26 Juli 2015

Pemkab Gelar Balik Mudik Bareng Gratis 2015

Memasuki masa akhir liburan sekolah yang tinggal dua hari lagi, sekaligus mengakhiri libur lebaran, Pemkab Banyuwangi menggelar Balik Bareng Gratis  (BBG) 2015, Sabtu (25/7) pagi. Program yang digelar bekerjasama dengan Dinas Perhubungan dan DLLAJ Provinsi Jawa Timur itu tampak sangat diminati masyarakat. Terbukti dari banyaknya penumpang yang memenuhi masing-masing angkutan bus yang disediakan.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Banyuwangi, Suprayogi mengatakan, untuk program BBG 2015 ini, Pemkab Banyuwangi  dan Pemprov Jatim telah menyiapkan 17 armada bus. Yakni 13 bus tujuan Banyuwangi – Surabaya, dan 4 bus sisanya tujuan Banyuwangi – Denpasar plus 1 truk untuk mengangkut sepeda motor. “Untuk pertama kalinya, kami menyediakan angkutan bus untuk mudik dan balik lebaran menuju Bali. Sebab ternyata, warga Banyuwangi yang tinggal di Pulau Dewata itu tidak sedikit,” beber Yogi, sapaan akrabnya.
Jumlah peminat program  BBG tahun ini, imbuh Yogi, meningkat sebesar 10 persen dari tahun sebelumnya. “Seluruh bus berkapasitas 55 penumpang. Tapi kami plot untuk 50 orang demi kenyamanan mereka di perjalanan. Total ada 750 penumpang yang kami berangkatkan. Sedangkan  truk-nya mengangkut 30 unit sepeda motor,” kata Yogi.
Program ini memang sudah rutin diagendakan setiap tahun saat menjelang dan pasca Hari Raya Idul Fitri. Tujuannya selain untuk meminimalisir penggunaan sepeda motor sebagai upaya menekan kecelakaan lalu lintas, juga untuk memberi bantuan pelayanan kepada masyarakat sehingga bisa melangsungkan perjalanan pulang ke kampung halaman dan balik  dengan aman serta untuk mengurangi kepadatan kendaraan utamanya angkutan darat.
Bibit Sucahyono, salah seorang peserta program BBG ini, menyatakan rasa gembiranya bisa kembali ke tempat tinggalnya di Bali dengan gratis, usai berlebaran di Banyuwangi selama dua minggu. Lelaki 30 tahun asal Kelurahan Karang Rejo Banyuwangi ini sebelumnya mudik bersama istri dan dua anaknya dengan menggunakan sepeda motor. Namun setelah mendengar dari saudaranya ada program ini, dirinya bergegas mendaftarkan diri ke Kantor Dishubkominfo Banyuwangi.
“Saya sekeluarga merasa terbantu dengan mengikuti BBG ini. Selain hemat biaya, anak saya yang masih berusia 8 tahun dan 5 bulan juga tidak khawatir kecapekan atau kepanasan di jalan. Sepeda motor kami pun juga ikut diangkut naik truk,”tandas pria yang telah bekerja di Nusa Dua – Bali selama 15 tahun itu. Di tahun-tahun mendatang Bibit berjanji akan memanfaatkan kesempatan yang sama, pulang ke Banyuwangi dan kembali ke Bali dengan mengikuti program ini.
“Terima kasih kepada Pemkab Banyuwangi. Mudah-mudahan ini ini terus berlanjut, tiap tahun terus ada,”pungkasnya. (Humas & Protokol)

25 Juli 2015

Seblang Olehsari Digelar, Ditarikan Seorang Anak Gadis



Setelah ritual Barong Ider Bumi yang digelar 2 Syawal lalu, suku Using Banyuwangi menggelar ritual Seblang Olehsari di bulan Syawal juga. Sebuah tradisi ungkapan rasa syukur atas keselamatan desa kepada leluhur.


Prosesi  ritual adat ini digelar di Desa Olehsari Kecamatan Glagah Jum’at (24/7). Ritual adat tahunan ini merupakan agenda Banyuwangi Festival 2015. Seblang ini akan digelar selama 7 hari berturut turut, hingga 30 Juli 2015, yang setiap harinya akan dimulai pukul 14.00 WIB dan berakhir menjelang Maghrib.
Dikatakan Plt Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda, ritual yang bertujuan untuk memohon keselamatan itu berlangsung sakral dan magis. Diawali seorang pawang membawa penari ke panggung pertunjukan untuk memasang mahkota berupa omprok yang dihiasi janur kuning dan beberapa macam bunga segar di atasnya. Setelah itu  para pawang membacakan mantra  untuk  memasukkan roh Sang Hyang ke dalam tubuh sang penari.
Pada tahun ini, penari Seblang jatuh kepada gadis muda, Fidyah Yuliaty. Fidyah yang memiliki garis keturunan Seblang ini adalah pelajar kelas 3 SDN 1 Glagah. Penari Seblang bukanlah penari biasa, yang bisa membawakan tarian ini hanyalah gadis muda yang memiliki “darah” Seblang dari penari-penari sebelumnya.
“Di Banyuwangi tradisi Seblang ada dua, Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan. Tradisi Seblang Olehsari digelar di bulan Syawal dan dibawakan oleh gadis muda. Sementara Bakungan digelar di setiap bulan Dzulhijjah setelah Idul Adha, penarinya adalah Seblang tua yang sudah menopause,” kata Bramuda.
Untuk menarikan Seblang, seorang penari harus kerasukan roh dari leluhur. Proses masuknya roh ini diiringi 28 lantunan gending, yang diawali Gending Lukinto. Gending ini dipercaya oleh masyarakat Olehsari sebagai pemanggil arwah atau sebuah kekuatan halus untuk datang ke ritual seblang.
Untuk membuktikan roh sudah masuk dalam tubuh penari, pawang cukup menggoyangkan tubuh penari ke kanan dan kekiri, apabila nyiru kosong yang sejak tadi di pegang penari jatuh dan badan penarinya  terjungkal ke belakang menandakan bahwa penari sudah kerasukan.
Selanjutnya, pertunjukan diteruskan dengan lantunan gending-gending Using lainnya seperti gending Liliro Kantun, Cengkir Gadhing, Padha Nonton Pupuse, Padha Nonton Pundak Sempal, Kembang Menur, Kembang Gadung, Kembang Pepe, dan Kembang Dermo. Pada saat gending Kembang Dermo ini dibawakan, penari Seblang membawa tampah yang berisi bunga yang bernama Bunga Dermo.
Pada hari ke-7 nanti, Seblang akan diarak keliling desa yang disebut ider bumi. Dia akan berjalan beriringan bersama pawang, sinden, dan seluruh perangkat menuju empat penjuru. Penjuru tersebut adalah Situs Mbah Ketut yang dianggap awal berdirinya desa Olehsari, lahan Petahunan, Sumber Tengah dan berakhir di Balai Desa. Prosesi itu mengakhiri ritual Seblang Olehsari.
Meski digelar setiap tahun, daya pikat ritual Seblang Olehsari ini cukup tinggi. Ribuan masyarakat tampak hadir menyaksikan salah satu tradisi adat suku Using ini. Meski sinar matahari terik, masyarakat dan wisatawan berbaur asyik menikmati tarian magis ini.
“Setiap Seblang Olehsari digelar, saya pasti datang melihat. Karena terkesan dengan unsur magis tariannya tersebut. Beda dengan tarian pada umumnya, meski gerakan seblang ini sederhana namun bagi saya menari dalam kondisi tak sadar itu sangat menakjubkan,” ujar Yahya Muzakki dari Genteng Banyuwangi. (Humas Protokol)

Banyuwangi Gelar "Sunrise of Java Cup 2015"

Setelah tertunda beberapa saat, turnamen sepak bola yang bertajuk "Sunrise of Java Cup" 2015 akan segera dilangsungkan. Event ini akan dihelat di Stadion Diponegoro yang dijadwalkan akan berlangsung selama enam hari, mulai 29 Juli hingga 3 Agustus 2015.

Pertandingan sepak bola ini merupakan turnamen mini yang bersifat friendly (persahabatan). Di event ini, masing-masing tim akan bertanding 3 kali. Dari permainan ini akan diambil point yang tertinggi dan dinyatakan sebagai pemenang.
Menurut Koordinator penyelenggara turnamen sunrise of Java Cup Heriyanto, turnamen ini rencananya diikuti empat tim, seperti Arema Cronus (Malang), Bali United (Bali), Garuda All Star (Timnas U-23), dan tuan rumah Persewangi Banyuwangi. “Keempat tim yang akan berlaga dijadwalkan tiba di Banyuwangi sehari sebelum pertandingan,” ujarnya.
Sebagai laga pembuka turnamen ini akan digelar Rabu 29 Juli, pukul 19.00 WIB. Selanjutnya, pertandingan berikutnya tanggal 30, 31 Juli  dan 1 Agustus akan dimulai pukul 15.00 WIB. Sedangkan pertandingan tanggal 1 & 3 Agustus dijadwalkan dimulai 19.00 WIB.
Untuk saat ini, persiapan turnamen mini ini sudah ready 95 persen. Ijin penyelenggaran stadion yang baru direnovasi pemkab pun sudah kami kantongi, termasuk ijin keamanan juga sudah ada. “Ini semua berkat koordianasi dengan pemkab, kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah membantu dan mensuport kami sepenuhnya,” ujar Aliong sapaan Heriyanto.
Bagi masyarakat yang ingin menonton langsung pertandingan, kata Aliong, penyelenggara telah menyiapkan tiket. Untuk kelas ekonomi dijual Rp 30 ribu, VIP Rp 50 ribu dan VVIP Rp 500 ribu. Tiket-tiket itu bisa dibeli di sejumlah radio yang bekerja sama dengan penyelenggara. Di antaranya, VIS FM, Fajar FM, Mandala FM, MCFM dan Radar Banyuwangi.
“Meski ini turnamen persahabatan, namun hadiah yang disediakan penyelenggara cukup besar, sebagai hadiah utama disediakan satu buah unit mobil,” ujar Heriyanto. (Humas Protokol)

20 Juli 2015

Adat Tradisi Lebaran Ketupat 2015-Puter Kayun Banyuwangi

Sebagai bentuk ucapan rasa syukur atas rezeki yang di dapat selama bulan Ramadan dan lebaran, para kusir delman (dokar) Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri melaksanakan pawai adat Puter Kayun (26/7/2015). Pawai yang  diikuti oleh dua puluh dokar tersebut, .Iring – iringan dokar tersebut dimulai dari daerah perbatasan kelurahan Boyolangu hingga pantai Watudodol.

Ketua panitia Puter Kayun, Samsul Hadi mengatakan pawai adat Puter Kayun dilaksanakan rutin setiap tahunnya dan sudah masuk dalam kalender pariwisata Banyuwangi. Sementara itu, Puter Kayun memiliki arti puter atau berkeliling dan Kayun artinya bersenang – senang. “ Setelah para kusir dokar tersebut mendapat rezeki berlimpah selama bulan Ramadhan dan lebaran, mereka mengistirahatkan kudanya pada hari ketujuh lebaran “ jelasnya. “Kemudian tepat pada hari kesepuluh Hari Raya Idul Fitri, seluruh kusir dokar melakukan pawai sambil menunggangi dokar menuju pantai Watudodol bersama keluarganya, “ imbuhnya.


Pelaksanaan pawai Puter Kayun tersebut merupakan peran serta masyarakat dalam melestarikan adat yang menjadi ciri khas suatu daerah. “ Saya berterimakasih kepada seluruh warga Boyolangu khususnya para kusir dokar, yang tetap guyub menyelenggarakan pawai Puter Kayun, “ puji Wabup.


Di akhir acara, seluruh warga yang mengikuti pawai Puter Kayun makan bersama di pantai Watudodol kemudian dilanjutkan mandi bersama di pantai yang dipercaya bisa membuang sial dan malapetaka. (Humas&Protokol)

Pulang Kampung Banyuwangi, Menpar asli Banyuwangi Merasa Kemesut

Mudik ke kampung halaman saat Lebaran, selalu dirasakan sebagai moment terindah bagi setiap orang. Tak terkecuali Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya saat pulang ke kampung halamannya, Banyuwangi. Menpar merasa kemesut setiap pulang ke daerah yang berjuluk Sunrise of Java ini.

Menpar yang asli Banyuwangi ini, memiliki tradisi rutin pulang kampung setiap Lebaran. Selain untuk bersilahturahmi dengan keluarga besarnya, tradisi mudik Lebaran ini dimanfaatkan Menpar untuk bernostalgia  dengan teman-teman sekolahnya dulu. “Kemarin saya ajak kumpul temen-temen. Selalu ada saja yang menyenangkan,” ujar Menpar di Pendopo Banyuwangi, Senin (20/7).
Selain rutin bertemu dengan teman masa kecilnya, Menpar juga rutin hadir di acara Diaspora Banyuwangi yang digelar oleh pemkab. Seperti tahun ini, Menpar pun menghadiri acara rutin Diaspora Banyuwangi yang digelar Senin 20 Juli di Pendopo Kabupaten.
Diakatakan Menpar, dirinya merasa perlu hadir di acara ini untuk memberikan kontribusi kepada Banyuwangi bersama-sama dengan perantau lain. "Harus ada sumbangan nyata untuk setiap tanah kelahiran kita. Sebagai salah satu bhakti kepada kampung halaman," kata Arief.
Menpar pun terlihat trenyuh saat berkumpul dengan ratusan diaspora (perantau asal Banyuwangi) di pendopo. Apalagi saat menyanyikan lagu Using Tanah Kelahiran, Menpar terlihat berkaca-kaca dan menangis.
“Saya selalu kemesut, trenyuh yang sangat, setiap ingat tanah kelahiran. Rasanya ada di dalam dada sekali,. Kita ini kan sudah lama gak pulang kampung. Apalagi melihat ini terasa ada di dalam kalbu,” kata Menpar saat menghadiri Diaspora di Pendopo kabupaten, Senin (20/6). 
Kepulangan Menpar ini juga dimanfaatkan untuk melihat perkembangan pariwisata Banyuwangi. Sehari sebelumnya, Menpar mengunjungi Pantai Boom yang letaknya tak jauh dari kediaman masa kecilnya. Di sana, Arief sempat meminta masyarakat untuk terus menjada kebersihan tempat wisata.
"Kalau ingin Banyuwangi dikenal luas, destinasinya harus bersih. Toiletnya juga sama, harus bersih. Jangan seperti sekarang ini, libur Lebaran masyarakat kok buang sampah sembarangan di Pantai Boom. Menjaga kebersihan memang mahal, tapi akan lebih mahal bila kita tidak melakukannya sama sekali," pungkas Menpar. (Humas Protokol)

Kumpulkan Warga Rantau, Banyuwangi Gelar Tradisi Diaspora

Banyuwangi sekarang miliki tradisi baru setiap libur Lebaran. Namanya Diaspora Banyuwangi, yakni memfasilitasi pertemuan para perantau asal Banyuwangi di pendopo kabupaten. Tradisi ini selalu sukses mengundang ratusan diaspora untuk hadir. Mulai perantau yang datang dari dari Kalimantan, Jakarta, Bandung, Batam, Bali hingga Taiwan. Tak ketinggalan, Menteri Pariwisata RI Arief Yahya  yang merupakan putra asli Banyuwangi ini hadir di Pendopo Kabupaten, Senin (20/7). 
Para diaspora Banyuwangi itu bersilaturahim bersama sekaligus menikmati kuliner lokal seperti rujak soto, ayam kesrut, pecel pitik, dan sego cawuk. Bukan hanya disuguhi masakan tradisional Banyuwangi, para perantau juga diajak bernyanyi bersama lagu lawas Banyuwangi, Tanah Kelahiran.
"Saya sangat terharu menyanyikan lagu ini. Benar-benar teringat masa kecil kita dulu. Apalagi yang membawakan lagu itu Danang dengan suaranya yang merdu," ujar Tri Agung, perantau asal Jakarta. Danang adalah pemenang acara kompetisi musik Dangdut Akademi 2 salah satu televisi nasional.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, forum diaspora adalah bagian dari upaya mengonsolidasikan kekuatan dan potensi warga Banyuwangi yang tinggal di luar kota. Berbagai latar belakang profesi warga Banyuwangi dioptimalkan untuk membantu perkembangan daerah berjuluk "The Sunrise of Java" tersebut.
"Forum diaspora Banyuwangi sudah tiga tahun terakhir ini kami selenggarakan. Ini jadi ajang melepas kangen sekaligus menjaring masukan untuk pembangunan daerah. Kami ingin, di mana pun para warga Banyuwangi berada, di berbagai kota atau di luar negeri, mereka tetap bisa berpikir dan berkontribusi untuk Banyuwangi," ujar Anas.
Anas menambahkan, diaspora Banyuwangi adalah jembatan untuk memasarkan potensi produk dan wisata daerah.  Para warga Banyuwangi di berbagai daerah tetap bisa berkontribusi untuk pengembangan daerah. Misalnya, yang berprofesi sebagai pengusaha, bisa membangun jejaring pemasaran dengan pengusaha yang ada di Banyuwangi.
"Mereka juga diharapkan menjadi duta untuk memasarkan dan mempromosikan produk UMKM serta destinasi wisata Banyuwangi," tutur Bupati Anas.
Anas berharap, jamuan untuk para diaspora bisa ikut membangun cerita positif tentang Banyuwangi. Daerahnya kini memang sedang giat berbenah untuk menjadi destinasi wisata dan investasi. "Membangun perbincangan positif di kalangan publik luas sangat penting untuk menarik minat wisatawan dan investor," ujarnya.
Sementara itu, para diaspora yang datang ke pendopo mengaku senang dengan gelaran acara ini. Karena selain bisa beramah tamah dan bertemu sesama peratau, mereka menyatakan bisa melihat perkembangan Banyuwangi dari sini.
Seperti yang dikatakan Dian Riftiana (51), perantau yang kini menjadi wirausahawati asal Bali ini merasa terkesan dengan acara ini. “Dengan berkumpul disini kita jadi tahu perkembangan Banyuwangi secara menyeluruh. Ternyata Banyuwangi sangat kaya dan maju. Kita ada tambang emas, wisatanya juga maju di luar dugaan saya. Dan yang terpenting isu negatif pun mulai hilang,” kata Dian.
Selain para perantau, diaspora juga dihadri para perwakilan tokoh lintas agama. Di antaranya, Romo Sabbas Sudiyono. Menurut pastur Gereja Kaholik, Genteng ini pertemuan dengan dispora adalah agenda cerdas. Artinya di acara ini semua yang hadir diajak berkontribusi memajukan Banyuwangi.
“Ini acara sangat cerdas, bukan sekedar bertemu dan saling melepas kangen. Tetapi memiliki visi misi yang jelas dengan tujuannya sangat mengena bagi siapapun. Saya dua kali ikut diaspora, kemasannya bagus, tidak membosankan. Apalagi kulinernya,” kata Romo asal Tulungagung ini. (Humas Protokol)

Pengembangan Grand Watu Dodol Banyuwangi Rp1,5 Miliar

Kementerian Pariwisata menggelontorkan dana Rp 1,5 miliar untuk membantu pengembangan infrastruktur pariwisata di Grand Watu Dodol, Banyuwangi. Dana itu akan digunakan untuk membangun sejumlah area penunjang wisata pantai di Grand Watu Dodol, seperti fasilitas pertunjukan (amphitheatre) dan penataan lansekap.
"Prospek pariwisata Banyuwangi sangat bagus, dan perlu terus dikembangkan. Keberadaan destinasi wisata baru sangat penting agar pilihan wisatawan juga semakin beragam. Oleh karena itu, kami membantu pengembangan Grand Watu Dodol yang diproyeksikan menjadi salah satu destinasi baru yang lebih menarik," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya seusai melakukan pemberian secara simbolis dana dari Kemenpar ke Pemkab Banyuwangi pada acara Diaspora Banyuwangi, Senin (20/7).
Arief mengatakan, salah satu kunci untuk mengembangkan pariwisata adalah adanya atraksi/destinasi wisata yang mempunyai nilai jual. Hal itu juga harus ditopang oleh amenitas alias infrastruktur penunjang seperti restoran, kafe, hotel, money changer, dan sebagainya.
"Semoga apa yang bisa dibantu oleh Kementerian Pariwisata ini ikut mempercepat pengembangan di Banyuwangi," ujar Arief. Selain dana untuk pengembangan infrastruktur pariwisata, Kemenpar sebelumnya juga membantu dana promosi pariwisata Banyuwangi sebesar Rp1,5 miliar.
Grand Watu Dodol yang mendapat bantuan dari Kemenpar adalah salah satu destinasi anyar dalam bentuk rest area terintegrasi yang sedang dibangun oleh Pemkab Banyuwangi. Destinasi ini langsung menghadap ke laut dengan arsitektur unik lengkap dengan kafe, area pantai, area bermain, dan gerai produk kreatif dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Banyuwangi.
Terletak tak jauh dari jalur penyeberangan yang menghubungkan Banyuwangi dan Bali, Grand Watu Dodol diikhtiarkan untuk "mencegat" wisatawan yang hendak ke Bali melalui jalur penyeberangan Banyuwangi.
"Letak yang berdekatan dengan Bali adalah keunggulan komparatif Banyuwangi dibanding daerah lain. Ada jutaan orang yang menyeberang ke Bali lewat Banyuwangi, nah mereka itu kami ”tahan” dulu barang satu-dua hari dengan berbagai strategi. Grand Watu Dodol bisa menjadi andalan. Mereka yang mau ke Bali akan tertarik mampir ke sana. Spend uang katakanlah Rp 500.000 per orang di sana, tinggal dikalikan berapa juta orang yang akan menyeberang ke Bali dalam setahun. Ada perputaran uang besar yang bakal meningkatkan ekonomi lokal kami," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Anas menambahkan, Grand Watu Dodol juga akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Banyuwangi sebelah utara karena masyarakat sekitar terutama UMKM dilibatkan untuk berjualan di lokasi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan M. Yanuar Bramudya mengatakan, dana dari Kemenpar akan digunakan untuk pembangunan amphitheatre atau stage pertunjukan guna memfasilitasi pentas seni dan budaya dari sanggar-sanggar seni Banyuwangi. "Siapa pun nanti bisa tampil disana. Amphitheatre dibangun senatural mungkin, di antaranya dari pemilihan bahan dan desainnya,” kata Bramuda.
Dana bantuan dari Kemenpar juga akan digunakan untuk memasang fasilitas lampu penerangan di Grand Watu Dodol. “Lampu penerangan akan dipasang tidak hanya untuk menerangi wilayah pantai, tapi juga untuk mempercantik landscape pantai. Akan kita sesuaian dengan karakter pantainya,” jelasnya.
Saat ini, Grand Watu Dodol masih dalam tahap pengerjaan. Pemkab Banyuwangi pada tahun ini telah menganggarkan dana Rp700 juta untuk menata lansekap, membangun toilet, areal parkir, food court, memasang tempat duduk di pinggir pantai dan memasang ornamen-ornamen pantai.
"Kita sudah memiliki grand design pengembangan Watu Dodol. Dengan bantuan Kemenpar, bisa mempercepat pengerjaannya. Kami optimistis Grand Watu Dodol akan bisa menjadi destinasi baru yang menarik wisatawan,” ujar Bramuda. (Humas Protokol)

Libur Lebaran, Kunjungan Wisatawan ke Banyuwangi Diprediksi Naik 60 Persen

Sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengalami lonjakan jumlah wisatawan saat libur Lebaran. Lonjakan wisatawan diprediksi mencapai 60 persen dibanding hari libur biasa.



Video=https://www.youtube.com/watch?v=GUAlAAlnmt4

"Sejumlah destinasi wisata unggulan yang menjadi target kunjungan wisatawan, antara lain Pantai Pulau Merah, Teluk Hijau, dan Pantai Boom. Peningkatan kunjungan saat libur Lebaran bisa mencapai 60 persen dibanding hari libur biasa," ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Yanuar Bramuda.


Aktivitas Gunung Raung yang perlahan normal membuat wisatawan tak ragu untuk mengunjungi kabupaten di ujung timur Jawa tersebut. Para pemudik dari luar daerah yang mengunjungi Banyuwangi juga menjadi pasar tersendiri bagi destinasi wisata Banyuwangi.

"Beberapa perbaikan telah dilakukan, termasuk melengkapi fasilitas. Seperti Pantai Boom yang telah dilengkapi food court. Lifeguard di beberapa pantai juga sudah disiapkan," ujar Bramuda.

Sejak beberapa tahun terakhir, Pemkab Banyuwangi terus berupaya membenahi destinasi wisata yang ada, termasuk perbaikan infrastruktur jalan dan promosi berkelanjutan, untuk meningkatkan perekonomian daerah. Tingkat kunjungan wisatawan per destinasi wisata juga melonjak, seperti di Pantai Pulau Merah yang dikunjungi hingga hampir 160.000 wisatawan sejak Januari-Juni 2015. "Saat hari libur biasa, Pulau Merah dikunjungi sekitar 3.000-4.000 wisatawan. Lebaran ini bisa naik hingga 6.400 wisatawan atau naik 60 persen. Pengalaman libur Lebaran tahun lalu seperti itu. Lonjakan kunjungan wisatawan dinikmati oleh masyarakat sekitar yang menyewakan homestay dan menjajakan berbagai jenis makanan serta oleh-oleh," ujarnya.

Selain mengandalkan wisata alam, Banyuwangi mempunyai sejumlah wisata budaya yang dikemas dalam wisata event (event tourism) melalui Banyuwangi Festival. "Beberapa event wisata budaya juga digelar di saat musim libur Lebaran," ujarnya.

Pada masa liburan lebaran, sejumlah atraksi wisata budaya yang masuk dalam rangkaian "Banyuwangi Festival 2015" mulai digelar, di antaranya kesenian Barong Ider Bumi di Desa Adat Kemiren, yang merupakan kegiatan rutin masyarakat Osing (suku asli Banyuwangi). Barong Ider Bumi digelar di Desa Adat Kemiren, Sabtu (18/7). Selain itu ada Tari Seblang Olehsari pada 24 Juli. Seblang Olehsari merupakan tari magis yang telah menjadi tradisi sejak lampau di masyarakat sekitar untuk tolak bala.

"Wisata budaya tersebut ikut memperpanjang siklus destinasi, sehingga wisatawan makin lama tinggal di Banyuwangi. Jadi setelah ke wisata alam, mereka bisa melihat wisata budaya. Demikian pula sebaliknya," papar Bramuda. (Humas Protokol)

Barong Ider Bumi, Ritual Bersih Desa Pasca Lebaran Suku Using

Hari Sabtu siang, ribuan masyarakat mulai berbondong-bondong memadati Desa Kemiren. Tak hanya warga lokal, namun masyarakat dari berbagai daerah dan beberapa wisatawan manca negara juga ikut berjubel. Mereka berderet menyemut sambil bercengkerama dan menikmati camilan yang dibawa dari rumah.  Tak sedikit yang menggunakan handphone dan kamera untuk berfoto-foto. Senyum ceria dan raut muka sumringah menghiasi wajah mereka. 
Pemandangan tersebut terlihat pada saat kegiatan ritual adat Barong Ider Bumi digelar di desa Kemiren, Sabtu siang(18/7). Barong Ider Bumi adalah upacara adat Suku Osing, suku asli Banyuwangi, yang dilaksanakan setiap hari kedua bulan Syawal sesuai penanggalan Islam.
Ritual ini telah dilakukan masyarakat Desa Kemiren sejak ratusan tahun yang lalu. Konon, saat itu Desa Kemiren terkena pageblug (wabah penyakit) dan bencana. Banyak orang yang pagi hari sakit sorenya meninggal, atau malam sakit paginya sudah meninggal. Tidak hanya wabah kematian yang menyerang warga, ratusan hektare sawah juga diserang hama sehingga menyebabkan gagal panen.
Warga pun mengadakan tirakatan dan berdoa memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Akhirnya salah seorang tetua adat Desa Kemiren yang bernama Mbah Buyut Cili mendapatkan wangsit melalui mimpinya. Dalam mimpinya disebutkan bahwa untuk mengusir penyakit dan hama yang melanda desa, penduduk harus mengadakan selamatan kampung dengan menggelar ritual arak-arakan barong untuk menolak datangnya bencana. Dan terbukti benar, usai arak-arakan barong dilakukan, desa menjadi damai dan sejahtera.
Sejak saat itulah, ritual arak barong yang akhirnya di sebut Barong Ider Bumi ini menjadi tradisi yang hanya bisa dijumpai di Desa Kemiren, sebuah desa adat yang menjadi basis Suku Osing. Dalam ritual nya, barong wajib diarak keliling desa dengan diiringi pembacaan macapat (tembang Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan dan nenek moyang untuk menolak bahaya yang mengancam keselamatan penduduk desa.
Barong adalah kostum dengan topeng dan asesoris yang merupakan penggambaran hewan yang menakutkan. Barong ini dipercaya oleh masyarakat Osing memiliki kemampuan untuk mengusir roh-roh jahat. Sehingga, dengan melakukan ritual ini, mereka berharap mendapatkan keselamatan, penyembuhan, kesuburan, dan pembersihan diri dari semua kesalahan yang pernah mereka lakukan pada tahun sebelumnya.
Pada tanggal dua Syawal 1436 Hijriyah ini, tepat  pukul 14.00 WIB barong ider bumi dimulai. Acara tersebut diawali dengan ritual sembur otik-otik, yakni ritual menyemburkan (menyebarkan ) uang receh yang dicampur dengan beras kuning dan bunga yang melambangkan wujud syukur masyarakat Desa Kemiren atas rejeki yang telah diterimanya.
Selepas ritual sembur otik-otik, seluruh warga langsung mengarak tiga barong Osing yang diawali dari pusaran (gerbang masuk) desa ke arah barat menuju tempat mangku barong sejauh dua kilometer. Selain warga, para sesepuh juga ikut berjalan mengarak barong-barong tersebut sambil membawa dupa dan melafalkan doa-doa untuk keselamatan seluruh warga. Tak lupa, tabuhan musik khas Osing juga mengiringi. Sangat meriah namun tetap sakral.
Setelah diarak sejauh dua kilometer, para Barong digiring kembali ke pusaran untuk selamatan bersama. Nah di sinilah puncak acaranya, yakni selamatan dengan menggunakan tumpeng pecel pitik (ayam kampung yang dibakar dengan ditaburi kelapa) sebagai wujud rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan keberkahan.
Tumpeng pecel pitik ditata rapi berjajar disepanjang jalan. Masyarakat dan pengunjung yang menyaksikan langsung ritual sakral ini langsung merapat tertip menglilingi tumpeng-tumpeng yang menggugah selera itu. Setelah berdoa bersama, barulah mereka bisa menyantap tumpeng pecel pitik bersama-sama.
Tokoh adat yang sekaligus ketua panitia event ini, Suhaimin, mengatakan ritual ini akan tetap dilestarikan. Selain untuk memohon keselamatan desa, juga agar dapat menjadi kekayaan budaya lokal Banyuwangi. “Ritual ini merupakan penyelenggaraan yang ke 114. Terima kasih atas dukungan pemda untuk melestarikan ritual adat desa kami. Bahkan, kegiatan ini sudah dimasukkan dalam agenda Banyuwangi Festival,” kata Suhaimi.
Setali tiga uang dengan Suhaimin, Plt Dinas Pariwisata, MY Bramuda mengatakan pemdaakan  terus mendukung pelestarian budaya lokal, salah satunya Barong Ider Bumi ini. “Kami membantu agar pelaksanaannya bisa tertib, aman dan lancar. Agar tidak ada kendaraan yang masih lalu lalang saat  ritual sudah dimulai, sehingga upacara adat ini bisa lebih sakral,”ujar Bramuda yang juga menjelaskan bahwa meskipun pemda ikut mendukung, namun pembiayaan dan kepanitiaan tetap dilakukan oleh masyarakat desa setempat karena upacara adat ini adalah acara syukuran mereka. (Humas Protokol)

