27 September 2015

Sholawat Ribuan Santri,Meriahkan Pembukaan Festival Santri 2015

Sholawat Ribuan Santri,Meriahkan Pembukaan Festival Santri 2015 BANYUWANGI - Festival Santri 2015, resmi dibuka Bupati Banyuwangi,Abdullah Azwar Anas, Sabtu malam (26/9) di RTH Maron Genteng.
VIDEO = https://www.youtube.com/watch?v=PmJP4kVimpI
Ribuan santri dari seluruh pondok pesantren se Banyuwangi tampak hadir dalam event yang kali pertama digelar Oleh pemkab Banyuwangi ini. Mereka tampak menikmati festival yang menyalurkan bakat keilmuan para santri ini. "Saya senang sekali ada event ini,bisa saling tukar ilmu dan saling menceriterakan pengalaman dimasing,-masing pesantren. Kalau bisa tahun depan ada lagi," kata Ali Mustofa,salah satu santri dari Mamba'ul Huda. Selain santri,para ulama,kyai dari seluruh pondok pesantren di bumi Blambangan juga hadir disini. "Festival ini kami gelar bukan tanpa maksud, salah satunya untuk menumbuhkan kreativitas dikalangan pondok pesantren. Agar mereka punya kepercayaan diri yang lebih, "ujar Bupati Anas. Selain itu, kata Bupati Anas, untuk mendorong pondok pesantren berinovasi mencari pola pembelajaran baru yang lebih mudah dipahami dan tidak lagi mrnggunakan metode konvensional yang memakan waktu lama. "Ke depan penilaian dari ajang ini akan kami tambah, salah satunya penilaian pesantren inovatif," pungkas Bupati Anas. Gema sholawat nabi yang dilantunkan rubuan santri mengawali event yang mengangkat eksistensi pondok pesantren ini. Disusul penampilan hadrah-hadrah terbaik dari Rabithah Ma'ahid Islami (RMI). Selain itu memeriahkan event menjalin silahturahmi antar pesantren ini, musik gambus "Mayami" dari Jember juga tiada henti-hentinya menyuguhkan lagu-lagu Islami yang menyejukkan hati. Antara lain, Putri Kumala,Suwayya dan istisqo'. Pembukaan festival ditutup dengan pesta kembang api yang cukup banyak,menghiasi langit kota Genteng. Festival Santri berlangsung selama dua hari 26 -27 dengan serangkaian kegiatan dan lomba-lomba seperti lomba ilmiah misalnya baca kitab, tahfidz, penulisan arab, pidato, menulis arab, dan kaligrafi. Juga ada lomba yang sifatnya hiburan seperti sepak bola api dan volly sarungan yang dilaksanakan sebelum pembukaan. Festival ini nanti akan dipuncaki dengan gelaran sholawat akbar bersama Habib Syech pada 2 Oktober 2015.(Humas Protokol)

Peselancar Wanita Finlandia Jatuh Cinta pada Pulau Merah

Peselancar putri asal Finlandia, Katri Heikkila (20) merasa jatuh cinta pada Pulau Merah. Tak hanya karena keaslian alamnya, tapi juga karena masyarakatnya yang ramah dan penolong.

VIDEO= https://www.youtube.com/watch?v=igytcL09ftU - Pesona Cewek2 di Pulau merah
"I love to be here. Red Island is beautiful with its challenging wave and wind. Beside the local people here are friendly and helpful (Saya senang berada disini.Pulau Merah begitu indah dengan ombak dan anginnya yang menantang. Apalagi masyarakat sekitar sangat ramah dan penolong) ," ujar gadis yang mengaku sering dibantu masyarakat sekitar saat dia butuh sesuatu atau mencari suatu tempat ini.
Ini adalah kompetisi pertama bagi Katri yang sebelumnya mendapat informasi pertandingan ini
dari Magic Wave selaku konsultan penyelenggara International Surfing Competition.  "It's really nice and good organize. For sure I will come again next year in the same competition. (Pertandingan ini benar-benar menarik dan dirancang dengan baik. Saya pastikan tahun depan saya akan ikut lagi),"pungkas gadis ramping berambut pirang ini.
Dalam kompetisi ini Katri turun di kelas Girls Expert Division. Girls Expert Division dalam International Surfing Competition   dijadikan satu dengan Open Division. Total ada 12 peserta wanita yang turun
dalam Girls Expert Division. (Humas & Protokol)

Hari Kedua Gelaran Surfing, Peserta Lebih Kenali Ombak Pulau Merah

Pertandingan International Surfing Competition 2015 yang digelar di Pulau Merah memasuki hari kedua. Masing-masing peserta dari tiap kategori terus beradu kebolehan di tengah deru ombak Pulau Merah.

VIDEO= https://www.youtube.com/watch?v=i-t8SeHwOrs
Kategori yang dipertandingkan pada hari ini, Sabtu  (26/9), antara lain Female Division, Grommet Under 16, National Division dan Open Division.
Dijelaskan oleh panitia penyelenggara, Made Irawan atau akrab disapa Piping, kompetisi hari ini berlangsung lebih ketat dibanding sebelumnya. "Kemarin sebagian besar peserta masih dalam tahap penyesuaian. Hari ini mereka sudah mengenal ombak dengan baik dan tahu kapan harus mencuri poin," kata Piping.
Di kompetisi kali ini, kata Piping,  ombak Pulau Merah lebih landai, hanya setinggi satu meter. Padahal di tahun-tahun sebelumnya bisa mencapai 3 meter. Namun kondisi ini tetap dimaksimalkan oleh para peselancar dengan melakukan beberapa manuver ketika dirinya berada di atas ombak. Salah satunya manuver  gerakan terbang diatas ombak yang disebut ‘Ariel’ dan melakukan ‘Flakter’ dengan bergerak vertikal di atas ombak.
Penilaian kompetisi surfing, imbuh Piping,  dilakukan melalui beberapa poin penilaian seperti speed, power dan balancing. Di antaranya melihat seberapa cepat peselancar  mengejar ombak, dan menjaga keseimbangan selama di atas ombak. “Peserta yang perolehan nilainya tinggi, rata-rata melakukan 5-6 kali manuver tanpa jatuh. Semakin sulit gerakannya, makin tinggi nilai yang ia dapatkan,” beber Piping.
Perjuangan para pemburu ombak tersebut  tak sia-sia. Dari kategori National Division yang berhak berlaga di final esok  adalah Raju Sena. Raju merupakan pesurfer profesional yang pernah mewakili benua Asia di kejuaraan Rip Curl Grand Series. Berikutnya ada  Riski Eka, Riman Jayadi, dan Andre Julian. Andre Julian terhitung sebagai pesurfer yang berpengalaman. Dia pernah mengikuti dua kali kejuaraan Surfing di Perancis.
Berikutnya, kategori Female Division, yang juga akan berlaga di final besok adalah Dea Natasha, asal Banyuwangi. Gadis berumur 16 tahun ini tahun lalu menjadi Juara I di Red Island International Surfing Competition. Besok Dea akan berhadapan dengan lawan yang tangguh yakni  Lenka, Nara Lee (Korea) dan Tamaki Tanikoshi (Jepang).
Selanjutnya kategori Grommet Under 16 yang berhak berlaga di final besok antara lain Ivan Prihandoyo, Putra PM, Irawan, dan Feris. Tahun lalu, di kompetisi yang sama, Ivan Prihandoyo berhasil menyabet  the best perform dari semua peserta lokal.
Sementara untuk kategori Open Division, dari 8 heat yang dipertandingkan, hari ini baru selesai 4 heat. Pertandingan hari ini terpaksa dihentikan lantaran ombak yang ketinggiannya kurang. Esok pagi, 4 heat sisanya yang belum bertanding, akan dipertandingkan sebelum final seluruh kategori dimulai. (Humas & Protokol)

Gandrung yang Membanggakan Banyuwangi

Gandrung memang sudah mengalir kuat di warga Banyuwangi. Pagelaran Gandrung Sewu yang melibatkan ribuan penari membuktikannya.


VIDEO =https://www.youtube.com/watch?v=ydY4Fm_ZfSY

 Siang itu, Gayatri Yogantari turun dengan lincahnya dari truk kepolisian yang mengantarnya bersama puluhan Gandrung lain. Dengan beralaskan kaos kaki, siswi SMPN 4 Rogojampi Banyuwangi itu tampak riang memasuki lokasi perhelatan Gandrung Sewu, Pantai Boom Banyuwangi. "Asyik juga ya naek truk. Gak panas," ujar Gayatri kepada temannya sembari membawa omprok (mahkota penutup kepala penari Gandrung).

Gayatri merupakan satu dari ribuan penari Gandrung yang tampil dalam Festival Gandrung Sewu. Sebuah pagelaran seni kolosal yang menampilkan 1.200 Gandrung menari di bibir Pantai Boom menjelang matahari terbenam pada Sabtu (26/9).

Gandrung Sewu merupakan agenda wisata tahunan yang masuk dalam rangkaian Banyuwangi Festival. Sebagai agenda tetap, maka setiap tahunnya dibutuhkan minimal seribu penari Gandrung.

Mengumpulkan ribuan Gandrung, ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Setiap tahunnya, ribuan pelajar selalu antusias untuk bisa berpartisipasi dalam event ini. Bahkan, untuk membendung animo yang tinggi dari pelajar, Unit Pelaksana Teknis Daerah Pendidikan terpaksa menerapkan seleksi di setiap kecamatan.

Bahkan, bukan hanya pelajar yang ingin tampil, para orang tua siswa juga berebut agar anaknya bisa tampil di Gandrung Sewu. "Setiap tahun saya pasti didatangi ibu-ibu yang protes lantaran anaknya tidak lolos. Mereka sampai berujar berapa pun biayanya yang dikeluarkan, tidak masalah asal anaknya tampil," kata Budianto, salah satu tim seleksi.

Gandrung sewu memang menjadi cerita tersendiri bagaimana sebuah budaya mampu menggerakkan partisipasi rakyat. Mereka dengan semangat tinggi ingin ambil bagian dalam event budaya itu. Ribuan pelajar itu berlatih selama 3 bulan dengan sukarela. Mereka hanya diberi uang pengganti sewa baju.

"Lega sekali akhirnya saya kesampaian tampil di Gandrung Sewu jilid IV ini. Meski latihannya seminggu 3 kali seusai sekolah, tapi menyenangkan karena saat latihan bersama bisa bertemu dengan penari dari sekolah lain. Jadi nambah teman," kata Gayatri.

Dikatakan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Gandrung Sewu dirancang selain untuk mempromosikan Banyuwangi, juga untuk menumbuhkan kecintaan warga Banyuwangi akan seni dan budaya asalnya.

"Kami mencari cara bagaimana agar anak-anak penari diberi panggung yang istimewa. Karena selama ini mereka hanya tampil di desa saja. Tidak ada kebanggaan lebih, karena yang nonton hanya orang-orang di lingkungannya," kata Anas.

Berawal dari itu, di tahun 2012 Anas pun menggagas Gandrung Sewu. Event yang masuk rangkaian Banyuwangi Festival ini dikonsep cerdik dengan menampilkan seribu gandrung. Panggungnya tidak biasa, namun mereka menari di bibir Pantai Boom.

"Ide menampilkan ribuan Gandrung itu sukses menarik antusiasme. Penari-penari Gandrung ini merasa bangga ikut ambil bagian. Selain karena kemasan pertunjukannya yang unik, para penontonnya juga khalayak nasional. Menambah kebanggan mereka," kata Anas. (Humas Protokol)

Festival Gandrung Sewu Suguhkan Eksotisme Budaya Banyuwangi

Pantai Boom Banyuwangi berubah menjadi panggung raksasa saat ribuan penari Gandrung beraksi memamerkan gerakannya di Festival Gandrung Sewu, Sabtu (26/9). Sebanyak 1.208 penari Gandrung berhasil menyuguhkan eksotisme budaya kebanggaan daerah tersebut ke publik luas.


Video= https://www.youtube.com/watch?v=ydY4Fm_ZfSY

Festival Gandrung sewu yang rutin digelar sejak 2012 itu menjadi salah satu magnet Banyuwang Festival, sebuah agenda wisata tahunan di kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa itu. Tidak hanya tariannya yang unik, jumlah penari yang ribuan dan view yang berlatar belakang laut Selat Bali juga menambah pesona Festival Gandrung Sewu.


"Festival Gandrung Sewu telah menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi daerah. Namun event ini tidak hanya menjadi sebuah atraksi wisata, tapi sekaligus sebuah konsolidasi budaya yang mampu membangkitkan partisipasi segenap rakyat Banyuwangi dalam memajukan budaya daerah," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.


Pertunjukkan Gandrung Sewu kali ini diikuti .1208 peserta yang berasal dari pelajar tingkat SD hingga SMA. Anas bercerita, saat kali pertama menggelar Festival Gandrung Sewu pada 2012 lalu, agak sulit untuk mencari seribu penari gandrung, namun kini antusiasme peserta sampai membeludak hingga diperlukan proses audisi dan seleksi untuk mendapatkan penari Gandrung terbaik.


"Ini menjadi sebuah bukti pengembangan budaya yang telah dilakukan mampu membangkitkan perkembangan budaya itu sendiri dengan banyaknya anak-anak kita yang bersemangat untuk mempelajari seni-budaya daerahnya. Kami berharap budaya Banyuwangi akan terus menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri dan ikut mengharumkan budaya Indonesia di mata dunia," imbuh Anas.


Dalam kesempatan itu, Anas dan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan juga menyerahkan penghargaan kepada dua penari Gandrung senior, yaitu Poniti (66 tahun) dan Kusniah (60 tahun). Penghargaan ini diberikan atas dedikasi dua seniman tersebut dalam melestarikan tari Gandrung.


Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan, yang turut menghadiri pertunjukkan Festival Gandrung Sewu mengatakan, Banyuwangi telah berhasil membangun sebuah ekosistem kebudayaan. Ekosisitem ini terbentuk lewat keterlibatan banyak pihak mulai sekolah, sanggar, hingga pelaku wisata dalam perhelatan ini. Festival Gandrung Sewu bahkan juga mampu menyumbangkan perputaran ekonomi bagi masyarakat. “Ekosistem Ini menjadi dasar bagi pengembangan budaya yang kuat,” kata Kacung.


Selain itu, lanjut Kacung Banyuwangi juga dinilai berhasil meletakkan kebudayaan sebagai bagian penting dari pembangunan. Kebudayaan tidak dipinggirkan tapi dikedepankan, menjadi pondasi sekaligus arah bagi pembangunan. “Kalau daerah mau maju harus menjadikan kebudayaan bagian dari pembangunan,” ujar Kacung.


Pertunjukkan kolosal Festival Gandrung Sewu tahun ini bertemakan "Podo Nonton". "Podo Nonton" merupakan  salah satu tembang wajib yang mengiringi tarian gandrung dengan makna tentang perjuangan. Tidak hanya menyuguhkan tarian, pertunjukkan ini juga sarat pesan yang disuguhkan melalui drama teatrikal yang begitu atraktif.


Selama satu jam, ribuan wisatawan yang menyaksikan Gandrung Sewu dibuat terkesima dengan pertunjukan yang tergelar. Festival diawali dengan masuknya ribuan penari Gandrung ke venue dari segala penjuru. Lalu disusul dengan fragmen "Podo Nonton" yang menceritakan bagaimana makmurnya rakyat Banyuwangi sebelum kedatangan Belanda, hingga penjajah Belanda datang merusak tatanan kehidupan rakyat. Selanjutnya, dalam fragmen dipertontonkan perjuangan rakyat Banyuwangi yang melawan penjajahan Belanda.


Selama fragmen berlangsung, ribuan penari Gandrung itu tetap menari menjadi latar pertunjukkan. Sesekali mereka membentuk formasi di tengah pertunjukan sambil memainkan kipas warna-warninya. Di akhir cerita, ribuan penari Gandrung tersebut menjelma menjadi lautan ombak, yang memvisualisasikan para pejuang Banyuwangi yang di akhir peperangan mereka di buang ke Selat Bali. (Humas Protokol)

26 September 2015

Kompetisi Selancar Internasional di Pulau Merah Resmi Dibuka

International Surfing Competition di Pantai Pulau Merah resmi dibuka oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Jumat (25/9). Selain untuk mendorong geliat olahraga selancar, ajang yang telah digelar rutin sejak empat tahun lalu itu juga merupakan sarana promosi pariwisata Banyuwangi.

Video= https://www.youtube.com/watch?v=i-t8SeHwOrs


Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, sejak rutin digelar kompetisi selancar, Pantai Pulau Merah kini sudah mulai terkenal. Wisatawan juga mulai ramai dengan tren kunjungan yang terus meningkat. "Sport tourism cukup efektif dalam memperkenalkan destinasi. Di beberapa negara, sport tourism sudah menyatu dalam konsep pemasaran pariwisatanya," jelas Anas.
Anas mengatakan, kompetisi selancar merupakan salah satu ajang sport tourism (pariwisata berbasis olahraga) yang terus dikembangkan oleh Banyuwangi. Jenis wisata ini menjadi bagian dari pengembangan pariwisata berbasis alam yang menjadi keunggulan kabupaten di ujung timur Pulau Jawa tersebut. "Kami terus berusaha memberi nilai tambah pada destinasi kami. selain mengembangkan infrastrukturnya, salah satu cara kami mempromosikan destinasi adalah dengan menggelar sejumlah event di destinasi. Selain selancar di Pantai Pulau Merah, kami juga menggelar ajang selancar layang untuk mempromosikan Pulau Tabuhan," kata Anas.
International Surfing Competition sendiri akan berlangsung selama tiga hari, sejak Jumat-Minggu (25-27/9) ini melombakan 8 kategori, yaitu  open international, national, expert, long board, paddle race, girl division. Selain itu, ada kategori grommet <14 tahun dan pushing division < 10 tahun.
Plt. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi mengatakan, terdapat 80 peselancar yang berasal dari berbagai negara. Mayoritas peserta berasal dari daratan Eropa, di antaranya dari Swedia, Swiss, Finlandia, Perancis, Hungaria, dan Jerman. Selain itu, para peselancar datang dari Venezuela, Amerika Serikat, Korea, Australia, Jepang, Thailand, dan Indonesia.
"Awalnya kami pikir kompetisi ini diminati sedikit peselancar mancanegara, karena di Maldives di saat yang sama juga ada kompetisi surfing. Ternyata banyak yang berminat, karena mereka melihat konsistensi kita menggelar event ini. Bahkan ada peselancar dari Venezuela setelah ikut kompetisi di Australia, mereka langsung ke Banyuwangi," ujar Wawan.
Event ini merupakan tahun keempat gelaran International Surfing Competition yang ajeg digelar di Pantai Pulau Merah, sebuah pantai dengan ombak yang pas untuk surfing dengan panjang bibir pantai mencapai 400 meter. Lewat event ini, Pulau Merah yang terletak di Kecamatan Pesanggaran sekarang kesohor sebagai destinasi pariwisata baru sekaligus tempat yang asyik bagi peselancar. (Humas Protokol)

24 September 2015

Banyuwangi Gelar Festival Santri

Pemkab Banyuwangi selalu memiliki cara yang unik untuk mengangkat potensi daerah. Tidak hanya potensi alam maupun seni dan budaya yang diangkat untuk dipromosikan, Banyuwangi juga mengangkat eksistensi pondok pesantren sebagai salah satu kekuatan sumber daya manusia (SDM) daerah lewat Festival Santri 2015.

Festival santri merupakan agenda baru dalam rangkaian Banyuwangi Festival (B-Fest) yang digelar sejak tahun 2012. Even ini akan digelar pada 26-27 September di Lapangan Maron, Genteng dan dipuncaki dengan gelaran sholawat akbar bersama Habib Syech pada 2 Oktober 2015.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, selama ini Banyuwangi telah menggelar puluhan even di B-Fest yang mengangkat tema pariwisata, seni dan budaya sampai tema sosial. Untuk melengkapinya, kali ini B-Fest mengangkat Festival Santri sebagai bentuk apresiasi Pemkab terhadap lembaga pondok pesantren yang ikut berperan dalam mencerdaskan umat.
“Banyuwangi memiliki banyak pondok pesantren dengan ribuan santri yang mengenyam pendidikan agama. Mereka ditempa dengan pendidikan yang lebih berat dari pelajar pada umumnya hingga menghasilkan karakter dan kepribadian santri yang hebat. Kami ingin memberikan apresiasi pada para santri melalui festival ini,” kata Anas.
Selain itu, lanjut Anas, Festival Santri juga digelar sebagai ajang silaturahmi antar santri pondok pesantren serta menyalurkan bakat keilmuan yang telah dipelajari selama di pesantren. “Kami ingin para santri bisa mengeksplorasi bakatnya untuk menumbuhkan kepercayaan diri ketika sudah lulus dan terjun ke masyarakat,” tutur Anas.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Sulihtiyono menambahkan, Festival Santri akan diikuti ribuan santri mulai tingkat Ula (SD), wustha (SMP) dan Ulya (SMA) dari 284 pesantren se Kabupaten Banyuwangi. Even akan berlangsung selama dua hari yakni 26 dan 27 September dengan diawali kegiatan “gerak jalan sarungan”.
“Pada gerak jalan ini para santri akan berjalan dengan memakai pakaian khas pesantren yakni baju takwa dan sarung sepanjang  5 KM, dimulai dari Masjid Jami’ Genteng sampai Lapangan Maroon.  Tapi yang memakai sarung ini hanya untuk santri laki-laki, sedangkan untuk untuk santri putri memakai pakaian muslim biasa,” kata Sulihtiyono.
Selanjutnya selama dua hari berlangsungnya even akan  diisi berbagai lomba seperti lomba ilmiah misalnya baca kitab, tahfidz, penulisan arab, pidato, menulis arab, dan kaligrafi. “ Juga ada lomba yang sifatnya hiburan seperti sepak bola api dan volly sarungan,” kata Sulihtiyono.
Nantinya,l anjut Sulihtiyono, semua pemenang lomba akan mendapatkan hadiah pada malam puncak Festival Santri sekaligus Sholawat Akbar bersama Habib Syech, yang digelar pada 2 Oktober di Stadion Diponegoro. (Humas Protokol)

Kompetisi Surfing Internasional Kembali Digelar di Pulau Merah

Banyuwangi kembali menggelar event pariwisata berbasis olahraga (sport tourism), International Surfing Competition, di Pantai Pulau Merah. Event yang masuk dalam rangkain Banyuwangi Festival ini bakal digelar pada 25 – 27 September 2015 akan diikuti puluhan pesurfer asing.

Peselancar dari 20 negara akan ikut dalam event ini. Di antaranya Venezuela, Swiss, Jerman, Amerika Serikat, Korea, Hungaria, Prancis, Thailand dan Indonesia. Surfing adalah olahraga selancar yang mengandalkan ombak tinggi dengan kemampuan memainkannya dalam jangka waktu yang panjang.
Puluhan pesurfer ini akan akan beradu dalam 7 kategori lomba. Yakni open international, national, expat, long board, paddle race. Juga ada grommet <14 tahun, dan pushing division < 10 tahun.
Event ini merupakan tahun keempat gelaran International Surfing Competition yang ajeg digelar di Pantai Pulau Merah. Sebuah pantai dengan ombak yang pas untuk surfing dengan panjang bibir pantai mencapai 400 meter. Lewat event ini, Pulau Merah yang terletak di Kecamatan Pesanggaran sekarang kesohor sebagai destinasi pariwisata baru sekaligus tempat yang asyik bagi peselancar.
Plt. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, Wawan Yadmadi mengatakan, event ini untuk menjadikan Pulau Merah sebagai surfer point yang layak untuk ditampilkan di kancah nasional maupun internasional.
“Pulau Merah punya tipe ombak seperti Pantai Kuta, tapi sedikit lebih besar. Di bawah gelombangnya pun adalah pasir, bukan karang seperti di G-Land, sehingga relatif lebih aman. Namun tak kalah menantang untuk dijajal para peselancar. Karena itu, Pulau Merah mulai dikenal sebagai surfer point yang layak,”ujar Wawan.
Selain Pulau merah, di Banyuwangi juga ada pantai Plengkung yang lebih dulu dikenal sebagai lokasi surfing. Plengkung, yang lebih dikenal dengan G-Land mempunyai karakteristik ombak yang lebih tinggi dibanding Pulau Merah. "Kalau G-Land lebih pas untuk para pesurfer profesional, karena ombak Kingkong nya yang menantang. Sementara Pulau Merah, dengan ombaknya yang lebih landai diperuntukkan bagi surf school," jelas Wawan.
Event ini rencananya akan dibuka Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi. Pembukaannya akan ditandai dengan pelapasan tukik oleh Menpora, yang sebelumnya akan dilakukan khataman Al-Quran oleh 25 qori’ di pantai Pulau Merah. (Humas & Protokol)

“Podo Nonton” Gandrung Sewu Digelar Sabtu Depan

Banyuwangi kembali menggelar pertunjukkan kolosal, Gandrung Sewu. Seribu lebih Gandrung akan menari di bibir Pantai Boom saat sunset menjelang pada Sabtu mendatang 26 September.

Tarian khas daerah yang ditetapkan sebagai  warisan ‘budaya tak benda’ oleh Kementrian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah ini akan dibawakan 1200 penari di pinggir pantai dengan latar pemandangan selat bali yang menawan.  Tahun ini gelaran Gandrung Sewu yang mengangkat tema “Podo Nonton” akan melibatkan artis nasional, Denada.
Event budaya yang digelar tiap tahun ini memperkuat positioning wisata budaya yang menjadi unggulan Banyuwangi selain wisata alam. Beberapa tahun ini Banyuwangi memang konsisten mengangkat seni dan budaya sebagai bagian dari pengembangan wisata. Sebut saja Festival Kebo-keboan Alas Malang dan Seblang Oleh Sari yang merupakan tradisi masyarakat lokal dimasukkan  ke dalam rangkaian even tahunan, Banyuwangi Festival.
“Kami bangga memiliki beragam seni dan budaya lokal yang sangat khas. Kami pun ingin seni dan budaya ini dapat dikenal secara luas dan ikut memperkuat khasanah budaya Banyuwangi di tingkat nasional dan internasionbal,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Event Gandrung Sewu, sambung Anas, juga memperkuat posisi Banyuwangi dalam peta persaingan pariwisata di Indonesia. ”Pantai menjadi salah satu destinasi wisata alam di Banyuwangi. Dengan event ini, berarti kami menjual event sekaligus destinasi alam. Sewu Gandrung terbukti telah menjadi daya tarik pariwisata Banyuwangi,” jelas Anas.
Sementara itu Plt Kepala Dinas Pariwisata M Y. Bramuda menjelaskan tarian Gandrung sendiri terdiri atas tiga segmen yaitu Jejer Gandrung, Paju Gandrung, dan ditutup dengan Seblang Subuh. “Podo nonton atau bahasa Indonesianya nonton bareng-bareng, merupakan salah satu bagian dari pertunjukan Jejer Gandrung," kata Bramuda.
“Podo Nonton” sejatinya merupakan tembang wajib yang menjadi musik pengiring pada saat pertunjukkan Jejer Gandrung. Tema ini diangkat karena syairnya mengandung makna heroisme dan perjuangan yang sangat berat dari para pendahulu di Bumi Blambangan ketika melawan penjajahan Belanda.
“Tema Podo Nonton pun akan dikisahkan dalam sebuah drama teatrikal yang sarat pesan,” ujarnya.  Dalam pertunjukkan Gandrung sendiri sebenarnya ada banyak tembang yang dinyanyikan selain Podo Nonton. Seperti Sekar Jenar, Layar Kumendung, Keok-Keok, Jaran Dawuk.
Dalam teatrikal nanti, akan diadegankan kondisi Banyuwangi sekitar tahun 1771 yang subur dan makmur. Tiba-tiba Belanda datang dan memporak-porandakan desa dan hasil tani milik rakyat . “Nanti akan ada visual paglak yang dirusak, hasil tani dan perkebunan yang dirampas,” cetus Bram.
Dalam kondisi yang tertindas tersebut, para petani bangkit dan melakukan perlawan terhadap kesewenang-wenangan tersebut. Hingga akhirnya pecahlah perang awal antara penduduk pribumi dan kolonial. Di masa peperangan tersebut lalu muncul tokoh-tokoh yang menjadi motor penggerak perlawanan terhadap penjajah yakni tokoh Rempeg Jogopati dan Sayuwiwit.
"Denada nanti yang memerankan Sayu wiwit. Bersama Jogopati, akan berperan jadi pemimpin perang puputan dimana dikisahkan heroisme para pejuang Banyuwangi yang sampai titik darah penghabisan tidak gentar memberikan perlawanan terhadap Belanda," tutur Bramuda.
"Podo Nonton diangkat sengaja untuk mengingatkan masyarakat akan perjuangan para pendahulu kita di masa lalu. Bagaimana dulu perjuangan penduduk Banyuwangi yang awalnya puluhan ribu, karena perang berkurang menjadi hanya ribuan. Meyakinkan kita, asal dengan niat dan perjuangan yang tulus penderitaan awal akan melahirkan kesejahteraan yang kini kita nikmati semua,” pungkas Bramuda. (Humas Protokol)

19 September 2015

BEC 2015 THE USINGNESE ROYAL WEDDING

Banyuwangi Ethno Carnival merupakan event yang sangat unik dan menarik karena mengangkat tema ethnik dan menggunakan kostum tradisional kontemporer.
Ratusan peserta mengenakan kostum sesuai tema defile masing - masing. Kreasi yang sangat kreatif dari setiap kostum memberikan nuansa daya tarik yang luar biasa karena menonjolkan warna-warni menarik dengan desain yang indah.
Karnaval di sepanjang jalan protokol Kota Banyuwangi dengan start dari Taman Blambangan dan finish di depan kantor Pemkab Banyuwangi Jl. Ahmad Yani ini mampu menyedot antusias penonton.
Start dari lapangan Blambangan dengan rute parade sepanjang protokol Kota Banyuwangi sejauh kurang lebih 3 Km ini akan digelar pada 17 bulan Oktober 2015

Yang mau ikutan monggo - monggo...
TOTAL hadiah Rp. 44 Juta
.
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC-5)
.
The Usingnese Royal Weddingktober 2015.

Mepe Kasur, Tradisi Warga Using Desa Kemiren

Selain Tumpeng Sewu, tradisi masyarakat using di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi adalah Mepe Kasur. Tradisi mepe kasur merupakan tradisi yang telah dilakukan masyarakat Desa Kemiren (salah satu desa dengan penduduk asli Using) yang masih langgeng hinga saat ini. Yaitu, menjemur kasur secara bersamaan di sepanjang depan rumah warga sebelum dilaksanakan Tumpeng Sewu, pada malam harinya.

Di Tahun 2015 ini, tradisi menjemur kasur ini dilakukan Kamis (17/9). Proses menjemur kasur ini berlangsung hingga menjelang sore hari. Setelah matahari melewati kepala alias pada tengah hari, semua kasur harus dimasukkan. Konon jika tidak segera dimasukkan, kebersihan kasur ini akan hilang.
Sejak matahari hari terbit,  tepatnya sekitar pukul 07.00 WIB warga Desa Kemiren terlihat semangat mengeluarkan kasur yang khas berwarna hitam dan merah yang menjadi garis lipatan kasur untuk dijemur di depan rumah masing-masing. Tinggi kasur ini pun beragam, ada yang 5 cm, 7 cm dan 8 cm.
Begitu matahari terbit, kasur segera dijemur di depan rumah masing-masing, sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman. Tujuannya agar dijauhkan dari bencana dan penyakit.
Sejauh mata memandang arah barat Desa Kemiren, tampak di setiap depan rumah penduduk berjajar rapi jemuran kasur berwarna dasar hitam dan bergaris merah. Pemandangan itu mengisyaratkan betapa rukun dan guyubnya warga desa tersebut. Hal yang tak kalah menarik, para pemukul jemuran kasur dengan penebah tersebut para mbah-mbah.
Masyarakat Using ini meyakini dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit. Dan khusus bagi pasangan suami isteri, tradisi ini bisa diartikan terus memberikan kelanggengan. Karena setelah Kasur-nya dijemur, akan bagus kembali, sehingga yang tidur seperti pengantin baru.
Isun ngerasakaken dewek, sak bare totaken kasur teko ngomah, omah katon rijik, penyakit ilang lan atinesun roso adem. Mugo-mugo tradisi ini terus dilanggangaken  supoyo selamet kabeh,” kata Abdul Karim, warga Kemiren dengan logat Usingnya yang khas.
Sementara itu, Sesepuh Adat Kemiren, Timbul Juhadi Timbul, mengatakan warga Osing beranggapan bahwa sumber penyakit datangnya dari tempat tidur. Sehingga mereka mengeluarkan kasur dari dalam rumah lalu dijemur di luar agar terhindar dari segala macam penyakit. Kasur dianggap sebagai benda yang sangat dekat manusia sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang ada di kasur hilang. Ritual ini digelar setiap tanggal 1 Dzulhijah dan bagian dari ritual bersih desa.
Kasur yang dijemur warga Using ini, kata Timbul, berwarna merah dan hitam. Merah memiliki arti berani dan warna hitam diartikan simbol kelanggengan rumah tangga. “Biasanya tiap pengantin baru dibekali kasur warna ini. Harapan orang tua langgeng dan tentrem rumah tangganya,” ujarnya.  
Setelah memasukkan kasur ke dalam rumah masing-masing, warga Using pun melanjutkan tradisi bersih desa ini dengan arak-arakan barong. Barong diarak dari Ujung Desa menuju ke batas akhir desa yang ada di atas. Setelah arak-arakan Barong, masyarakat Using malanjutkan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini masyarakat sebagai penjaga desa. Sebagai puncaknya, ketika warga bersama-sama menggelar selamatan Tumpeng Sewu pada malam hari. Semua warga mengeluarkan tumpeng dengan lauk khas warga Osing, yaitu pecel pithik alias ayam panggang dengan parutan kelapa. Kekhasan acara ini juga ditambah akan dinyalakan obor di setiap depan pagar rumah warga. (Humas Protokol)

Job Fair Banyuwangi Sediakan Ribuan Kesempatan Kerja Bagi Masyarakat

 Di tengah banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai daerah, Kabupaten Banyuwangi justru menyediakan ribuan kesempatan kerja bagi masyarakatnya. Melalui  Job Market Fair 2015 yang digelar di GOR Tawangalun pada 18- 20 September, masyarakat bisa memilih berbagai jenis pekerjaan yang sesuai dengan bidang kompetensi yang dimiliki.

Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, Pemkab Banyuwangi berkomitmen untuk memangkas angka kemiskinan yang salah satu caranya dengan mengurangi tingkat pengangguran. Job fair ini langkah konkret untuk memberi kesempatan kerja bagi masyarakat. “ Kita akan terus memfasilitasi kegitan ini selain mendorong munculnya enterpreneur – enterpreneur muda yang akan menggerakkan perekonomian daerah,” kata Bupati Abdullah Azwar Anas.
Kedepan, lanjut Anas, untuk memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat,  pemkab akan terus mendorong masuknya investasi ke Banyuwangi. “ Kami memprioritaskan investasi yang akan menyerap banyak tenaga kerja. Namun masyarakat juga harus siap bersaing dengan mempersiapkan kualitas SDM sebaik-baiknya,” kata Anas.
Sementara itu Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Alam Sudrajat menuturkan, total ada 10.698 lowongan kerja pada job fair ini. Jumlah tersebut berasal dari 56 perusahaan Banyuwangi, Surabaya, Sidoarjo, Malang, dan Bali yang ambil bagian dalam job fair ini. “Ada 698 lowongan kerja yang mereka tawarkan. Lowongan itu beragam, mulai  dari perbankan, rumah sakit, instansi, retail, otomotif, leasing, penambangan, dan cold storage,” tutur Alam.
Selain itu dari perusahaan industri yakni sebanyak 36 perusahaan menyediakan 782 lowongan pekerjaan. Juga ada,  perusahaan pelayaran yang membutuhkan 1100 tenaga kerja untuk ABK kapal pesiar. Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) membutuhkan  2100 orang untuk wilayah Asia Pasifik, dan Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) membutuhkan 5000 tenaga kerja.
LPK tersebut, terang Alam,  membuka kesempatan magang di Korea dan Jepang di bidang manufaktur dan pertanian. Sebelumnya mereka akan dibekali dengan keahlian terlebih dahulu, lalu mereka akan di-link-kan dengan perusahaan Jepang dan Korea. Ini merupakan kerjasama antar pemerintah (Goverment to Government).
Pelaksanaan job fair ini, pada tahun pertama (2013), mampu menyerap 1.000 lebih tenaga kerja. Dan di tahun 2014, telah terserap 800 tenaga kerja. Alam berharap, tahun 2015 ini, jumlah tenaga kerja yang terserap pun bisa lebih optimal.
Selain membuka bursa kerja, tahun ini job fair juga dilengkapi konsultasi bisnis bagi mereka yang ingin berwirausaha. Konsultasi bisnis ini  disediakan bagi para pelajar SMK dan mahasiswa yang akan memasuki usia kerja. “Tujuannya untuk  memotivasi kaum muda untuk  mulai menciptakan lapangan usahanya sendiri. Para pelaku bisnis dari HIPMI dan Kadin khusus dihadirkan untuk membuka wawasan kaum muda agar tidak berpikiran hanya menjadi pekerja,” pungkas Alam. (Humas Protokol)

14 September 2015

Kemeriahan Tumpeng Sewu 2015

Masih dirangkaian Banyuwangi Festival 2015, event budaya yang berlatarkan Desa Kemiren, kembali digelar. Kali ini masyarakat using akan menggelar ritual adat desa  yang bertajuk Tumpeng Sewu, kamis (19/9) usai sholat magrib.
Tumpeng Sewu adalah selamatan massal yang digelar setiap satu Dzulhijah oleh masyarakat kemiren. Tujuannya, bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahanan yang mereka terima.
 Tumpeng sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala dan menghindarkan dari segala bencana dan sumber penyakit. “Kalau ritual itu ditinggalkan, maka akan berdampak buruk kepada masyarakat Desa Kemiren, sehingga warga Osing menjaga tradisi itu hingga turun temurun,” kata Timbul, Sesepuh adat Desa Kemiren Juhadi Timbul.
Ritual tumpeng sewu ini ditandai dengan kegiatan dimana setiap rumah membuat nasi dalam bentuk kerucut dengan lauk pauk khas Using, yakni pecel pithik (ayam panggang dicampur kelapa, red) ditaruh di depan rumah.
Bentuk mengerucut ini memiliki makna khusus yakni petunjuk untuk mengabdi pada sang pencipta (hablum minallah) di samping kewajiban untuk menyayangi sesama (hablum minannaas). Sementara pecel pithik itu  mengandung pesan moral yang bagus, yakni ngucel-ucel barang sithik. Dapat juga diartikan mengajak orang berhemat dan merasa cukup dengan harta yang dimiliki meskipun sedikit.
Dengan diterangi oncor ajug-ajug (obor bambu berkaki empat), tumpeng sewu ini menjadi sebuah ritual yang khas dan tetap sakral. Sebelum makan bersama, warga desa Kemiren mengawalinya sholat maghrib berjamaah dan doa bersama. Usai makan bersama,  selepas isya’, warga membaca Lontar Yusuf hingga tengah malam di rumah salah seorang tokoh masyarakat setempat. Lontar Yusuf yang merupakan rangkaian dari ritual ini menceritakan perjalanan hidup Nabi Yusuf.
Selain tumpeng sewu, untuk mewujudkan rasa syukur ini warga desa melakukan ritual menjemur kasur (mepe kasur) secara masal. Uniknya, semua kasur yang dijemur berwarna hitam dan merah. Menurut Timbul, warna merah dibagian samping ini melambangkan keberanian dan warna hitam di bagian atas kasur ini mengandung arti langgeng atau utuh. “”Sebuah rumah tangga di Kemiren harus berani menegakkan kebenaran dan keutuhan,” kata Timbul.
Proses mepe kasur ini lakukan pagi hari, yakni begitu matahari terbit seluruh warga bergegas mengeluarkan kasur ke depan rumah masing-masing, sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman. Tujuannya agar dijauhkan dari balak dan penyakit. Setelah matahari melewati ubun-ubun, semua kasur harus dientas atau dimasukkan. Konon jika tidak segera dimasukkan kebersihan kasur ini hilang. Masyarakat Kemiren meyakini tradisi ini Warga Using beranggapan bahwa sumber penyakit datangnya dari tempat tidur, sehingga mereka menjemur kasur di halaman rumah masing – masing agar terhindar dari segala jenis penyakit.
Sebagai penutup mepe kasur ini sore harinya digelar arak-arakan barong. Menjelang selamatan tumpeng sewu, masyarakat Kemiren melakukan selamatan di makam Buyut Cili. Buyut cili adalah salah satu tokoh yang masyarakat oleh para pawang dan pemangku baru tua. (Humas Protokol)

12 September 2015

Pengembangan Dermaga Kapal Pesiar Terintegrasi Diluncurkan di Banyuwangi

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III secara resmi memulai pengembangan kawasan Boom Marina Banyuwangi yang merupakan dermaga dengan segala fasilitas pendukung untuk yacht (kapal layar ringan). Peluncuran pengembangan proyek marina itu digelar di Pantai Boom, Banyuwangi, Sabtu (12/9).
Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto mengatakan, kegiatan launching hari ini sebagai pertanda awal dari Pembangunan Boom Marina di Banyuwangi. Tidak tanggung-tanggung, pengembangan marina (dermaga kapal pesiar/cruise) di Pantai Boom Banyuwangi tersebut akan terintegrasi dengan Pelabuhan Benoa di Bali dan Labuhan Bajo di NTT. Pelindo III menginvestasikan dana Rp200 miliar untuk membangun marina Banyuwangi melalui anak usahanya, PT Pelindo Properti Indonesia.
“Pengembangan infrastruktur wisata bahari yang terintegrasi akan mengoptimalkan potensi rute pelayaran di Indonesia. Tidak hanya profit bagi pengelola, namun juga memantik pengembangan kawasan dan kreativitas warga, sehingga memiliki economic value untuk peningkatan perekonomian masyarakat sekitar," ungkap Djarwo Surjanto.
Apalagi, kata Djarwo, Pemkab Banyuwangi sedang getol mempromosikan banyak destinasi wisata menarik seperti blue fire di Kawah Ijen, kite surfing di Pulau Tabuhan, menantangnya ombak Pantai Plengkung, kearifan budaya Osing, indahnya alam Alas Purwo, dan aneka destinasi lainnya. “Ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pemilik yacht pun bisa tinggal di Banyuwangi hingga empat malam,” ujar Djarwo.
Kawasan Boom Marina Banyuwangi akan dibangun di area seluas 44,2 hektar, dengan konsep berbasis kearifan lokal dan ramah lingkungan. Kompleks marina modern yang dibangun akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti zona marina, zona residensial, dan zona rekreasi.
Djarwo melanjutkan, pembangunan marina dilakukan secara bertahap. Tahun ini, akan dimulai pekerjaan pendalaman kolam untuk marina, penataan lahan untuk kawasan wisata, dan pembuatan dinding penahan tanah. Dilanjutkan tahun 2016 pembangunan marina dan resort di Pulau Wangi, pulau kecil yang berada di tengah Pantai Boom.
“Karena semua proses terkait pemetaan lahan, perizinan, dan kajian-kajian lainnya hampir rampung, makanya kami bisa segera mulai tahun ini juga. Pembangunan marina dan resort itu ditargetkan bisa beroperasi pertengahan 2017,” jelas dia.
Untuk mengenalkan Boom Marina ini lebih luas, Pelindo III berencana menggelar Fremantle to Banyuwangi Yacht Race & Rally pada 2017.  Sebelumnya, Pelindo III sukses menyelenggarakan event Fremantle to Indonesia Yacht Race dan Rally yang berlayar dari Australia dan finish di Pelabuhan Benoa Bali.
”Target kami, pada 2017 Banyuwangi sudah bisa menjadi tuan rumah sailing race Indonesia yang biasanya diadakan di Bali. Saya sudah bertemu dengan operator Fremantle Sailing Club dan mereka antusias,” cetus Djarwo.
Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Alam Kementrian Pariwisata Azwir Malaon yang saat itu turut hadir mengatakan pembangunan marina ini bisa menjadi katalis pengembangan wisata di Banyuwangi. Dengan garis pantai yang panjang, kata dia, Boom layak dikembangkan sebagai kawasan bahari yang terintegrasi.
“Marina ini bisa mempercepat target nasional pencapaian wisatawan bahari. Target kami ada empat juta turis bahari,” kata Azwir. Data dari Kemenpar menyebutkan dari sekitar 9 juta wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2014, 1 jutanya merupakan wisman bahari. Devisa dari wisata bahari menyumbang 35 persen dari total devisa yang dihasilkan sektor pariwisata yang sebesar US$ 10 miliar.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, potensi wisata layar sangat besar dan bisa dioptimalkan untuk menggerakkan perekonomian lokal. Pada 2006, tercatat 75 "cruise calls" di seluruh wilayah Indonesia, lalu meningkat menjadi 403 cruise calls pada 2014. Pada 2019, pemerintah menargetkan 800 call dari kapal pesiar. Selama ini, kapal pesiar yang berlayar ke Indonesia banyak menuju ke daerah Indonesia bagian timur, seperti Bali dan Lombok.
"Dengan marina di Pantai Boom, Banyuwangi, ini diharapkan bisa mendukung target pemerintah dalam memacu wisata, khususnya wisata bahari," ujar Anas.
Anas optimistis keberadaan Marina Boom Banyuwangi jika sudah beroperasi ke depan bisa semakin menarik minat kapal pesiar dari luar negeri. "Salah satu kendala kapal pesiar adalah musim. Di Eropa ada musim dingin atau salju yang menyulitkan kapal pesiar. Nah, dengan iklim Indonesia yang tropis, kapal pesiar bisa berkunjung kapan pun," jelas Anas.
Pantai Boom sendiri dalam setahun terakhir telah direvitalisasi. Sebelum disentuh Pemkab Banyuwangi yang bersinergi dengan kelompok masyarakat setempat, pantai tersebut relatif kotor. Kini, telah dibangun Taman Digital bersinergi dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Food court yang bersih dan fasilitas ibadah juga selesai dibangun. Saat ini, Pantai Boom kian ramai dikunjungi wisatawan dan telah memberi denyut ekonomi untuk warga sekitar.
”Kami berikhtiar mengembalikan kejayaan Pantai Boom. Pantai ini dulu menjadi salah satu simpul gerak ekonomi masyarakat. Inggris bahkan juga pernah memasuki Banyuwangi melalui pelabuhan Boom. Itulah mengapa di Banyuwangi ada Kampung Inggrisan yang menjadi penanda keberadaan para pedagang Inggris di sini. Semoga ke depan kawasan pantai ini bisa semakin memberi ruang ekonomi bagi warga lokal,” jelas Anas. (Hu

Di Banyuwangi Akan Dibangun Kawasan Marina Terintegrasi

PT Pelabuhan Indonesia III telah memulai pembangunan marina di kawasan Pantai Boom, Banyuwangi. Dermaga kapal siar ini nantinya akan dibangun dengan konsep yang terintegrasi dengan pengembangan berwawasan lingkungan dan  mengakomodir kearifan lokal.
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), lewat anak usahanya, yaitu PT Pelindo Properti Indonesia dan Pemkab Banyuwangi akan memulai pengembangan Boom Marina Banyuwangi, sebuah kawasan dermaga dengan segala fasilitas pendukung untuk yacht (kapal layar ringan). Kawasan Boom Marina Banyuwangi akan dibangun di area seluas 44,2 hektar, dan direncanakan mampu menampung 150 kapal pesiar (yacht).
Presiden Direktur PT. Pelindo Properti Indonesia (PPI) Prasetyo mengatakan pengembangan marina di Pantai Boom Banyuwangi  akan dilakukan secara terintegrasi dimana pembangunan marina juga dibarengi dengan pengembangan marina community yang akan mampu mendorong perekonomian masyarakat sekitar dan menjadi salah satu koridor ekonomi  daerah.
“Kita tidak hanya sekedar membangun marina namun bagaimana memadukan antara marina, community dan aspek commercial bisa saling mendukung dan memberikan dampak yang maksimal bagi masyarakat, pariwisata daerah dan memberikan image positif bangsa,” terang Prasetyo.
Dalam proses pembangunan marina ini, Pelindo melakukan komparasi kajian  dengan studi banding konsep beberapa marina yang ada di dunia. Di antaranya Marina Port Vell Yacht Club, Barcelona dan Yacht Club de Monaco, Monaco.
Prasetyo menambahkan pembangunan marina ini melibatkan arsitek nasional, Ahmad Juhara. Konsep pengembangannya, imbuh dia, akan mengakomodir kearifan lokal, seperti bangunannya menyesuaikan dengan rumah Using.
Di dalam masterplannya, lanjut dia, pembagian kawasan tersebut akan dibagi atas zona marina, zona residensial dan zona rekreasi. “Kami akan membangun kompleks marina modern yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dengan segala fasilitas pendukung untuk yacht (kapal layar ringan),” ujar Prasetyo.
Sementara itu untuk pembagian zona marina, kata Prasetyo pembangunan dilakukan di kawasan bagian barat seluas 9,6 hektar, dengan luas kolam 4,75 hektar yang akan mampu menampung ratusan kapal pesiar. Marina ini juga akan dilengkapi shipyard dry berth atau area parkir yacht kering seluas 2,3 hektar yang mempu menampung 75 yahct. “Zona marina juga dilengkapi repair and maintenance area, marina lounge dan Hotel,” ujar Prasetyo.
Sedangkan zona residensial terdiri atas resort and villas. Serta zona rekreasi antara lain terdiri atas hidroponic farmland and aqua culture, visitor and education centre, camp ground, swimming and fishing pool, camp ground, kawasan retail, horse riding and restaurant, one day cruises, trekking area, promenade, landmark bridge.
Untuk mengenalkan Boom Marina ini lebih luas, lanjut dia, Pelindo III berencana menggelar Fremantle to Banyuwangi Yacht Race & Rally pada 2017. Sebelumnya, Pelindo III sukses menyelenggarakan event Fremantle to Indonesia Yacht Race dan Rally yang berlayar dari Australia dan finish di Pelabuhan Benoa Bali.
”Target kami, pada 2017 Banyuwangi sudah bisa menjadi tuan rumah sailing race Indonesia yang biasanya diadakan di Bali. Saya sudah bertemu dengan operator Fremantle Sailing Club dan mereka antusias,” cetus Prasetyo.
Sekedar diketahui,  Pantai Boom sendiri dalam setahun terakhir telah direvitalisasi. Sebelum disentuh Pemkab Banyuwangi yang bersinergi dengan kelompok masyarakat setempat, pantai tersebut relatif kotor. Kini, telah dibangun Taman Digital bersinergi dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Food court yang bersih dan fasilitas ibadah juga selesai dibangun. Saat ini, Pantai Boom kian ramai dikunjungi wisatawan dan telah memberi denyut ekonomi untuk warga sekitar. (Humas Protokol)

Once, Marcel, Citra, Vina, Shina Siap Tampil All Out di Jazz Pantai Malam ini

Lima penyanyi jazz siap tampil all out di Banyuwangi Beach Jazz Festival 2015, nanti malam, Satbtu (12/9). Kelima talent Elvonda Mekel alias Once, Marcel Siahaan, Citra Scholastika, Shena Malsiana dan Vina Panduwinata, telah tiba di Banyuwangi. pressconference bersama insan pers dan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, di Pendopo Kabupaten, Sabtu sore, (12/9), para talent kompak ingin menyuguhkan tampilan yang spektakuler di Jazz pantai malam ini.
VIDEO = https://www.youtube.com/watch?v=7TbcNSol1I8
Dalam
Sesuai kapasitasnya masing-masing, kelima talent ini akan membawakan lagu-lagunya dengan maksimal di atas panggung yang luasnya 28 x 12 meter. Sebagai pembuka artis muda Shina Malsiana nanti akan mengawali sajian Jazz Pantai ini dengan membawakan lagu using “Rehana” yang dikolaborasikan dengan musik Jazz. “Lagu ini bagus sekali, tapi agak susah menyanyikan aku butuh mulai kemarin latihan. Tapi insyalloh nanti siap dan pastinya tak mengecewakan,” ujarnya.
Sementara Citra yang tampil manis ini, berjanji tak kecewakan pecinta Jazz di Banyuwangi dengan lagu-lagu hitsnya, salah satunya Everybody Knew. “Wah ini kehormatan banget bagiku bisa tampil disini. Peminatnya banyak banget keren,” ungkapnya. Hal yang sama diungkapkan Vina Panduwinata maupun lainnya.  Sebagai singa panggung Vina juga siap menghibur masyarakat Banyuwangi dengan lagu nostagianya nanti malam.
Selain siap perform, mereka pun juga mengaku kompak bangga dengan bisa menjadi talent di Jazz pantai yang merupakan event di gelaran Banyuwangi Festival 2015. Salah satunya Marcel Siahaan. Marcel  yang berjanji  akan membawakan sedikitkan enam lagu di Jazz Pantai ini, mengaku meski kali pertama di Banyuwangi tapi langsung suka dengan Banyuwangi. “Aku bangga bisa ikut andil menyukseskan pembangunan wilayah. Keren, mudah-mudahan Banyuwangi bisa jadi contoh daerah lain,” kata pelantun Semusim ini.
Jazz pantai akan dimulai pukul 18.00 WIB, dengan didahului penampilan musisi band lokal Banyuwangi dan Jazz Sholawat oleh ratusan orang. Baru sekitar pukul 19.30 WIB kelima talent Jazz menggebrak panggung. Dipandu MC kondang Desta dan Vincent Jazz pantai ini harapkan menjadikan sajian musik berkelas yang menghibur pecinta Jazz. “Jika nonton Jazz di JCC sudah biasa, tapi bisa nonton Jazz di tepi pantai pasti luar biasa. Suguhan ini bukan konser biasa, ini konser juga bisa dikatakan gathering bagi pemkab dengan para investor,” kata Bupati Anas. (Humas Protokol) 

Jazz Pantai Rasa Using

Pertunjukan Jazz Pantai yang akan digelar Sabtu malam, (12/9) di Pantai Boom, Banyuwangi dipastikan akan menarik. Lima talent jazz tanah air, Marcell Siahaan, Vina Panduwinata, Once Mekel, Citra Scholastika, dan Shena Malsiana akan tampil all out dari pukul 19.00 – 12.00 Wib.

Setiap talent akan menyanyikan delapan lagu dari hits-hist mereka. Seperti, Elvonda Mekel alias Once  akan membawakan “Dealova”, Marcell Siahaan “Semusim”, Citra Scholastika “Everybody Knew” dan juga Shena Malsiana. Sementara si Burung Camar Vina Panduwinata sudah pasti akan menyanyikan lagu-lagu cinta nostalgia, yang sudah tak asing, Biru, Surat C inta, Di Dadaku Ada Kamudan Cinta dan September Ceria. Yang menarik lagi, dua talent Jazz Shena dan Vina akan mendendang lagu using “ Cemeng Manggis dan Ulan Andhung-andhung dengan irama Jazz.
Agar sajian Jazz ini keren, pantia telah mendesain Pantai Boom dengan konsep panggung yang spektakuler. Menurut Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, MY Bramuda, panggunya dibuat cukup megah, dengan ukuran 28 x 12 meter dengan tinggi 3 meter. Dibelakang panggung ornamen bambu dikemas bak ombak-ombak air laut. Kanan kiri panggung dilengkapi LED (Light Emitting Diode) dengan ukuran yang cukup besar.
“Panggung raksasa itu disiapkan untuk memberikan kenyamanan penonton yang memegang tiket, baik kelas platinum, gold, maupun silver . Mereka bisa enjoy dan leluasa menikmati konser ini,” ujar Bramuda.  
Selain LED yang dipasang disisi panggung, pantia juga menyiapkan LED yang ditempatkan di amphitheatre Pantai Boom. “Ini kami siapkan khusus penonton yang tidak kebagian tiket bisa Jazz Pantai secara langsung lewat layar raksasa di Amphitheatre Pantai Boom,” kata Bramuda.    
Hingga jelang dua hari pertunjukan Jazz Pantai ini, kata Bramuda, antusias masyarakat yang ingin menonton Jazz Pantai terus mengalir. Hal itu bisa dilihat hingga siang kemarin jumlah tiket kelas silver dengan bandrol Rp 500 ribu telah sold out 75 persen. Sedangkan yang kelas platinum yang dibandrol dengan harga Rp 2 juta per tiket juga sold out 60 persen. Sementara kelas gold, dengan harga tiket Rp 1,5 juta masih terjual 20 persen. Kapasitas tempat yang disediakan untuk penonton dalam Jazz Pantai adalah 1200 penonton. (Humas Protokol)

08 September 2015

Bunga Kredit Usaha Rakyat Turun Jadi 9% di 2016

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, demi memperbaiki perekonomian saat ini pemerintah akan fokus mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) . Upaya tersebut dilakukan dengan cara memangkas bunga kredit usaha rakyat (KUR) menjadi hanya 9 persen tahun depan.
"Tahun depan rencananya bunga diturunkan lagi menjadi 9 persen. Dengan subsidi dari APBN dan diharapkan outstanding PDB-nya Rp120 triliun. Tahun ini bunga 12 persen outstandingnya Rp90 triliun," tutur Bambang dalam sebuah acara diskusi di Menteng, Jakarta, Senin (7/9/2015).
Selain itu, pemerintah sebelumnya sudah berupaya untuk membentuk KUR dengan fokus baru. Di mana pemberian KUR hanya untuk kelas mikro saja terlebih dahulu.
"Mulai 1 Agustus kemarin ada KUR versi baru untuk mikro dulu 30 juta. Kemudian bunganya disubsidi. Pemerintah keluarkan uang, bank nantinya juga akan membantu," imbuhnya.
Ditambah lagi, saat ini pinjaman KUR jauh lebih ringan karena tanpa adanya agunan. "Pemerintah dan bank sama kurangi tingkat bunga dan tidak ada agunan karena sudah ada jaminan kredit. Ada kredit jaminan tersebut PMN Jamkrindo, Askrindo untuk pastikan pengguna KUR tak pakai agunan," pungkas Bambang.

Edukasi Bencana Digelar lewat Kesenian Janger Banyuwangi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar edukasi kebencanaan melalui pertunjukan seni-budaya tradisional "Janger" di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Sabtu malam (5/9). Acara dihadiri oleh ribuan warga.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugrogo mengatakan, Indonesia adalah kawasan yang rentan bencana termasuk rentan terjadi erupsi gunung berapi dan gempa bumi. Saat ini, di Indonesia ada 18 gunung berstatus waspada, tiga gunung berstatus siaga, dan satu gunung berstatus awas. Gunung Raung salah satunya yang memiliki tipe letusan strombolian yang berarti bahayanya tidak akan meluas. Hal tersebut disebabkan lontaran material pijar yang cukup berat dan sistem kawah Gunung Raung sudah terbuka sehingga tidak ada penumpukan energi yang cukup besar untuk memicu letusan besar. Jenis letusan tidak kuat, namun terus menerus.

"Hingga saat ini BNPB terus memantau kondisi Gunung Raung, baik aktivitas seismik maupun pengukuran kualitas udara untuk menentukan penurunan atau peningkatan aktivitas gunung setinggi 3.332 meter tersebut," ujar Sutopi.

Dia mengatakan, erupsi Gunung Raung membuat masyarakat sering panik dan bingung tanpa tahu harus berbuat apa dikarenakan masih sangat minimnya pengetahuan masyarakat serta pemahaman yang benar mengenai ancaman, bahaya dan risiko bencana terutama di daerah rawan bencana.

Diharapkan melalui pertunjukan Janger ini, masyarakat setempat mendapatkan informasi yang jelas dan benar tentang kebencanaan dan meningkatkan kewaspadaan akan risiko bencana baik dilokasi bencana, dan sekitar lokasi bencana. Janger sendiri adalah pertunjukan rakyat di Banyuwangi yang mempunyai lakon atau cerita yang diambil dari kisah-kisah legenda maupun cerita rakyat lainnya.

"Pertunjukan rakyat Janger yang memiliki sifat menghibur bisa menyampaikan pesan dalam suasana santai dan menyenangkan, sehingga lebih menarik perhatian masyarakat. Edukasi kebencanaan secara kreatif lewat seni-budaya lokal seperti di Banyuwangi ini sangat menarik dan efektif dalam menyampaikan pesan," jelas Sutopo.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan,  dengan adanya edukasi kebencanaan ini diharapkan bisa membuat masyarakat siaga hadapi bencana dan siap untuk dievakuasi sewaktu-waktu terjadi bencana.

Selain edukasi kebencanaan, Pemkab Banyuwangi juga telah melakukan sejumlah langkah terkait manajemen kebencanaan. Di antaranya adalah program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana. "Di APBD Perubahan 2015 juga telah dialokasikan pembangunan infrastruktur untuk akses daerah yang rawan bencana. Beberapa ruas jalan tersebut sudah mulai dikerjakan," jelas Anas. (Humas Protokol)

04 September 2015

Talent BEC Unjuk Kebolehan di World Expo Milan (WEM) 2015, Italia

Setelah Barong Osing dibawa ke Frankfurt, Jerman, beberapa waktu yang lalu. Kali ini giliran talent BEC yang tampil di Milan, Italia.
Para penari ini berpartisipasi dalam promosi Wonderful Indonesia (WI) dalam ajang World Expo Milan (WEM) 2015 pada tanggal 5-8 September mendatang. Mereka akan menampilkan fragment BEC dan tari gandrung.
Keberangkatan talent BEC ini untuk memenuhi undangan resmi dari Kementrian Pariwisata RI. Rabu malam (2/8), lima perwakilan BEC diberangkatkan ke Surabaya, untuk selanjutnya diterbangkan ke Jakarta dan Italia. Lima orang tersebut adalah juara-juara BEC tahun sebelumnya yang memenuhi kualifikasi seleksi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Y.M Bramuda, mengatakan perwakilan yang diberangkatkan ini harus memenuhi tiga persyaratan, yakni bisa menari, memiliki wawasan luas tentang budaya Banyuwangi dan yang tidak kalah penting harus bisa merias.
“Yang memenuhi ketiga persyaratan tersebutlah yang terpilih jadi duta ke Itali. Memang agak susah milihnya, soalnya gak banyak juara BEC yang memenuhi tiga hal tersebut,” ujar Bramuda.
Bramuda menambahkan, para duta telah melakukan persiapan sejak dua minggu sebelum berangkat. Baik persiapan gerakan tarian maupun kostum yang akan dikenakan dalam acara tersebut. “InsyaAllah mereka sudah siap. Gerakan tari sudah diseragamkan, bahkan kostumnya pun telah direkonstruksi ulang agar tidak terlalu besar dan berat saat dibawa terbang menuju Itali,” imbuh pria yang biasa disapa Bram ini.
Sementara itu, salah satu duta, Intan Mey, mengatakan sangat senang bisa terpilih sebagai wakil Banyuwangi. Ia telah melakukan persiapan maksimal sebelum berangkat. “ Alhamdulillah, dengan talenta menari, saya bisa mewakili Banyuwangi ke luar negeri. Ini pertama kali saya ke Eropa. Semoga bisa mengharumkan nama Banyuwangi dan Indonesia di dunia internasional,” kata gadis yang juga karyawan salah satu rumah sakit di Banyuwangi ini.
Selain tampil dalam evet tahunan World Expo Milan (WEM) 2015, lima perwakilan dari Banyuwangi juga akan memeriahkan Italy National Day pada 6 September mendatang dalam bentuk karnaval dengan menggunakan kostum BEC dan juga menampilkan welcome dance yaitu tarian jejer gandrung. (Humas dan Protokol)

Bupati Anas Resmikan Jembatan Terpanjang di Banyuwangi

Bupati Abdullah Azwar Anas meresmikan jembatan terpanjang di Banyuwangi, Jembatan Wiroguno, Jum’at (3/9). Peresmiannya cukup unik, mengundang warga untuk kenduri bersama di sepanjang jembatan yang panjangnya mencapai 80 meter.

Jembatan ini menghubungkan desa Gambiran, Kecamatan Gambiran dengan Desa Dasri, Kecamatan Tegalsari. Memiliki panjang bentangan 80 meter, tinggi dari dasar sungai mencapai 8 meter, dengan lebar 9,7 meter. Jembatan yang memiliki kekuatan muatan maksimal 50 ton ini, saat ini menjadi alternatif baru bagi masyarakat untuk melipat jarak ke daerah yang dituju.
“Saya senang sekali dengan adanya jembatan baru ini. Karena saya tidak perlu lewat Genteng jika ingin ke Bangorejo ataupun Jajag, cukup lewat jembatan ini,” kata Siswanto, salah seorang warga yang turut hadir.
Jembatan ini memang dirancang sebagai alternatif jalan pintas dari Kecamatan Gambiran menuju Kecamatan Tegalsari. Jarak yang dipangkas bisa mencapai lebih dari 10 km. Jembatan ini melintas di atas Sungai Setail.
Bupati Anas mengatakan, Jembatan Wiroguno ini merupakan salah satu program prioritas pemda. Mengingat sarana infrastruktur ini memiliki manfaat yang cukup besar bagi kelangsungan hidup masyarakat. Pertama mampu meningkatkan aksesbilitas jalan dari tiga kecamatan, Tegalsari, Gambiran dan Genteng. Kedua membuka bottleneck (penyempitan jalur) serta mengurai kemacetan di wilayah Genteng yang selama ini menjadi jalur utama dari arah barat jika ingin menuju wilayah selatan.
“Dengan dibangunnya jembatan ini saya harap bisa membuka isolasi wilayah daerah Barat menuju ke kota. Sehingga bisa mengurangi disparitas antar kecamatan” kata Bupati Anas.
Sementara itu Kepala Dinas PU, Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang, Mujiono, menambahkan pembangunan jembatan memakan waktu selama dua tahun. Tahun 2013 dengan anggaran Rp 5,3 miliar dan tahun 2014 Rp 8,7 miliar. Total anggaran untuk jembatan yang berskala nasional ini Rp 14, 1 miliar.
“Jembatan terpanjang di Banywuangi ini sebenarnya sudah selesai enam bulan lalu dan telah kami uji kelayakannya. Jembatan ini juga dilengkapi trotoar untuk para pejalan kaki dengan lebar trotoar kanan kiri masing-masing 1,4 meter,” terang Mujiono.
Peresmian jembatan ini memang sengaja menghadirkan ratusan warga sebagai bentuk syukur. Masyarakat termasuk anak sekolah diajak kenduri bersama Bupati Anas di sepanjang Jembatan Wiroguno. Mereka duduk dengan guyub sambil menikmati tumpeng yang disediakan. “Ayo dihabiskan tumpengnya. Ini sebagai rasa syukur atas pembangunan jembatan yang nilainya setara dengan pembangunan jalan sepanjang 15 km,” pungkas Bupati Anas.  (Humas Protokol)

02 September 2015

Pusat Sosialisasikan Penggunaan Dana Desa

Seiring dengan pengucuran dana desa dari pusat, Kementerian Keuangan RI melakukan sosialisasi tentang kebijakan penggunaan dana desa di Pendopo, Senin (31/8). Sosialisasi ini digelar agar desa bisa memanfaatkan dana tersebut dengan tepat dan meminimalisir kesalahan administrasi yang dilakukan para aparat desa.  

Hadir dalam acara tersebut anggota DPR RI dari Komisi XI, Sumail Abdullah; Kasubdit Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian RI (DJPK), Sukarni M Amin; Kepala Bagian Keuangan, Desky Wijaya; Kepala seksi Dana Bagi Hasil Pajak I, Jaka Sucipta; dan Kepala Seksi Administrasi Pemerintahan Desa Kemendagri, Mei Rahayuningsih. Selain itu, hadir pula para kepala desa se-Kabupaten Banyuwangi.
Dikatakan Sumail, dana desa ini merupakan kebijakan pemerintah pusat sebagai upaya mempercepat penguatan peran daerah dalam penyediaan pelayanan publik. Dana ini digunakan untuk pembangunan infrastruktur, operasional desa dan kegiatan-kegiatan yang mampu memacu perekonomian desa.
“Acara ini digelar untuk menyosialisasikan tentang tata cara pencairan dana desa dan rambu-rambu tentang penggunaan dan larangannya. Pusat sendiri telah mengucurkan banyak dana yang total Rp 20,766 triliun, naik dibanding tahun lalu yang hanya Rp 9 triliun. Untuk Banyuwangi sendiri yang sudah ditransfer sebesar Rp 47,9 miliar,” ujar Sumail.
Sumail mengharapkan dana desa tersebut bisa dikelola dengan transparan, akuntabel dan bisa dipertanggung jawabkan. Agar transfer dana desa ini tidak menyimpang, dia menghimbau agar pemda Banyuwangi memberikan pendampingan terhadap kepala desa sebagai penerima dana transfer. Sehingga tidak ada kepala desa yang bersentuhan dengan aparat penegak hukum.
“Karena ini juga menjadi obyek pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, nantinya BPK juga akan kita hadirkan untuk mendampingi para kepala desa. Ini sebagai bentuk pencegahan secara dini agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” ujar Sumail.
Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM-PD), Suyanto Waspo Tondo mengatakan pemerintah pusat telah menganggarkan dana desa untuk Banyuwangi sebesar Rp 59,8 miliar. Yang sudah ditransfer ke kas daerah sebesar Rp 47,9 miliar.
“Banyuwangi telah mendapatkan transfer dua kali. Tahap pertama pada April  dan tahap II akhir Juli 2015 lalu. Rencananya, pencairan tahap ke III bisa dilakukan Oktober mendatang,” kata Yayan, sapaan akrabnya.
Dari dana tersebut, yang dicairkan oleh desa baru sebesar Rp 16,9 miliar oleh 133 desa. Terkait minimnya pencairan dana ini, Yayan menjelaskan bahwa masalah yang banyak dihadapi desa adalah syarat mutlak adanya pembuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di setiap desa seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Pemerintahan Desa.
“APBDes syarat mutlak bagi pencairan. Di satu sisi, APBDes ini baru bagi mereka, sehingga di bulan-bulan awal kemarin mereka masih banyak yang belajar membuatnya. Hal ini yang akhirnya menjadi salah satu yang menyebabkan minimnya pencairan oleh desa,” jelas Yayan.
Untuk mempercepat proses pencairan tersebut, Yayan menjelaskan BPM-PD telah melakukan pelatihan pembuatan APBDes dan sejumlah hal terkait proses administrasi pencairan hingga 4 kali dalam setahun. “Setiap hari kami juga membuka konsultasi bagi aparat desa yang hendak bertanya masalah pencairan dana desa. Termasuk juga konsultasi bagi tata cara penatausahaan dan pelaporan dana desa tersebut,” jelas Yayan. (Humas & Protokol)

Rencana pengembangan marina atau dermaga kapal pesiar di Pantai Boom

Rencana pengembangan marina atau dermaga kapal pesiar di Pantai Boom, Banyuwangi, akan segera terealisasi. Pada 11 September 2015, Menteri Pariwisata Arief Yahya dijadwalkan akan melakukan peluncuran secara resmi program tersebut yang menandai dimulainya pengembangan wisata maritim terintegrasi di Pantai Boom.

BUMN PT Pelindo III melalui anak usahanya, yaitu PT Pelindo Properti Indonesia, dan Pemkab Banyuwangi berencana membangun marina di kawasan Pantai Boom di atas lahan seluas 30 hektar. Dermaga sandar kapal pesiar ini direncanakan mampu menampung 150 kapal pesiar (yacht).
Presiden Direktur PT Pelindo Properti Indonesia, Prasetyo mengatakan, bersamaan dengan peluncuran proyek tersebut secara resmi, juga akan dilakukan penanaman 2000 pohon dan pelepasliaran anak penyu di Pantai Boom.
”Peluncuran proyek ini juga menjadi tanda bahwa kami tidak hanya sekadar membangun marina, tapi juga penataan kawasan Pantai Boom menjadi sebuah Marina Community yang mampu membangkitkan ekonomi mayarakat sekitar Banyuwangi dan Indonesia,” kata Prasetyo.
Tim teknis Pelindo III dan Pemkab Banyuwangi telah bertemu beberapa kali untuk mematangkan konsep pengembangan marina yang akan diarsiteki oleh arsitek nasional Ahmad Juhara. “Saat ini semua proses terkait pemetaan lahan, perizinan, dan kajian-kajian lainnya hampir rampung. Konstruksi akan dimulai pada 2016,” jelas dia.
Meskipun marina Pantai Boom baru akan dibangun, kata Prasetyo, antusiasme para pemilik yacht (kapal pesiar) dunia sangat tinggi untuk masuk. Terbukti pada saat Pelindo III mengikuti pameran maritim dan memajang konsep marina tersebut, banyak pemilik yacht tertarik untuk masuk dan menanyakan besaran tarif sewa sandar yacht. “Karena itu, kita sangat optimistis dengan proyek marina ini dan ingin segera merealisasikan,” kata Prasetyo.
Pengembangan marina tersebut bakal dikoneksikan dengan Pantai Tanjung Benoa di Bali dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur. ”Prospeknya cerah karena yacht sudah cukup penuh di Bali. Banyuwangi bisa menjadi alternatif,” ujar dia.
Prasetyo melanjutkan, pembangunan marina akan dilakukan secara bertahap. Pada 2016 dimulai dengan pembangunan marina dan resort di Pulau Wangi, pulau kecil yang berada di tengah Pantai Boom.
Pembangunan marina dan resort itu ditargetkan pada awal 2017, sehingga bisa beroperasi pada pertengahan 2017. ”Target kami, pada 2017 Banyuwangi sudah bisa menjadi tuan rumah sailing race Indonesia yang biasanya diadakan di Bali. Nanti race-nya bertajuk Fremantle to Banyuwangi Yacht Race & Rally. Saya sudah bertemu dengan operator Fremantle Sailing Club dan mereka antusias. Operator tersebut biasanya melakukan rally laut dengan yacht yang biasanya menggarap rute Bali, Lombok, dan Labuan Bajo. Jadi nanti akan terkoneksi,” cetus Prasetyo.
Sementara itu, arsitek marina, Ahmad Juhara, mengatakan, wisata maritim Pantai Boom mendorong pengembangan di sekitar kawasan dengan mengakomodasi ruang-ruang budaya dan pendidikan bagi publik seperti pendirian eco park.
Lingkungan Pantai Boom juga didesain sebagai area hijau dengan meminimalisasi akses kendaraan bermotor dan memperluas akses pejalan kaki serta pesepeda. Untuk area komersial akan ada zonasi yang tetap berwawasan lingkungan dan kearifan lokal. Area ini antara lain terdiri atas hotel, restoran, water sport, dan fasilitas one day cruise.
”Menariknya pengembangan Pantai Boom juga akan membuka akses pantai ini sebagai pintu masuk atau startpoint jalur laut ke berbagai destinasi wisata pantai lainnya di Banyuwangi seperti Pantai Pulau Merah, Plengkung dan Sukamade,” pungkas Prasetyo. (Humas Protokol)

APBD Perubahan 2015 sebesar Rp 3,007 triliun, naik Rp 434,8 miliar dari sebelumnya yang Rp 2,57 triliun

Nota Pengantar Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (PAPBD) Tahun Anggaran 2015 telah diserahkan Bupati Abdullah Azwar Anas kepada DPRD Banyuwangi, di Ruang Sidang Paripurna, Selasa (1/9).
 
Pada APBD Perubahan 2015 ini diajukan anggaran belanja sebesar Rp 3,007 triliun, naik Rp 434,8 miliar dari sebelumnya yang Rp 2,57 triliun. Khusus pada APBD Perubahan ini, pemkab menitikberatkan pada pembangunan insfrastruktur yang memang menjadi prioritas utama.
“Di APBDP ini anggaran tidak lagi digunakan untuk pembangunan kantor-kantor, tetapi lebih difokuskan pada pemberdayaan masyarakat dan pembangunan infrastruktur dasar. Di antaranya, pembangunan jalan, baik itu jalan kabupaten, akses pariwisata, bandara  hingga evakuasi bencana. Selain juga pembangunan irigasi dan penyediaan air bersih,” kata Bupati Anas.
Total penambahan anggaran, kata Anas, untuk infrastruktur jalan mencapai Rp 60 miliar. Dana ini baik untuk pemeliharaan, penambahan maupun pelebaran jalan yang totalnya mencapai 50 km.
Ditambahkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Cipta Karya dan Tata Ruang, Mujiono insfrastruktur yang akan dibangun, antara lain jalan evakuasi bencana raung, jalan menuju bandara dan jalan menuju akses pendidikan, pariwisata, kesehatan dan pelaku UMKM.
“Anggaran Rp 60 miliar itu, untuk membangun jalan dengan lebar yang bervariasi, mulai lebar 6 meter hingga 12 meter, tergantung lokasinya. Seperti jalan menuju bandara yang semula 4 meter diperlebar menjadi  6 meter dan jalan yang di kota Banyuwangi, sepanjang Jalan Brawijaya- Gajahmada -  sampai Raden Wijaya  diperlebar menjadi 12 meter. Kami targetkan semua akses jalan ini bisa tuntas dan selesai di akhir tahun,” ujar Mujiono.
Sementara itu, Kepala Dinas PU Pengairan, Guntur Priambodo mengatakan penambahan anggaran untuk infrastruktur pengairan pada APBD P ini mencapai  Rp 31,75 miliar. Anggaran ini, kata dia, akan digunakan untuk pemeliharaan jaringan irigasi dan normalisasi saluran sungai, dan rehabilitasi kawasan kritis sungai.
“Di akhir tahun ini akan kita tuntaskan pemeliharaan saluran  irigasi sebanayak 204 titik, yang tersebar di seluruh wilayah Banyuwangi. Sebelumnya, pada APBD 2015 kemarin, kami telah menyelesaikan 182 titik,” kata Guntur.
“Untuk waduk Bajul Mati harapan kami bisa selesai tahun ini, sehingga tahun depan bisa mulai diisi. Ini tentunya bisa membantu pengembangan pertanian di Banyuwangi.  Kami juga berharap DPRD bisa segera mengesahkan PAK, sehingga pembangunan infrastruktur fisik segera dilakukan.  Takutnya saat musim hujan tiba, pembangunan infrastrukturnya bisa terhambat,” kata Anas. (Humas Protokol)