Ribuan masyarakat pecinta seni wayang kulit, tadi malam Sabtu (1/11)
memadati lapangan Bima Sakti, Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo.
Kehadiran ribuan ini untuk menyaksikan aksi dalang kondang Ki Anom
Suroto, yang diundang khusus pemkab Bayuwangi menyemarakkan Banyuwangi
Festival 2014.
Pesona dalang yang membawakan lakon Amartha Binangun memang luar
biasa. Sejak sore hari lapangan Bima Sakti sudah dipenuhi penonton,
padahal gelaran wayang baru dimulai pukul 21.30 Wib. Sambil menggelar
tikar, Sariman yang datang membawa serta anak cucunya mengaku rela
berangkat sore agar bisa mendapat tempat duduk yang strategis. “Selama
ini saya hanya bisa menyaksikan Ki Anom lewat televisi, sekarang bisa
langsung makanya saya berangkat sore hari,” kata Sariman.
Ki Anom bermain sangat bagus, lakon yang mengkisahkan Ksatria Pandawa
Lima membangun kerajaan baru di hutan tandus ini yang penuh rintangan.
Kisah ini diawali dengan penderitaan pendawa sepeninggal ayahnya, Pandu
Dewanata, pendawa menuntut hak atas kerajaan kepada penguasa Hastina
yang saat itu dikuasai pamannya sendiri, Prabu Destarata. Lewat rapat
kerajaan pendawa dititahkan membabat hutan baru untuk mendirikan
kerajaan. Dalam perjalanan menuju Amarta, mereka menemui banyak kendala
dan aral melintang, Disinilah permainan yang paling seru disuguhkan Ki
Anom yang mengajak duet putranya sendiri Ki Bayu Aji untuk ikut
memainkan panggung malam itu. Akhir kisah pendawa bisa mendirikan
kerajaan yang besar dan sejahtera.
Selain Bayu Aji, Ki Anom juga membawa Cak Dikin dan Nyimut Dikin serta Pentol untuk mengisi limbuk’an dan goro-goro.
Benar sekali kemunculan para dagelan kondang ini mampu mengkocok
penonton hingga pagi hari. Bahkan, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar
Anas dan Wabup Yusuf Widiyatmoko, beserta isteri yang membuka gelaran
wayang kulit ini baru meninggalkan lokasi setelah limbuk'an.
“Gelaran wayang kulit ini tidak hanya melestarikan kesenian khas
jawa. Lebih jauh dari itu permainan wayang kulit ini mengandung filosofi
dan makna yang dalam dari setiap lakon yang mainkan dalang,” kata
Bupati Anas.
Sebelum Ki Anom Suroto, panggung ini telah diramaikan dengan suguhan
parade dalang cilik, Jum’at malam (31/10). Ada delapan dalang cilik
dengan usia 12 hingga 29 tahun bermain disini. Mereka bermain dengan
bermacam-macam lakon, diantaranya Adon-adon Romojolo yang dimainkan ki
Wawuh Tri Gonggo dari Bangorejo dan Gatot Kaca Lahir, oleh Raka Ditho
Jihan Firmansa dalang usia 12 tahun. (Humas Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar