Dututuu 243 Lampion Terbang
BANYUWANGI – Sebagaimana makna Kuwung yang berarti pelangi,Festival
Kuwung 2014 benar-benar menjadikan malam hari di Banyuwangi penuh warna.
Pawai mobil yangmenampilkan miniatur budaya daerah bertaburan lampu
hias warna warni. Seribu pendukung acara pun tampil dalam balutan kostum
yang atraktif. Suasana semakin meriah dengan ribuan masyarakat yang
menyaksikan pertunjukkan parade budaya paling tua Bumi Blambangan itu di
sepanjang jalan protokol
VIDEO= https://www.youtube.com/watch?v=TIi_j3KkfcQ&list=UUepNWDWf_cjykU8PXZbbFwg
.
Festival Kuwung kali ini benar-benar menghadirkan suasana sekaligus
pengalaman baru bagi masyarakat Banyuwangi. Even budaya tahunan tertua
yang biasanya digelar siang hari ini, kini disuguhkan malam hari.
“Festival ini akan menjadi nigth carnaval pertamadi Banyuwangi. Jika
sukses akankita teruskan di tahun menadatang,” kata Bupati Abdullah
AzwarAnas saat meembuka Festival Kuwung, Sabtu (13/12).
Festival Kuwung adalah etalase kebudayaan dan seni asli Banyuwangi.
Inilah yang membedakannya dengan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang
telah digelar sebelumnya. Festival ini dihadirkan untuk menjadi panggung
eksistensi seni dan budaya asli Banyuwangi yang beragam untuk tetap
lestari.
“Kami terus membangun daerah, memajukan perekonomian, menambah
infrastruktur, dan mengembangkan pariwisata. Seiring itu budaya daerah
juga akan terus mendapatkan ruang yang seluas-luasnya , untuk tampil dan
berkembang, menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri. Para pelajar juga
selalu kita libatkan di kegiatan ini agar penerus seni dan budaya daerah
tumbuh subur dari generasi ke generasi.” ujar Anas.
Pada tahun 2014 ini, Festival Kuwung bertemakan “Gumelare Cinde
Sutra” atau hamparan tikar sutra Banyuwangi. Tema ini menceritakan kisah
orang Banyuwangi mulai masa kanak-kanak, remaja, pernikahan hingga
berumah tangga. Setiap fragmen dibawakan dalam bentuk teatrikal oleh
para penari yang diiringi oleh para pemain musik tradisional.
Fragmen berjudul Sembur Uthik-uthik menceritakan kisah masa anak-anak, berlanjut pada sub tema Kembang Kanthil menceritakankisah remaja. Kemudian berlanjut Wes kadung Ngelading Geni mengisahkan percintaan dua insan yang beranjak dewas lalu Kopat Luwar prosesi pernikahan dan Kembang Kuro kisah berumah tangga.
Hampir semua seni dan budaya Banyuwangi ditampilkan dalam festival
Kuwung ini. Mulai tari jaran-jaranan yang dibawakan oleh anak-anak,
prosesi sunatan, Barong Ider Bumi, tari jaran Goyang, seni hadrah
Kuntulan, sampai Barongsai mengisi masing-masing fragmen di even budaya
ini. Tradisi budaya Kawin Colong dan upacara Kemanten Using juga
ditampilkan dengan sangat luar biasa membiat siapapun yang menyaksikan
berdecak kagum.
Festival ini juga semakin meriah dengan kehadiran empat kabupaten
sahabat yakni Blora, Jembrana, Kediri dan Probolinggo Kota yang
menampilkan kebudayaan daerahnya masung-masing. Festival Kuwung ditutup
dengan 243 lampion terbang yang menghiasi langit Banyuwangi. Festuval
inijuga dimeriahkan kehadiran artis ibukota Feby Febiola. (Humas
protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar