourism), yaitu konsep pengembangan pariwisata berbasis event. Banyuwangi sengaja mengusung konsep itu karena dinilai lebih cepat dalam mendorong kunjungan wisatawan. "Pariwisata event bisa memperpanjang siklus destinasi, sehingga wisatawan lebih lama tinggal di Banyuwangi, dan otomatis juga belanja uangnya bertambah. Misalnya, setelah mendaki Gunung Ijen melihat Jazz Ijen, atau sebaliknya," jelas Bramuda.
Berbeda dengan tahun lalu yang dihelat tepat di kaki Gunung Ijen, Jazz Ijen kali ini bakal dilaksanakan di daerah Perkebunan Tamansari. Selain lebih dekat lokasinya dari tengah kota Banyuwangi, view-nya juga lebih beragam. ”Dari kawasan perkebunan di sekitar Tamansari, penonton bisa melihat Selat Bali dan gemerlap kota Banyuwangi saat malam hari dari atas, jadi bisa dipastikan lebih seru. Jazz Ijen tahun ini menghadirkan paduan antara view lampu kota, Selat Bali, dan nuansa perkebunan serta pegunungan,” kata Bramuda.
Dia menambahkan, Jazz Ijen bakal menghadirkan sejumlah musisi terkemuka, seperti penyanyi kawakan Andre Hehanusa, Kerispatih, dan sejumlah kelompok musik lokal seperti LaLare Orkestra, yang seluruh personilnya anak-anak Banyuwangi.
”Acara dimulai sore hari sekitar pukul 15.00-20.00 WIB. Selain itu, sebelum acara akan digelar jazz sholawat. Musisi tradisional Banyuwangi akan berkolaborasi dengan para pelantun Sholawat,” ujar Bramuda.
Pagi hari sebelum acara dimulai, lanjut Nanin, event ini diawali dengan pemeriksaan kesehatan, donor darah, serta pengobatan gratis bagi warga sekitar. Tentu saja juga diperuntukkan bagi para penambang belerang yang sehari-hari beraktivitaas di Gunung Ijen.
Sembari menikmati para musisi dan pemandangan yang indah, para penonton dan wisatawan bisa menikmati kopi atau jajanan khas Banyuwangi yang sengaja disediakan di sejumlah stand di areal tersebut. Selain itu, tentu saja ada produk industri kreatif Banyuwangi yang dijajakan oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). (Humas Protokol)
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi M. Yanuar Bramuda mengatakan, Jazz Ijen Banyuwangi dikemas sebagai aksi bermusik untuk kemanusiaan dan pariwisata. Event yang digelar gratis ini, selain bertujuan untuk memopulerkan Gunung Ijen sebagai destinasi wisata unggulan Banyuwangi, juga sebagai ajang untuk membantu sesama.
”Event ini memang sengaja digelar di kawasan Ijen karena tujuannya untuk meningkatkan pengenalan publik terhadap wisata Banyuwangi dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal. Selain itu, acara ini juga diisi dengan penggalangan dana untuk aksi kemanusiaan,” ujar Bramuda.
Bramuda mengatakan, acara semacam ini merupakan salah satu bentuk pariwisata event (event tourism), yaitu konsep pengembangan pariwisata berbasis event. Banyuwangi sengaja mengusung konsep itu karena dinilai lebih cepat dalam mendorong kunjungan wisatawan. "Pariwisata event bisa memperpanjang siklus destinasi, sehingga wisatawan lebih lama tinggal di Banyuwangi, dan otomatis juga belanja uangnya bertambah. Misalnya, setelah mendaki Gunung Ijen melihat Jazz Ijen, atau sebaliknya," jelas Bramuda.
Berbeda dengan tahun lalu yang dihelat tepat di kaki Gunung Ijen, Jazz Ijen kali ini bakal dilaksanakan di daerah Perkebunan Tamansari. Selain lebih dekat lokasinya dari tengah kota Banyuwangi, view-nya juga lebih beragam. ”Dari kawasan perkebunan di sekitar Tamansari, penonton bisa melihat Selat Bali dan gemerlap kota Banyuwangi saat malam hari dari atas, jadi bisa dipastikan lebih seru. Jazz Ijen tahun ini menghadirkan paduan antara view lampu kota, Selat Bali, dan nuansa perkebunan serta pegunungan,” kata Bramuda.
Dia menambahkan, Jazz Ijen bakal menghadirkan sejumlah musisi terkemuka, seperti penyanyi kawakan Andre Hehanusa, Kerispatih, dan sejumlah kelompok musik lokal seperti LaLare Orkestra, yang seluruh personilnya anak-anak Banyuwangi.
”Acara dimulai sore hari sekitar pukul 15.00-20.00 WIB. Selain itu, sebelum acara akan digelar jazz sholawat. Musisi tradisional Banyuwangi akan berkolaborasi dengan para pelantun Sholawat,” ujar Bramuda.
Pagi hari sebelum acara dimulai, lanjut Nanin, event ini diawali dengan pemeriksaan kesehatan, donor darah, serta pengobatan gratis bagi warga sekitar. Tentu saja juga diperuntukkan bagi para penambang belerang yang sehari-hari beraktivitaas di Gunung Ijen.
Sembari menikmati para musisi dan pemandangan yang indah, para penonton dan wisatawan bisa menikmati kopi atau jajanan khas Banyuwangi yang sengaja disediakan di sejumlah stand di areal tersebut. Selain itu, tentu saja ada produk industri kreatif Banyuwangi yang dijajakan oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). (Humas Protokol)
Wantanas Explore Potensi Alam Banyuwangi uploader anak2 muda Banyuwangi di youtube
Potensi alam Banyuwangi yang luar
biasa mengundang ketertarikan Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas) untuk
datang ke kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini, Selasa malam (18/8).
Dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Wantanas, Letjend TNI Waris,
rombongan diterima Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Pendopo
Sabha Swagata Blambangan.
Dengan gamblang, Letjend Waris mengungkapkan tujuan kedatangannya bersama timnya. Pihaknya sengaja berkeliling di kota-kota di Pulau Jawa yang punya destinasi wisata berupa gunung. Termasuk di Jawa Timur yaitu Probolinggo, Pasuruan, Malang, Kediri, Bondowoso, Jember, Banyuwangi. “Kami terinspirasi gunung-gunung di Ekuador yang meski pun berapi, tapi keindahannya tersohor ke seantero dunia dan ramai didatangi pengunjung. Kedatangan wisatawan ke tempat tersebut secara otomatis akan mendongkrak perekonomian negara itu,” bebernya.
Karena itu, imbuh Letjend Waris, pihaknya akan menganalisis beberapa tempat wisata, khususnya yang berkaitan dengan pegunungan. “Hasil analisa tersebut akan dikaji secara mendalam supaya pemerintah bisa mereduksi jumlah pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan-perusahaan. Dengan begitu, nantinya mereka bisa mendapatkan pekerjaan baru dengan kami salurkan untuk bekerja di tempat-tempat wisata tersebut,”ujar Letjend Waris.
Banyuwangi masuk dalam jadwal kota yang dikunjungi, karena di dalamnya terdapat gunung Ijen dan Raung. “Banyuwangi itu punya beragam potensi yang indah untuk di-explore. Terutama gunung Ijen dan Raungnya,”beber Letjend Waris.
Dia mengaku awal ketertarikannya beserta timnya akan Banyuwangi bermula dari seringnya melihat tayangan youtube tentang potensi Banyuwangi. Tayangan youtube yang dilihatnya, diantaranya adalah Discovery Banyuwangi dan Banyuwangi Paradise, di samping tayangan-tayangan lain yang di-upload oleh anak-anak muda Banyuwangi.
Ijen dan Raung sendiri, katanya, merupakan dua dari beberapa gunung di Jawa Timur di samping Bromo, Semeru, Argopuro, Arjuna, Kelud yang sangat digemari wisatawan. Karena itu, dia khusus datang ke Banyuwangi untuk melihat lebih dekat gunung yang terkenal karena bluefire-nya itu.
Saat menerima kunjungan tersebut, Bupati Anas menyatakan apresiasinya. Orang nomor satu di Banyuwangi itu kemudian menuturkan upayanya memajukan pariwisata Banyuwangi. Saat pertama kali menjabat bersama Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko, tutur Bupati Anas, problem Banyuwangi terletak pada image. Dimana orang memandang Banyuwangi sebagai kota santet.
Belakangan, dengan berbagai upaya, seperti pengoperasian bandara, pembangunan jaringan-jaringan wifi, hingga mempromosikan pariwisata Banyuwangi yang berkonsep ecotourism ke dunia luar lewat youtube, nama Banyuwangi mulai dikenal luas, dan image kota santet pun hilang.
“Ini cara kami mempromosikan pariwisata Banyuwangi. Melipat jarak dengan dengan IT, sehingga dunia jadi flat,”tandas bupati.
Di depan rombongan Wantanas bupati juga menceriterakan mengapa konsep ekoturisme yang dipilih oleh Banyuwangi. “Banyuwangi itu khas. 40 persen wilayah kami terdiri atas taman nasional, perkebunan dan kehutanan. Karena itu kami putuskan pariwisata Banyuwangi harus beda dengan Malang atau Bali, yakni ecotourism,”ungkapnya.
Konsep ekoturisme akhirnya membuahkan hasil setelah diterapkan. Bahkan beberapa duta besar mulai tertarik datang ke Banyuwangi. “Kami tak akan pernah berhenti mengembangkan pariwisata Banyuwangi, termasuk untuk menjadikan sektor pertanian sebagai bagian menarik di dalamnya untuk diexplore. Dan pendidikan jadi bagian untuk menjadikan SDM-nya terdidik dan bisa mengembangkan pariwisata Banyuwangi menjadi lebih baik,”pungkas Bupati Anas.
Untuk diketahui, Wantanas adalah lembaga yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan pembinaan ketahanan nasional guna menjamin pencapaian tujuan dan kepentingan nasional Indonesia. Wantanas merupakan lembaga non struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. (Humas & Protokol)
Dengan gamblang, Letjend Waris mengungkapkan tujuan kedatangannya bersama timnya. Pihaknya sengaja berkeliling di kota-kota di Pulau Jawa yang punya destinasi wisata berupa gunung. Termasuk di Jawa Timur yaitu Probolinggo, Pasuruan, Malang, Kediri, Bondowoso, Jember, Banyuwangi. “Kami terinspirasi gunung-gunung di Ekuador yang meski pun berapi, tapi keindahannya tersohor ke seantero dunia dan ramai didatangi pengunjung. Kedatangan wisatawan ke tempat tersebut secara otomatis akan mendongkrak perekonomian negara itu,” bebernya.
Karena itu, imbuh Letjend Waris, pihaknya akan menganalisis beberapa tempat wisata, khususnya yang berkaitan dengan pegunungan. “Hasil analisa tersebut akan dikaji secara mendalam supaya pemerintah bisa mereduksi jumlah pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan-perusahaan. Dengan begitu, nantinya mereka bisa mendapatkan pekerjaan baru dengan kami salurkan untuk bekerja di tempat-tempat wisata tersebut,”ujar Letjend Waris.
Banyuwangi masuk dalam jadwal kota yang dikunjungi, karena di dalamnya terdapat gunung Ijen dan Raung. “Banyuwangi itu punya beragam potensi yang indah untuk di-explore. Terutama gunung Ijen dan Raungnya,”beber Letjend Waris.
Dia mengaku awal ketertarikannya beserta timnya akan Banyuwangi bermula dari seringnya melihat tayangan youtube tentang potensi Banyuwangi. Tayangan youtube yang dilihatnya, diantaranya adalah Discovery Banyuwangi dan Banyuwangi Paradise, di samping tayangan-tayangan lain yang di-upload oleh anak-anak muda Banyuwangi.
Ijen dan Raung sendiri, katanya, merupakan dua dari beberapa gunung di Jawa Timur di samping Bromo, Semeru, Argopuro, Arjuna, Kelud yang sangat digemari wisatawan. Karena itu, dia khusus datang ke Banyuwangi untuk melihat lebih dekat gunung yang terkenal karena bluefire-nya itu.
Saat menerima kunjungan tersebut, Bupati Anas menyatakan apresiasinya. Orang nomor satu di Banyuwangi itu kemudian menuturkan upayanya memajukan pariwisata Banyuwangi. Saat pertama kali menjabat bersama Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko, tutur Bupati Anas, problem Banyuwangi terletak pada image. Dimana orang memandang Banyuwangi sebagai kota santet.
Belakangan, dengan berbagai upaya, seperti pengoperasian bandara, pembangunan jaringan-jaringan wifi, hingga mempromosikan pariwisata Banyuwangi yang berkonsep ecotourism ke dunia luar lewat youtube, nama Banyuwangi mulai dikenal luas, dan image kota santet pun hilang.
“Ini cara kami mempromosikan pariwisata Banyuwangi. Melipat jarak dengan dengan IT, sehingga dunia jadi flat,”tandas bupati.
Di depan rombongan Wantanas bupati juga menceriterakan mengapa konsep ekoturisme yang dipilih oleh Banyuwangi. “Banyuwangi itu khas. 40 persen wilayah kami terdiri atas taman nasional, perkebunan dan kehutanan. Karena itu kami putuskan pariwisata Banyuwangi harus beda dengan Malang atau Bali, yakni ecotourism,”ungkapnya.
Konsep ekoturisme akhirnya membuahkan hasil setelah diterapkan. Bahkan beberapa duta besar mulai tertarik datang ke Banyuwangi. “Kami tak akan pernah berhenti mengembangkan pariwisata Banyuwangi, termasuk untuk menjadikan sektor pertanian sebagai bagian menarik di dalamnya untuk diexplore. Dan pendidikan jadi bagian untuk menjadikan SDM-nya terdidik dan bisa mengembangkan pariwisata Banyuwangi menjadi lebih baik,”pungkas Bupati Anas.
Untuk diketahui, Wantanas adalah lembaga yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan pembinaan ketahanan nasional guna menjamin pencapaian tujuan dan kepentingan nasional Indonesia. Wantanas merupakan lembaga non struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. (Humas & Protokol)
17 Agustus 2015
Banyuwangi Gelar Kompetisi Selancar Layang Internasional
Kabupaten Banyuwangi kembali
menggelar event pariwisata berbasis olahraga (sport tourism), selancar
layang (kite surfing) dan selancar angin (wind surfing) di Pulau
Tabuhan. Sebuah pulau dengan laut jernih dan pantai berpasir putih tak
jauh dari pusat kota Banyuwangi.
Event yang masuk rangkaian Banyuwangi Festival 2015 itu bakal digelar pada 22-23 Agustus 2015 dengan tajuk "Tabuhan Island Pro Kiteboarding" dan memperebutkan hadiah uang tunai Rp100 juta.
Sebanyak 40 peselancar layang dan angin asing akan ikut serta, antara lain berasal dari Belanda, Jerman, Austria, Prancis, Swedia, Finlandia, Rusia, Lithuania, Inggris, Brazil, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, dan Australia. Sebagai juri berasal dari Australia dan Belanda dengan race director Jeroen Van der Koiij dari Belanda.
Kite surfing dan wind surfing sendiri merupakan olahraga selancar yang mengandalkan angin berkecepatan tinggi hingga bisa melayangkan peselancar ke udara. Ini merupakan tahun kedua digelarnya event ini di Banyuwangi. Tahun lalu, event ini dikemas dalam trial game. Adapun tahun ini sudah dikemas dalam sebuah kompetisi profesional yang masuk dalam agenda Banyuwangi Festival 2015.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, event ini merupakan sebuah ikhtiar pemerintah daerah dalam mempromosikan destinasi wisata baru Pulau Tabuhan kepada khalayak luas. Pulau yang berada di Banyuwangi bagian utara ini menyimpan pesona yang belum diketahui banyak orang, yaitu pasir putih yang halus, air laut yang jernih dan biota lautnya yang menawan. Sangat layak untuk dipromosikan.
"Tidak hanya sekadar menjadi event promosi wisata, namun event ini sebagai salah satu cara menjadikan Pulau Tabuhan menjadi tujuan utama surfpoint bagi komunitas kitesurfing dan windsurfing internasional,” kata Bupati Anas.
Pulau Tabuhan memang menjadi tempat yang istimewa bagi para peselancar angin. Selain lautnya yang tanpa ombak, kecepatan angin di laut pulau ini berkisar 20-30 knot, sangat baik untuk bermain kitesurfing maupun windsurfing. “Pulau Tabuhan tempat paling bagus di Indonesia untuk main kitesurfing. Di Tabuhan angin keras setiap saat, tidak usah menunggu datangnya angin seperti di Bali,” kata Jeroen Van der Koiij.
Plt. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi mengatakan, bagi masyarakat yang ingin menyaksikan acara ini bisa mengambil paket wisata berperahu menuju Pulau Tabuhan dari startpoint di Pantai Grand New Watu Dodol dengan harga rata-rata Rp100.000. “Pantai ini menjadi pusat titik pemberangkatan dan pemulangan semua atlit maupun orang-orang yang akan menuju Pulau Tabuhan,” kata Wawan.
Para peserta dari mancanegara akan mulai datang di Banyuwangi pada Kamis, 20 Agustus. Pada Jumat mereka akan mulai berlatih menjajal angin di Pulau Tabuhan. “Mulai malam itu juga dan malam minggu mereka akan menginap di Pulau Tabuhan dan menikmati suasana malam di sana,” kata Wawan.
Di Pantai Watudodol dan Pulau Tabuhan, wisatawan juga menikmati berbagai jenis permainan air, snorkeling, dan berbagai jenis wisata lainnya.
Di hari yang sama, Sabtu 22 Agustus pukul 15.00 juga akan digelar Jazz Ijen di Perkebunan Lijen, Ijen Banyuwangi. Talent yang hadir antara lain Andre Hehanusa, Kerispatih, dan Lita Lia. (Humas Protokol)
Event yang masuk rangkaian Banyuwangi Festival 2015 itu bakal digelar pada 22-23 Agustus 2015 dengan tajuk "Tabuhan Island Pro Kiteboarding" dan memperebutkan hadiah uang tunai Rp100 juta.
Sebanyak 40 peselancar layang dan angin asing akan ikut serta, antara lain berasal dari Belanda, Jerman, Austria, Prancis, Swedia, Finlandia, Rusia, Lithuania, Inggris, Brazil, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, dan Australia. Sebagai juri berasal dari Australia dan Belanda dengan race director Jeroen Van der Koiij dari Belanda.
Kite surfing dan wind surfing sendiri merupakan olahraga selancar yang mengandalkan angin berkecepatan tinggi hingga bisa melayangkan peselancar ke udara. Ini merupakan tahun kedua digelarnya event ini di Banyuwangi. Tahun lalu, event ini dikemas dalam trial game. Adapun tahun ini sudah dikemas dalam sebuah kompetisi profesional yang masuk dalam agenda Banyuwangi Festival 2015.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, event ini merupakan sebuah ikhtiar pemerintah daerah dalam mempromosikan destinasi wisata baru Pulau Tabuhan kepada khalayak luas. Pulau yang berada di Banyuwangi bagian utara ini menyimpan pesona yang belum diketahui banyak orang, yaitu pasir putih yang halus, air laut yang jernih dan biota lautnya yang menawan. Sangat layak untuk dipromosikan.
"Tidak hanya sekadar menjadi event promosi wisata, namun event ini sebagai salah satu cara menjadikan Pulau Tabuhan menjadi tujuan utama surfpoint bagi komunitas kitesurfing dan windsurfing internasional,” kata Bupati Anas.
Pulau Tabuhan memang menjadi tempat yang istimewa bagi para peselancar angin. Selain lautnya yang tanpa ombak, kecepatan angin di laut pulau ini berkisar 20-30 knot, sangat baik untuk bermain kitesurfing maupun windsurfing. “Pulau Tabuhan tempat paling bagus di Indonesia untuk main kitesurfing. Di Tabuhan angin keras setiap saat, tidak usah menunggu datangnya angin seperti di Bali,” kata Jeroen Van der Koiij.
Plt. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi mengatakan, bagi masyarakat yang ingin menyaksikan acara ini bisa mengambil paket wisata berperahu menuju Pulau Tabuhan dari startpoint di Pantai Grand New Watu Dodol dengan harga rata-rata Rp100.000. “Pantai ini menjadi pusat titik pemberangkatan dan pemulangan semua atlit maupun orang-orang yang akan menuju Pulau Tabuhan,” kata Wawan.
Para peserta dari mancanegara akan mulai datang di Banyuwangi pada Kamis, 20 Agustus. Pada Jumat mereka akan mulai berlatih menjajal angin di Pulau Tabuhan. “Mulai malam itu juga dan malam minggu mereka akan menginap di Pulau Tabuhan dan menikmati suasana malam di sana,” kata Wawan.
Di Pantai Watudodol dan Pulau Tabuhan, wisatawan juga menikmati berbagai jenis permainan air, snorkeling, dan berbagai jenis wisata lainnya.
Di hari yang sama, Sabtu 22 Agustus pukul 15.00 juga akan digelar Jazz Ijen di Perkebunan Lijen, Ijen Banyuwangi. Talent yang hadir antara lain Andre Hehanusa, Kerispatih, dan Lita Lia. (Humas Protokol)
Banyuwangi Peringati Kemerdekaan Terbangkan Lampion di Pantai Boom
Peringati Hari Kemerdekan Republik Indonesia ke-70, warga Banyuwangi
merayakannya dengan cara yang istimewa. Sebanyak 1945 lampion dibagikan
ke semua warga untuk diterbangkan bersama-sama di Pantai Boom, Minggu
malam (16/8).
Video= https://www.youtube.com/watch?v=zee-9rtY7e0
Video= https://www.youtube.com/watch?v=zee-9rtY7e0
Jumlah
lampion itu sesuai dengan tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Malam
itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bersama ribuan warga
menyalakan lampion merah putih di bibir pantai Boom.
Angin
kencang yang berhembus di Pantai Boom malam itu membuat lampion-lampion
itu susah diterbangkan. "Wah susah juga ya menyalakan lampion ini.
Anginnya terlalu kencang," ujar Anas yang saat itu menyalakan lampion
bersama-sama forum pimpinan daerah.