Lebaran, Bupati Banyuwangi Mohon Maaf ke Warga

Bertepatan dengan momen Lebaran, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwas Anas meminta maaf kepada seluruh masyarakat di Banyuwangi, Jawa Timur. Anas mengatakan, selama memimpin Banyuwangi lima tahun terakhir, masih banyak kekurangan dalam memberikan pelayanan kepada warga.

"Secara bertahap Banyuwangi menunjukkan kemajuan, namun masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Oleh karena itu, saya mewakili Pemkab Banyuwangi memohon maaf kepada seluruh warga. Semoga ke depan Banyuwangi semakin baik lagi," ujar Anas di sela-sela "open house" dengan warga dan tokoh masyarakat di rumah pribadinya di kawasan Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, (17/7/2015).

Anas menambahkan, selama memimpin Banyuwangi, mungkin ada sebagian warga yang kecewa ketika aspirasinya baru bisa diakomodasi di masa mendatang dengan berbagai macam pertimbangan skala prioritas pembangunan.

"Untuk semua kekurangan itu, sekali kami memohon maaf. Ke depan, kekurangan-kekurangan tersebut akan terus dibenahi," ujar bapak satu anak ini.

Anas juga memohon doa agar bisa menyelesaikan masa jabatannya hingga pertengahan Oktober 2015 mendatang dengan baik. Anas menjabat sebagai bupati sejak Oktober 2010. "Saya mohon didoakan agar bisa khusnul khotimah dalam memimpin Banyuwangi," ujar mantan anggota DPR ini.

Hari ini, Jumat (17/7), usai mengikuti salat Idul Fitri di Masjid Mabadiul Ihsan, Karangdoro, Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas didampingi istrinya menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri dan meminta maaf kepada warga yang hadir di rumahnya.

Lebaran hari pertama dan kedua dimanfaatkan Anas untuk bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat dan warga yang tinggal di sekitar kediamannya. Selanjutnya, Senin (20/7), bakal digelar Forum Diaspora Banyuwangi untuk memfasilitasi pertemuan para perantau asal Banyuwangi di pendopo kabupaten. Para perantau Banyuwangi itu bersilaturahim bersama sekaligus menikmati kuliner lokal seperti rujak soto, pecel rawon, nasi tempong, dan pecel pitik.

"Forum diaspora Banyuwangi sudah tiga tahun terakhir ini kami selenggarakan. Ini jadi ajang melepas kangen sekaligus menjaring masukan untuk pembangunan daerah," ujar Anas. (Humas Protokol)

16 Juli 2015

Adu Sound Sistem 2015 Jelang Takbiran di kec Muncar


Warga di Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur memiliki tradisi unik untuk merayakan datangnya malam 1 Syawal.

Video= Part 1 https://www.youtube.com/watch?v=GLoUUD9D6-Y

Part 2 https://www.youtube.com/watch?v=0YWlYteKqFE

Sejak siang puluhan truk berukuran besar disulap menjadi mesin superaudio dengan kekuatan yang luar biasa. Setelah mobil siap, mereka pun berkeliling jalanan di kota penghasil ikan terbesar di Indonesia tersebut.

Menurut Heri Kurniawan, 27, untuk menyemarakkan acara itu, mereka mengaku iuran untuk menyewa sound system dari luar kota. ”Ini kita ambil dari Bandung. Saingannya ada yang mengambil dari Jogja dan Bali,” ujarnya.

Tidak tanggung-tanggung, untuk menyewa serangkat alat audio tersebut, biaya yang dikeluarkan mencapai puluhan juta. ’’Anak kecil iuran Rp 1 juta, yang besar Rp 2 juta,” ungkapnya.

Panitia pelaksana Purwanto menuturkan, acara yang sebenarnya adalah takbir keliling dan pesta kembang api saat malam Lebaran. Namun, sebelum malam tiba, banyak peserta yang sengaja mengadu kekuatan sound system-nya. ”Itu di luar ketentuan panitia, tapi gengsinya sangat besar, hadiahnya ya cuma gengsi,” jelasnya.

Penjurian untuk menentukan pemenang sound pun cukup unik. Setelah memutar dengan kekuatan penuh, penjurian diserahkan kepada pengunjung yang hadir di lapangan.