Anas
menambahkan, kegiatan ini salah satu cara memperingati hari
kemerdekaan. "Ada nuansa gembira peringatan kali ini. Namun moment
Kemerdekaan ini juga harus jadi motivasi kita untuk bekerja lebih keras.
Dengan kebersamaan yang terjaga selama ini, semoga bangsa ini,
khususnya Banyuwangi, lebih maju lagi," kata Anas.
Pelepasan
lampion kemerdekaan ini mendapat antusiasme yang tinggi dari warga.
Selepas Maghrib ribuan warga datang ke pantai karena ingin ikut dan
penasaran bagaimana menerbangkan lampion terbang.
"Saya
datang Ke Boom ini memang penasaran dan ingin tahu rasanya menerbangkan
lampion. Meski susah terbang, tapi saya berhasil menerbangkannya," kata
Yulia pelajar SMP 5 Banyuwangi. (Humas protokol)
16 Agustus 2015
Gandrung, Seblang, dan Barong Mengangkasa di Pantai Boom
Sabtu siang, langit biru di kawasan Pantai Boom terlihat menarik.
Mulai dari Gandrung, Seblang, hingga kebo-keboan tampak mengangkasa
dengan indahnya dalam bentuk layang-layang. Layang-layang cantik
berukuran besar tersebut memeriahkan Banyuwangi Kite Festival yang
digelar di bibir pantai Boom, Sabtu (15/8).
VIDEO= https://www.youtube.com/watch?v=S7yRCe0OEm0
Festival ini memang tergolong istimewa, kali pertama digelar antusias warga yang mengikuti lomba ini sangat besar. Ratusan peserta dari segala usia turut memeriahkan lomba layangan ini. Bahkan, ada penyanyi lagu Using “Layangan”, Catur Arum turut menerbangkan layangan hias.
"Wah saya senang sekali ada lomba seperti ini. Malah saya berharap setiap tahun lomba semacam ini tetap diadakan. Saya bersama 10 orang membuat layangan ini selama 10 hari,” kata Catur. Catur yang mewakili kecamatan Banyuwangi ini menampilkan layang berbentuk omprok (mahkota) Gandrung dengan diameter mencapai 2 meter.
Ragam corak layang-layang unik bermotif budaya khas Banyuwangi ditampilkan dalam lomba layangan hias ini. Mulai dari Barong Banyuwangi, Demit (setan) Alas Purwo, bentuk perahu layar hias, hingga Gandrung. Bentuknya yang besar, sedikit membuat kerepotan peserta saat akan menerbangkan layangannya.
“Butuh 5 orang untuk menerbangkan layang Seblang ini karena berat. Untung angin di Pantai Boom ini kencang, sangat membantu layangan terbang di udara,” kata Bambang Agus, salah satu peserta.
Kite Festival yang masuk rangkaian Banyuwangi Festival 2015 ini ada tiga kategori yang dilombakan. Pertama, menerbangkan layangan ke udara. Kedua, bendhetan (adu layangan di udara). Ketiga, adu sowangan (dengung suara layangan-red). Layangan sowangan adalah layangan hias yang berpendar di angkasa yang mengeluarkan bunyi atau suara yang didapatkan dari tiupan angin
Bukan hanya peserta yang tampak gembira mengikuti permainan tradisional khas Indonesia ini. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Wakilnya Yusuf Widyatmoko juga turut menerbangkan layangan hias. “Sulit juga ya ternyata. Tidak semudah yang kita lihat. Apalagi saya terakhir memainkannya saat SD dulu. Menyenangkan bisa memainkannya lagi,” kata Anas.
Bupati Anas mengatakan, tujuan festival ini untuk menjadi pengingat pada masyarakat terutama anak-anak yang kini mulai melupakan permainan tradisional dan beralih pada gadget. Banyak filosofi yang didapat dari permainan ini. Mulai dari semangat kebersamaan dan mengasah kreativitas.
“Ini sebagai ruang alternatif bagi anak-anak, biar nggak main games terus. Bermain layangan ini, otomatis juga meningkatkan adrenalin dalam tubuh kita, sehingga mampu memicu tumbuhnya spirit dan kreativitas," kata Anas sesaat setelah menerbangkan layang-layang miliknya di Pantai Boom.
Ragam khas corak budaya dalam layang-layang, kata Anas, merupakan corak budaya hasil kreasi warga yang kelak bisa dijadikan cinderamata khas Pantai Boom Banyuwangi. Melihat antusias warga yang terlibat dalam acara ini, Bupati akan menjadikan festival ini sebagai agenda tahunan.
"Ini sudah menjadi tradisi masyarakat, karena tradisi maka kegiatannya tidak mahal, tapi melibatkan banyak orang. Selain itu, sesuai potensi geografis Banyuwangi yang garis pantainya sangat panjang, cocok untuk festival semacam ini. Tinggal dikreasikan, jadinya menarik kan?" imbuhnya.
Hingga sore menjelang, antusiasme peserta dan penonton menikmati festival layang-layang masih tinggi. Meski terik matahari menyengat mereka tetap menengadahkan wajahnya ke atas melihat aneka ragam layangan yang sedang mengangkasa.
“Main layangan mengingatkan kebhinnekaan Indonesia, karena layangan dihiasai beraneka bentuk dan warna. Namun satu jangan dilupakan, Pedhote Layangan seng dadi paran, tapi ojok sampe pedhot seduluran (Putusnya layangan tak jadi masalah, namun jangan sampai putus persaudaraan-red),” dendang Catur melantunkan sebait dalam lagu Layangan-nya. (Humas Protokol)
VIDEO= https://www.youtube.com/watch?v=S7yRCe0OEm0
Festival ini memang tergolong istimewa, kali pertama digelar antusias warga yang mengikuti lomba ini sangat besar. Ratusan peserta dari segala usia turut memeriahkan lomba layangan ini. Bahkan, ada penyanyi lagu Using “Layangan”, Catur Arum turut menerbangkan layangan hias.
"Wah saya senang sekali ada lomba seperti ini. Malah saya berharap setiap tahun lomba semacam ini tetap diadakan. Saya bersama 10 orang membuat layangan ini selama 10 hari,” kata Catur. Catur yang mewakili kecamatan Banyuwangi ini menampilkan layang berbentuk omprok (mahkota) Gandrung dengan diameter mencapai 2 meter.
Ragam corak layang-layang unik bermotif budaya khas Banyuwangi ditampilkan dalam lomba layangan hias ini. Mulai dari Barong Banyuwangi, Demit (setan) Alas Purwo, bentuk perahu layar hias, hingga Gandrung. Bentuknya yang besar, sedikit membuat kerepotan peserta saat akan menerbangkan layangannya.
“Butuh 5 orang untuk menerbangkan layang Seblang ini karena berat. Untung angin di Pantai Boom ini kencang, sangat membantu layangan terbang di udara,” kata Bambang Agus, salah satu peserta.
Kite Festival yang masuk rangkaian Banyuwangi Festival 2015 ini ada tiga kategori yang dilombakan. Pertama, menerbangkan layangan ke udara. Kedua, bendhetan (adu layangan di udara). Ketiga, adu sowangan (dengung suara layangan-red). Layangan sowangan adalah layangan hias yang berpendar di angkasa yang mengeluarkan bunyi atau suara yang didapatkan dari tiupan angin
Bukan hanya peserta yang tampak gembira mengikuti permainan tradisional khas Indonesia ini. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Wakilnya Yusuf Widyatmoko juga turut menerbangkan layangan hias. “Sulit juga ya ternyata. Tidak semudah yang kita lihat. Apalagi saya terakhir memainkannya saat SD dulu. Menyenangkan bisa memainkannya lagi,” kata Anas.
Bupati Anas mengatakan, tujuan festival ini untuk menjadi pengingat pada masyarakat terutama anak-anak yang kini mulai melupakan permainan tradisional dan beralih pada gadget. Banyak filosofi yang didapat dari permainan ini. Mulai dari semangat kebersamaan dan mengasah kreativitas.
“Ini sebagai ruang alternatif bagi anak-anak, biar nggak main games terus. Bermain layangan ini, otomatis juga meningkatkan adrenalin dalam tubuh kita, sehingga mampu memicu tumbuhnya spirit dan kreativitas," kata Anas sesaat setelah menerbangkan layang-layang miliknya di Pantai Boom.
Ragam khas corak budaya dalam layang-layang, kata Anas, merupakan corak budaya hasil kreasi warga yang kelak bisa dijadikan cinderamata khas Pantai Boom Banyuwangi. Melihat antusias warga yang terlibat dalam acara ini, Bupati akan menjadikan festival ini sebagai agenda tahunan.
"Ini sudah menjadi tradisi masyarakat, karena tradisi maka kegiatannya tidak mahal, tapi melibatkan banyak orang. Selain itu, sesuai potensi geografis Banyuwangi yang garis pantainya sangat panjang, cocok untuk festival semacam ini. Tinggal dikreasikan, jadinya menarik kan?" imbuhnya.
Hingga sore menjelang, antusiasme peserta dan penonton menikmati festival layang-layang masih tinggi. Meski terik matahari menyengat mereka tetap menengadahkan wajahnya ke atas melihat aneka ragam layangan yang sedang mengangkasa.
“Main layangan mengingatkan kebhinnekaan Indonesia, karena layangan dihiasai beraneka bentuk dan warna. Namun satu jangan dilupakan, Pedhote Layangan seng dadi paran, tapi ojok sampe pedhot seduluran (Putusnya layangan tak jadi masalah, namun jangan sampai putus persaudaraan-red),” dendang Catur melantunkan sebait dalam lagu Layangan-nya. (Humas Protokol)
14 Agustus 2015
Festival LAyang-layang akan Dimulai Besok pukul 07.00
Sehari menjelang pelaksanaan Banyuwangi Kite Festival yang akan
dihelat besok Sabtu 15 Agustus, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas
meninjau kesiapannya di Pantai Boom, Jumat (14/8). Mulai melihat lokasi
pelaksanaan, layang-layang yang akan dilombakan, hingga stand pameran
layangan yang ada.
Terkait pelaksanaannya, Anas mengatakan bahwa persiapannya sudah 90 persen. Tinggal mengatur hal-hal teknis terkait kedatangan warga yang akan menonton. "Besok pasti Boom bakal ramai. Tolong parkirnya ditertibkan. Besok kendaraan dilarang masuk, parkir sampai pintu masuk saja. Ini agar festival layang-layang ini bisa dinikmati semua warga," kata Anas.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi menjelaskan bahwa festival layang-layang yang akan digelar 15 Agustus besok itu akan dimulai pukul 07.00. Dimulai dari lomba mewarnai dan meghias layang-layang oleh 1000 anak TK - SD. PAda pukul 08.00, akan dimulai terlebih dulu lomba bandhetan umum.
"Selanjutnya pada pukul 09.00 acara akan dibuka Bupati Anas yang akan disusul dengan lomba kategori menerbangkan layangan hias ke udara. Kategori ini diperkirakan berlangsung sampai pukul 15.00," ujar Wawan.
Sore harinya, lanjut Wawan, sekitar pukul 15.00 juga akan dilombakan bandhetan antar SKPD. Pada malam harinya pukul 18.00, festival layang layang sowangan akan dimulai.
Sekadar diketahui, Banyuwangi Kite Festival ini ada tiga kategori yang dilombakan. Pertama menerbangkan layangan ke udara, berapa lama layangan itu bisa terbang dan sampai dimana tingkat kesulitannya. Kedua, sambitan atau saling menggesek antar benang layangan di udara. Ketiga, adu sowangan (dengung suara layangan-red). Layangan sowangan adalah layangan hias yang berpendar di angkasa yang mengeluarkan bunyi atau suara yang didapatkan dari tiupan angin. (Humas Protokol)
VIDEO= https://www.youtube.com/watch?v=S7yRCe0OEm0
Saat meninjau lokasi, Anas meminta agar panitia menyediakan lahan yang lebih luas bagi warga yang akan menyaksikan festival layang-layang tersebut. "Tolong stand pameran dimundurkan 3 meter, agar penonton lebih leluasa melihatnya. Selain itu, ini juga agar peserta lebih banyak ruang untuk menaikkan layangan. Apalagi layangannya banyak yang besar," kata Anas.Terkait pelaksanaannya, Anas mengatakan bahwa persiapannya sudah 90 persen. Tinggal mengatur hal-hal teknis terkait kedatangan warga yang akan menonton. "Besok pasti Boom bakal ramai. Tolong parkirnya ditertibkan. Besok kendaraan dilarang masuk, parkir sampai pintu masuk saja. Ini agar festival layang-layang ini bisa dinikmati semua warga," kata Anas.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi menjelaskan bahwa festival layang-layang yang akan digelar 15 Agustus besok itu akan dimulai pukul 07.00. Dimulai dari lomba mewarnai dan meghias layang-layang oleh 1000 anak TK - SD. PAda pukul 08.00, akan dimulai terlebih dulu lomba bandhetan umum.
"Selanjutnya pada pukul 09.00 acara akan dibuka Bupati Anas yang akan disusul dengan lomba kategori menerbangkan layangan hias ke udara. Kategori ini diperkirakan berlangsung sampai pukul 15.00," ujar Wawan.
Sore harinya, lanjut Wawan, sekitar pukul 15.00 juga akan dilombakan bandhetan antar SKPD. Pada malam harinya pukul 18.00, festival layang layang sowangan akan dimulai.
Sekadar diketahui, Banyuwangi Kite Festival ini ada tiga kategori yang dilombakan. Pertama menerbangkan layangan ke udara, berapa lama layangan itu bisa terbang dan sampai dimana tingkat kesulitannya. Kedua, sambitan atau saling menggesek antar benang layangan di udara. Ketiga, adu sowangan (dengung suara layangan-red). Layangan sowangan adalah layangan hias yang berpendar di angkasa yang mengeluarkan bunyi atau suara yang didapatkan dari tiupan angin. (Humas Protokol)
Sambut Kemerdekaan, Banyuwangi Akan Lepas 1945 Lampion Kemerdekaan
Memperingati Hari kemerdekaan RI ke
70, Pemkab Banyuwangi akan memperingatinya dengan cara yang istimewa.
Yakni dengan melepas ribuan lampion ke udara yang jumlahnya sebanyak
angka tahun kemerdekaan, yakni 1945, di Pantai Boom, Minggu besok
(16/8). Uniknya lagi lampion itu akan ditulisi berbagai doa dan harapan
dari masyarakat yang hadir untuk kemajuan Banyuwangi dan Indonesia di
masa mendatang.
Acara yang digelar untuk pertama kalinya ini akan berlangsung tepatnya pada tanggal 16 Agustus, malam hari pk. 19.00 WIB. Ribuan lampion berwarna merah dan putih yang telah disediakan, akan dibagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir di Pantai Boom. Sebelum lampion-lampion dinyalakan dan diterbangkan, setiap orang akan menuliskan doa dan harapannya di atas kertas lampion.
“Sebelum memasuki tanggal 17 Agustus, kami ingin mengajak seluruh masyakat memberikan do’a dan harapan yang terbaik untuk Banyuwangi dan bangsa Indonesia. Itu sebagai perlambang bahwa harapan setiap orang yang hadir adalah harapan tertingginya akan kemajuan bangsa ini,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Pelepasan lampion ke udara ini juga sebagai tanda semangat untuk meraih harapan dan cita-cita yang tinggi dari masyarakat Banyuwangi untuk ikut memajukan daerah. Jumlahnya yang mencapai ribuan menandakan bahwa semua masyarakat akan bersama-sama secara gotong royong terlibat dalam proses kemajuan daerah. “ Banyuwangi butuh keterlibatan segenap rakyat untuk menjadi daerah yang semakin maju dan sejahtera,” cetus Anas.
Sebelum melepas lampion, pada tanggal 16 Agustus sore hari tepatnya mulai pukul 15.00 akan diadakan syukuran kemerdekaan dengan acara kenduren kemerdekaan massal di Jalan Sri Tanjung tepat di depan Pendopo Sabha Swagata. Segenap masyarakat Banyuwangi juga diundang untuk mengikuti acara ini. ”Semua orang boleh datang dan menikmati tumpeng yang disediakan oleh Pemkab. Di sini kita juga akan bersama-sama mendoakan Banyuwangi,” imbuh Anas. (Humas Protokol)
Acara yang digelar untuk pertama kalinya ini akan berlangsung tepatnya pada tanggal 16 Agustus, malam hari pk. 19.00 WIB. Ribuan lampion berwarna merah dan putih yang telah disediakan, akan dibagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir di Pantai Boom. Sebelum lampion-lampion dinyalakan dan diterbangkan, setiap orang akan menuliskan doa dan harapannya di atas kertas lampion.
“Sebelum memasuki tanggal 17 Agustus, kami ingin mengajak seluruh masyakat memberikan do’a dan harapan yang terbaik untuk Banyuwangi dan bangsa Indonesia. Itu sebagai perlambang bahwa harapan setiap orang yang hadir adalah harapan tertingginya akan kemajuan bangsa ini,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Pelepasan lampion ke udara ini juga sebagai tanda semangat untuk meraih harapan dan cita-cita yang tinggi dari masyarakat Banyuwangi untuk ikut memajukan daerah. Jumlahnya yang mencapai ribuan menandakan bahwa semua masyarakat akan bersama-sama secara gotong royong terlibat dalam proses kemajuan daerah. “ Banyuwangi butuh keterlibatan segenap rakyat untuk menjadi daerah yang semakin maju dan sejahtera,” cetus Anas.
Sebelum melepas lampion, pada tanggal 16 Agustus sore hari tepatnya mulai pukul 15.00 akan diadakan syukuran kemerdekaan dengan acara kenduren kemerdekaan massal di Jalan Sri Tanjung tepat di depan Pendopo Sabha Swagata. Segenap masyarakat Banyuwangi juga diundang untuk mengikuti acara ini. ”Semua orang boleh datang dan menikmati tumpeng yang disediakan oleh Pemkab. Di sini kita juga akan bersama-sama mendoakan Banyuwangi,” imbuh Anas. (Humas Protokol)
2016, Sektor Off Farm Banyuwangi Ditargetkan Terintegrasi dengan Perdagangan, UMKM & Pariwisata
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menargetkan sektor off farm
Banyuwangi pada tahun 2016 akan terintegrasi dengan UMKM, perdagangan
dan pariwisata. Pertanian akan dijadikan sebagai obyek wisata
alternatif, sementara produk hasil olahan pertanian dijadikan buah
tangan para wisatawan. Hal itu dikemukakan Bupati Anas saat halal
bihalal dengan para praktisi pertanian, Jumat (14/8) di pendopo
kabupaten.
Pertanian, ujar Bupati Anas, sangat penting dalam menyokong perekonomian Banyuwangi karena 46 persen PDRB Banyuwangi disokong dari sektor ini. Untuk memberi nilai tambah pertanian, Anas pun berusaha mengintegrasikan pertanian ini dengan sektor pariwisata. “Sesuai dengan pengembangan pariwisata kita yang mengusung konsep ecotourism. Maka sektor pertanian bisa menjadi daya pendukungnya,” kata Anas.
Dalam pertemuan yang hangat dan akrab tersebut bupati kemudian menjelaskan mengapa keduanya menjadi pendukung bagi sektor pariwisata. “Jika ada wisatawan yang datang, mereka bisa kita ajak ke areal pertanian kita. Ini jadi daya tarik tersendiri buat mereka. Pengunjung bahkan bisa diajak menikmati agrowisata buah naga dan jeruk yang kita miliki. Ini tentu saja akan mendongkrak sektor ekonomi kita jika semakin banyak wisatawan yang berkunjung kesana,” tutur Bupati Anas.
Selain itu sektor lain yang menjadi target Anas adalah perbaikan packaging atau kemasan hasil pertanian. Mulai dari buah lokal, beras organik, hingga hasil olahan produk pertanian . Sebab dengan kemasan yang menarik, wisatawan akan lebih tergoda untuk membeli produk pertanian Banyuwangi. “Kami saat ini mewajibkan semua UMKM harus membuat kemasan yang menarik. Ada yang sudah mulai pakai kardus, tas daur ulang, hingga anyaman dari plastik dan bambu untuk kemasan buah-buahan lokal,” ujar Anas.
Selain itu, tambah Anas, untuk melindungi sektor pertanian Banyuwangi tengah membuat regulasi terkait peruntukan lahan. “Pemkab sedang membuat regulasi agar lahan yang ada sesuai pemanfaatannya. Seperti lahan di sekitar Bandara Blimbingsari yang tidak boleh jadi perumahan atau perkantoran. Kami ingin lahan tersebut tetap menjadi lahan persawahan,”tukasnya.
Dalam acara tersebut, Anas menyerahkan bantuan 25 sepeda motor sebagai kendaraan operasional bagi Penyuluh Pertanian Lapangan yang berprestasi. “Ini sebagai bentuk penghargaan kami kepada para PPL yang telah menunjukkan dedikasinya yang tinggi. Semoga kendaraan baru ini menjadi stimulan supaya petugas PPL bekerja lebih baik dan lebih semangat lagi. Dan semoga PPL juga lebih giat, lebih sungguh-sungguh dalam memberikan pendampingan pada petani sehingga transfer ilmunya berhasil,”pungkas Anas.
Acara ini diikuti oleh 293 orang. Mereka terdiri dari para Penyuluh Pertanian Lapangan, Penyuluh Kehutanan Lapangan, mantri tani, Tenaga Harian Lepas (THL) Kementerian Pertanian, THL Pendampingan Penyuluhan Pertanian, serta Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman. (Humas & Protokol)
Pertanian, ujar Bupati Anas, sangat penting dalam menyokong perekonomian Banyuwangi karena 46 persen PDRB Banyuwangi disokong dari sektor ini. Untuk memberi nilai tambah pertanian, Anas pun berusaha mengintegrasikan pertanian ini dengan sektor pariwisata. “Sesuai dengan pengembangan pariwisata kita yang mengusung konsep ecotourism. Maka sektor pertanian bisa menjadi daya pendukungnya,” kata Anas.
Dalam pertemuan yang hangat dan akrab tersebut bupati kemudian menjelaskan mengapa keduanya menjadi pendukung bagi sektor pariwisata. “Jika ada wisatawan yang datang, mereka bisa kita ajak ke areal pertanian kita. Ini jadi daya tarik tersendiri buat mereka. Pengunjung bahkan bisa diajak menikmati agrowisata buah naga dan jeruk yang kita miliki. Ini tentu saja akan mendongkrak sektor ekonomi kita jika semakin banyak wisatawan yang berkunjung kesana,” tutur Bupati Anas.
Selain itu sektor lain yang menjadi target Anas adalah perbaikan packaging atau kemasan hasil pertanian. Mulai dari buah lokal, beras organik, hingga hasil olahan produk pertanian . Sebab dengan kemasan yang menarik, wisatawan akan lebih tergoda untuk membeli produk pertanian Banyuwangi. “Kami saat ini mewajibkan semua UMKM harus membuat kemasan yang menarik. Ada yang sudah mulai pakai kardus, tas daur ulang, hingga anyaman dari plastik dan bambu untuk kemasan buah-buahan lokal,” ujar Anas.
Selain itu, tambah Anas, untuk melindungi sektor pertanian Banyuwangi tengah membuat regulasi terkait peruntukan lahan. “Pemkab sedang membuat regulasi agar lahan yang ada sesuai pemanfaatannya. Seperti lahan di sekitar Bandara Blimbingsari yang tidak boleh jadi perumahan atau perkantoran. Kami ingin lahan tersebut tetap menjadi lahan persawahan,”tukasnya.
Dalam acara tersebut, Anas menyerahkan bantuan 25 sepeda motor sebagai kendaraan operasional bagi Penyuluh Pertanian Lapangan yang berprestasi. “Ini sebagai bentuk penghargaan kami kepada para PPL yang telah menunjukkan dedikasinya yang tinggi. Semoga kendaraan baru ini menjadi stimulan supaya petugas PPL bekerja lebih baik dan lebih semangat lagi. Dan semoga PPL juga lebih giat, lebih sungguh-sungguh dalam memberikan pendampingan pada petani sehingga transfer ilmunya berhasil,”pungkas Anas.
Acara ini diikuti oleh 293 orang. Mereka terdiri dari para Penyuluh Pertanian Lapangan, Penyuluh Kehutanan Lapangan, mantri tani, Tenaga Harian Lepas (THL) Kementerian Pertanian, THL Pendampingan Penyuluhan Pertanian, serta Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman. (Humas & Protokol)
13 Agustus 2015
Banyuwangi gelar kompetisi selancar layang internasional di Pulau Tabuhan
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kembali menggelar kegiatan pariwisata
berbasis olahraga, yakni selancar layang dan selancar angin tingkat
internasional 2015.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu, menjelaskan bahwa kegiatan itu akan digelar di Tabuhan, sebuah pulau dengan laut jernih dan pantai berpasir putih tak jauh dari pusat Kota Banyuwangi.
"Kegiatan yang digelar untuk kali kedua sejak tahun lalu itu bakal dilaksanakan pada 22 hingga 23 Agustus 2015 dengan tajuk Tabuhan Island Pro Kiteboarding dan memperebutkan hadiah uang tunai Rp100 juta," katanya.
Ia menjelaskan sebanyak 40 peselancar layang dan peselancar angin asing akan ikut serta, antara lain dari Belanda, Jerman, Austria, Prancis, Swedia, Finlandia, Rusia, Lithuania, Inggris, Brazil, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, dan Australia.
Untuk juri didatangkan dari Australia dan Belanda dengan race director Jeroen Van der Koiij dari Belanda.
Tahun lalu, kegiatan ini dikemas dalam trial game. Adapun tahun ini sudah dikemas dalam sebuah kompetisi profesional yang masuk dalam agenda Banyuwangi Festival 2015.
Selancar layang (kite surfing) dan selancar angin (wind surfing) merupakan olahraga selancar yang mengandalkan angin berkecepatan tinggi hingga bisa melayangkan peselancar ke udara.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan kegiatan ini merupakan ikhtiar pemerintah daerah dalam mempromosikan destinasi wisata baru Pulau Tabuhan kepada khalayak luas.
Pulau yang berada di Banyuwangi bagian utara ini menyimpan pesona yang belum diketahui banyak orang, yaitu pasir putih yang halus, air laut yang jernih dan biota lautnya yang menawan sehingga sangat layak untuk dipromosikan.
"Tidak hanya sekadar menjadi event promosi wisata, namun kegiatan ini sebagai salah satu cara menjadikan Pulau Tabuhan menjadi tujuan utama surfpoint bagi komunitas kitesurfing dan windsurfing internasional," kata Bupati Anas.
Pulau Tabuhan memang menjadi tempat yang istimewa bagi para peselancar angin. Selain lautnya yang tanpa ombak, kecepatan angin di laut pulau ini berkisar 20-30 knot, sangat baik untuk bermain kitesurfing maupun windsurfing.
"Pulau Tabuhan tempat paling bagus di Indonesia untuk main kitesurfing. Di Tabuhan angin keras setiap saat, tidak usah menunggu datangnya angin seperti di Bali," kata Jeroen Van der Koiij sebagaimana dikutip keterangan Pemkab Banyuwangi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi mengatakan bagi masyarakat yang ingin menyaksikan acara ini bisa mengambil paket wisata berperahu menuju Pulau Tabuhan dari titik berangkat di Pantai Grand New Watu Dodol dengan harga rata-rata Rp100.000.
"Pantai ini menjadi pusat titik pemberangkatan dan pemulangan semua atlet maupun orang-orang yang akan menuju Pulau Tabuhan," kata Wawan.
Para peserta dari mancanegara akan mulai datang di Banyuwangi pada Kamis, 20 Agustus. Pada Jumat, 21 Agustus mereka akan mulai berlatih menjajal angin di Pulau Tabuhan. "Mulai malam itu juga dan malam Minggu mereka akan menginap di Pulau Tabuhan dan menikmati suasana malam di sana," kata Wawan.
Di Pantai Watudodol dan Pulau Tabuhan, wisatawan juga menikmati berbagai jenis permainan air, snorkeling, dan berbagai jenis wisata lainnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu, menjelaskan bahwa kegiatan itu akan digelar di Tabuhan, sebuah pulau dengan laut jernih dan pantai berpasir putih tak jauh dari pusat Kota Banyuwangi.
"Kegiatan yang digelar untuk kali kedua sejak tahun lalu itu bakal dilaksanakan pada 22 hingga 23 Agustus 2015 dengan tajuk Tabuhan Island Pro Kiteboarding dan memperebutkan hadiah uang tunai Rp100 juta," katanya.
Ia menjelaskan sebanyak 40 peselancar layang dan peselancar angin asing akan ikut serta, antara lain dari Belanda, Jerman, Austria, Prancis, Swedia, Finlandia, Rusia, Lithuania, Inggris, Brazil, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, dan Australia.
Untuk juri didatangkan dari Australia dan Belanda dengan race director Jeroen Van der Koiij dari Belanda.
Tahun lalu, kegiatan ini dikemas dalam trial game. Adapun tahun ini sudah dikemas dalam sebuah kompetisi profesional yang masuk dalam agenda Banyuwangi Festival 2015.
Selancar layang (kite surfing) dan selancar angin (wind surfing) merupakan olahraga selancar yang mengandalkan angin berkecepatan tinggi hingga bisa melayangkan peselancar ke udara.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan kegiatan ini merupakan ikhtiar pemerintah daerah dalam mempromosikan destinasi wisata baru Pulau Tabuhan kepada khalayak luas.
Pulau yang berada di Banyuwangi bagian utara ini menyimpan pesona yang belum diketahui banyak orang, yaitu pasir putih yang halus, air laut yang jernih dan biota lautnya yang menawan sehingga sangat layak untuk dipromosikan.
"Tidak hanya sekadar menjadi event promosi wisata, namun kegiatan ini sebagai salah satu cara menjadikan Pulau Tabuhan menjadi tujuan utama surfpoint bagi komunitas kitesurfing dan windsurfing internasional," kata Bupati Anas.
Pulau Tabuhan memang menjadi tempat yang istimewa bagi para peselancar angin. Selain lautnya yang tanpa ombak, kecepatan angin di laut pulau ini berkisar 20-30 knot, sangat baik untuk bermain kitesurfing maupun windsurfing.
"Pulau Tabuhan tempat paling bagus di Indonesia untuk main kitesurfing. Di Tabuhan angin keras setiap saat, tidak usah menunggu datangnya angin seperti di Bali," kata Jeroen Van der Koiij sebagaimana dikutip keterangan Pemkab Banyuwangi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi mengatakan bagi masyarakat yang ingin menyaksikan acara ini bisa mengambil paket wisata berperahu menuju Pulau Tabuhan dari titik berangkat di Pantai Grand New Watu Dodol dengan harga rata-rata Rp100.000.
"Pantai ini menjadi pusat titik pemberangkatan dan pemulangan semua atlet maupun orang-orang yang akan menuju Pulau Tabuhan," kata Wawan.
Para peserta dari mancanegara akan mulai datang di Banyuwangi pada Kamis, 20 Agustus. Pada Jumat, 21 Agustus mereka akan mulai berlatih menjajal angin di Pulau Tabuhan. "Mulai malam itu juga dan malam Minggu mereka akan menginap di Pulau Tabuhan dan menikmati suasana malam di sana," kata Wawan.
Di Pantai Watudodol dan Pulau Tabuhan, wisatawan juga menikmati berbagai jenis permainan air, snorkeling, dan berbagai jenis wisata lainnya.
Banyuwangi Gelar Kite Festival “Layangan Hias”
Agenda Banyuwangi Festival 2015
masih terus bergulir. Setelah menggelar festival perkusi, Sabtu 15
Agustus mendatang akan digelar Banyuwangi Kite Festival. Sebuah festival
layang-layang, dimana puluhan layangan akan diterbangkan di pinggir
Pantai Boom.
Festival ini akan digelar di Pantai Boom mulai pukul 13.00 WIB sampai malam hari. Kite Festival sendiri adalah festival menerbangkan layangan hias ke udara yang diikuti ratusan peserta dengan menggunakan pakaian khas Banyuwangi.
Layangan di festival ini, terbuat dari berbagai bahan, mulai kain, plastik dan kertas. Dengan panjang bentangan minimal 1,5 meter, ratusan layangan tesebut akan dibentuk dan dihias beragam corak budaya khas Banyuwangi. Seperti, omprok gandrung, kebo-keboan, seblang, barong hingga damarwulan.
Dikatakan Plt Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Banyuwangi Wawan Yadmadi, festival in diadakan lantaran permainan layangan in sudah menjadi tradisi masyarakat di sini. Apalagi saat musim kemarau tiba, puluhan layangan akan terlihat menyala di angkasa dengan suara dengung yang khas hampir di setiap malam.
“Tradisi yang muncul di masyarakat itu, akhirnya kami berikan ruang khusus bagi para penghobi layangan. Mereka bisa mengekspresikan kegemarannya bermain layangan bersama. Sekaligus ini juga memberikan atraksi lain bagi pengunjung destinasi wisata baru, Pantai Boom,” kata Wawan.
Di festival ini, kata Wawan, ada tiga kategori yang dilombakan. Pertama menerbangkan layangan ke udara, berapa lama layangan itu bisa terbang dan sampai dimana tingkat kesulitannya. Kedua, sambitan atau saling menggesek antar benang layangan di udara. Ketiga, adu sawangan (dengung suara layangan-red). Lomba sawangan in akan dilaksanakan pada malam hari tepatnya sesudah Magrib. Mengapa malam? Karena yang dilombakan bunyi atau suara yang didapatkan dari tiupan angin.
Selain lomba, festival ini juga akan dilengkapi stand pameran yang menjual beragam model layangan dari kertas maupun kain. “Ini sebagai salah satu langkah pemkab mewadahi kreativitas pedagang agar yang telah dibuat bisa dijual ke masyarakat. Pedagang pun juga siap mendemontrasikan ke masyarakat cara membuat layangan, mulai membuat ragangan (kerangka,red) hingga memilih benang untuk bisa menerbangkannya,” pungkas Wawan. (Humas Protokol)
Festival ini akan digelar di Pantai Boom mulai pukul 13.00 WIB sampai malam hari. Kite Festival sendiri adalah festival menerbangkan layangan hias ke udara yang diikuti ratusan peserta dengan menggunakan pakaian khas Banyuwangi.
Layangan di festival ini, terbuat dari berbagai bahan, mulai kain, plastik dan kertas. Dengan panjang bentangan minimal 1,5 meter, ratusan layangan tesebut akan dibentuk dan dihias beragam corak budaya khas Banyuwangi. Seperti, omprok gandrung, kebo-keboan, seblang, barong hingga damarwulan.
Dikatakan Plt Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Banyuwangi Wawan Yadmadi, festival in diadakan lantaran permainan layangan in sudah menjadi tradisi masyarakat di sini. Apalagi saat musim kemarau tiba, puluhan layangan akan terlihat menyala di angkasa dengan suara dengung yang khas hampir di setiap malam.
“Tradisi yang muncul di masyarakat itu, akhirnya kami berikan ruang khusus bagi para penghobi layangan. Mereka bisa mengekspresikan kegemarannya bermain layangan bersama. Sekaligus ini juga memberikan atraksi lain bagi pengunjung destinasi wisata baru, Pantai Boom,” kata Wawan.
Di festival ini, kata Wawan, ada tiga kategori yang dilombakan. Pertama menerbangkan layangan ke udara, berapa lama layangan itu bisa terbang dan sampai dimana tingkat kesulitannya. Kedua, sambitan atau saling menggesek antar benang layangan di udara. Ketiga, adu sawangan (dengung suara layangan-red). Lomba sawangan in akan dilaksanakan pada malam hari tepatnya sesudah Magrib. Mengapa malam? Karena yang dilombakan bunyi atau suara yang didapatkan dari tiupan angin.
Selain lomba, festival ini juga akan dilengkapi stand pameran yang menjual beragam model layangan dari kertas maupun kain. “Ini sebagai salah satu langkah pemkab mewadahi kreativitas pedagang agar yang telah dibuat bisa dijual ke masyarakat. Pedagang pun juga siap mendemontrasikan ke masyarakat cara membuat layangan, mulai membuat ragangan (kerangka,red) hingga memilih benang untuk bisa menerbangkannya,” pungkas Wawan. (Humas Protokol)
10 Agustus 2015
Danang SEMARAKan HUT RI di Banyuwangi
HALO BANYUWANGI!
SAKSIKAN Penampilan @DA2_Danang di SEMARAK HUT RI;
Minggu, 16 Agustus 2015
Pukul 12.00 WIB
LAPANGAN TEMBOK REJO MUNCAR!
Langganan:
Postingan (Atom)